kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.923.000   8.000   0,42%
  • USD/IDR 16.344   -87,00   -0,53%
  • IDX 7.174   31,13   0,44%
  • KOMPAS100 1.045   4,88   0,47%
  • LQ45 816   3,34   0,41%
  • ISSI 225   1,43   0,64%
  • IDX30 426   2,51   0,59%
  • IDXHIDIV20 506   2,94   0,58%
  • IDX80 118   0,54   0,46%
  • IDXV30 120   0,81   0,68%
  • IDXQ30 140   0,62   0,44%

Perajin menjalani ritual demi topeng magis (3)


Rabu, 09 September 2015 / 13:44 WIB
Perajin menjalani ritual demi topeng magis (3)


Reporter: Merlina M. Barbara | Editor: Tri Adi

Proses sakralisasi dalam membuat topeng sangat penting bagi para perajin di Desa Singapadu, Gianyar, Bali. Jika tak melalui proses sakralisasi dalam sebuah upacara adat, kerajinan topeng yang diproduksi akan disebut sebagai imitasi. Proses ritual juga untuk memberikan daya magis bagi topeng-topeng tersebut.

Para perajin di Desa Singapadu, Gianyar, Bali tak asal-asalan dalam membuat kerajinan topeng. Kendati topeng beserta perhiasan atau aksesoris sudah jadi dibentuk, mereka harus melakukan ritual terlebih dahulu sebelum dijual ke pasaran. Ritual ini biasa disebut upacara utpeti (penyucian) oleh warga desa.

I Kadek Juliana, salah satu perajin topeng di Desa Singapadu mengatakan, ritual upacara dilakukan agar topeng yang diproduksi memiliki daya magis. Menurut pria yang sudah menjalankan usaha kerajinan topeng secara turun temurun ini, proses sakralisasi dilakukan untuk menjaga tradisi para lelulur desa.

Bahkan, kata I Kadek, untuk proses sakralisasi barong ket dan rangda sudah dilakukan sejak pencarian dan penebangan kayu yang akan digunakan sebagai bahan tapel (topeng). Pada tahap ini, proses sakralisasi dilakukan melalui upacara yang disebut nuwedin.

Upacara itu bertujuan untuk memohon izin kepada Sang Hyang Widhi sebagai pencipta dan penguasa alam dan kepada baurekso atau makhluk halus yang bertempat tinggal di lingkungan sekitar pohon. Setelah upacara ini selesai, langkah berikutnya menebang kayu sesuai dengan kebutuhan.

Ni Made Ranti, seniman topeng lainnya di desa Singapadu menambahkan, topeng barong dibuat dari kayu yang diambil di sejumlah pura. Selain di pura, kayu juga diambil dari tempat-tempat angker seperti pemakaman. Itu sebabnya, barong merupakan topeng sakral yang sangat disucikan oleh umat Hindu di Bali.

Menurut Ni Made, potongan kayu yang telah ditebang itu kemudian dibungkus dengan kain sudamala (kain dengan motif kotak hitam dan putih). Kain itu selanjutnya dibawa menuju pura kuburan untuk disemayamkan selama tiga hari.

Setelah tiga hari, masyarakat bersama tokoh agama membawa kayu tersebut ke seniman untuk kemudian diproses menjadi topeng. Namun, sebelum dipahat, pemuka agama terlebih dahulu menyampaikan sesaji untuk menonaktifkan kekuatan kayu secara spiritual. Ini agar ketika dipahat, tidak ada roh yang menempati kayu tersebut.

Adapun, tahapan pengerjaan topeng barong dan rangda diawali dengan membentuk pola dasar. Kemudian menajamkan pola garis pada bagian mata, bibir, gigi, hidung, dahi dan kumis. Pada tahap ini perwajahan topeng sudah tampak jelas wujudnya. Selanjutnya topeng harus dihaluskan dengan kertas gosok agar permukaannya menjadi halus.

Setelah topeng tampak mulus, proses selanjutnya adalah mewarnai topeng pakai warna tradisional, yakni putih dari bahan abu tulang babi, warna biru dari bahan blau, warna kuning dari atal (sejenis tanah) dan hitam diambil dari jelaga.

Setelah proses pewarnaan selesai, selanjutnya topeng barong dan rangda ini dirangkai dan dipadukan dengan bagian badannya.       

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Digital Marketing for Business Growth 2025 : Menguasai AI dan Automation dalam Digital Marketing

[X]
×