Reporter: Gloria Natalia | Editor: Tri Adi
Imlek memang membawa keberuntungan bagi banyak orang. Termasuk pedagang alat-alat sembahyang warga keturunan Tionghoa. Maklum, menjelang Tahun Baru China yang jatuh pada 3 Februari 2011, penjualan hio dan lilin meningkat dua kali lipat. Kalau sudah begini pedagang untung besar dengan omzet per minggu mencapai Rp 27 juta.
Tak hanya klub barongsai, produsen kue keranjang, dan penjual pohon jeruk imlek saja yang ketiban hoki menjelang Imlek. Pedagang hio atau dupa, serta lilin yang merupakan perangkat wajib dalam prosesi sembahyang di acara Imlek juga menikmati berkah Imlek.
Eva, salah satunya, pemilik toko hio dan lilin yang sudah 40 tahun berdiri di depan Klenteng Boen Tek Bio, Pasar Lama, Tangerang. "Sejak awal pekan ini, banyak orang membeli hio dan lilin untuk persiapan Imlek," tutur dia.
Seperti tahun-tahun sebelumnya, permintaan hio dan lilin selalu ramai seminggu sebelum Imlek. Eva mengatakan, ketimbang hari biasa, penjualan hio dan lilin menjelang Imlek biasanya naik dua kali lipat. Selain pembeli perorangan untuk sembahyang perayaan Imlek, kebanyakan pembeli hio dan lilin adalah pengurus klenteng dan vihara.
Eva menjual hio mulai harga Rp 20.000 hingga Rp 60.000 yang berisi dua kilogram (kg) dupa. "Masyarakat paling banyak mencari hio dengan harga Rp 20.000 sampai Rp 22.000. Biasanya satu keluarga membeli satu hio," ungkap Eva.
Cuma, Eva bilang, hio seharga Rp 60.000 berisi dua kg, sedangkan hio dengan harga Rp 22.000 hanya berisi setengah kilo saja.
Sama seperti hio, permintaan lilin juga meningkat dua kali lipat. Sekotak lilin berwarna merah, Eva menjualnya dengan harga Rp 17.000 hingga Rp 35.000. Satu kotak lilin berisi dua lilin berukuran kecil. Sementara, lilin merah besar dengan tinggi setengah meter, harganya Rp 800.000.
Lilin-lilin kecil itu biasanya dipakai orang-orang yang ingin sembahyang di klenteng atau vihara. Adapun, "Lilin ukuran besar biasanya dibeli pengurus klenteng dan vihara," ujar Eva.
Untuk memenuhi permintaan hio dan lilin yang melonjak, Eva sudah menyiapkan stok sejak awal Januari. Ia biasa mengambil dua barang itu dari seorang produsen di Jakarta. Tambahan stok ini membuat seluruh rak tokonya penuh terisi.
Selain lilin dan hio, kenaikan penjualan juga terjadi untuk peralatan sembahyang lain seperti kertas sembahyang. Satu set kertas sembahyang seharga Rp 4.000 berisi puluhan kertas. Kertas-kertas itu nantinya akan dibakar saat berdoa di klenteng.
Dari penjualan lilin dan hio saja menjelang Imlek, Eva bisa mendapat omzet sekitar Rp 27 juta dalam seminggu. Rinciannya, penjualan lilin sebesar Rp 350.000 per hari dan hio sebanyak Rp 700.000 sehari. "Omzet ini bisa bertahan sampai Cap Go Meh tiba atau 15 hari setelah Imlek," ujarnya.
Selain Eva, Hokie Jaya juga ketiban hoki dari perayaan Imlek tahun ini. Hanya saja, peningkatan penjualan tidak sebesar Eva Soalnya, "Di Pasar Lama banyak toko yang menjual hio dan lilin, jadi jumlah pembelian tidak terlalu besar dibandingkan hari biasa," kata Stephen, pemilik Hokie Jaya yang sudah 10 tahun berjualan hio dan lilin di Pasar Lama.
Di Pasar Lama, ada sekitar 15 toko yang menjual alat-alat sembahyang. "Biasanya pembeli sudah jauh-jauh hari beli hio dan lilin, walaupun pembelian paling banyak memang saat Imlek dan Cap Go Meh," papar Stephen.
Selain persaingan yang ketat, letak toko yang kurang menguntungkan juga membuat penjualan tokonya tidak sebanyak Eva. Sebab, Eva memiliki toko yang letaknya persis di seberang klenteng. Sehingga, banyak pembeli yang mencari lilin dan hio sebelum masuk klenteng ke toko Eva. Sedang, toko Stephen posisinya di pinggir Pasar Lama, sedikit agak jauh dari Klenteng Boen Tek Bio.
Jadi, "Kalau bisa menjual 10 kantong hio per hari saja sudah banyak," ucap Stephen. Harga hio di tokonya berkisar Rp 10.000 hingga Rp 20.000 per bungkus. Kebanyakan pembeli menyukai hio dengan harga Rp 12.000 dan lilin Rp 17.000. Saat ini, penjualan dua barang itu meningkat 100%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News