Reporter: Ragil Nugroho | Editor: Tri Adi
Usaha pengolahan pakan bebek menjadi bisnis yang menggiurkan karena konsumsi daging unggas ini menanjak. Masyarakat makin gemar makan daging bebek yang menunya kian variatif. Tapi, bisnis pakan bebek terkendala harga bahan baku yang mahal. Tapi, jangan khawatir, Anda bisa memakai bahan baku alternatif yang lebih murah.
Permintaan daging bebek terus naik dalam tiga tahun belakangan. Banyak peternak bebek yang kebanjiran pesanan. Alhasil, mereka pun menambah jumlah bebek agar bisa memenuhi semua order yang masuk.
Kenaikan populasi bebek tentu berimbas pada lonjakan permintaan pakan untuk unggas tersebut. Ambil contoh, Retnohadi. Warga Cirebon, Jawa Barat ini sehari-harinya mengolah pakan bebek untuk dijual ke peternak. Ia bercerita, sejak tahun 2009, permintaan pakan naik hingga 40%. "Saat ini, dalam sebulan, saya rutin mengirim tujuh sampai sepuluh ton pakan bebek per bulan," kata Retnohadi.
Dari hasil penjualan pakan bebek sebanyak itu, Retnohadi bisa mengantongi omzet hingga Rp 55 juta per bulan. Sebab, setiap kilogram (kg) pakan bebek, ia menjual dengan harga Rp 5.500.
Sebelum mengolah pakan bebek, Retnohadi berprofesi sebagai peternak bebek sejak tahun 1990-an. Namun, selama menjadi peternak, ia kesulitan mencari pakan bebek yang murah tapi berprotein tinggi.
Setelah mencari informasi sana-sini, Retnohdi mencoba berkreasi dengan cara mengolah tepung ikan yang terbuat dari ikan kecil dengan kadar protein 30%. Namun, karena kadar proteinnya masih terlalu rendah, ia pun mencari sumber protein lain hingga bertemu dengan kepala ikan tuna yang mengandung kadar protein sampai 52,7%.
Retnohadi lalu mencampur kepala tuna dengan dedak. Hasilnya, sangat memuaskan sehingga banyak peternak lain ikut memesan pakan bebek darinya. Karena permintaan terus berdatangan, ia pun memutuskan berhenti menjadi peternak, kemudian membuka usaha pakan bebek.
Sekarang, Retnohadi sudah memiliki empat tenaga kerja untuk produksi dan pemasaran. Pesanan pakan bebek kebanyakan datang dari Jawa Barat dan Jawa Tengah dengan cara pemesanan langsung maupun online.
Tapi, usahanya bukan tanpa kendala. Saat ini, Retnohadi terganjal ketersediaan bahan baku terutama kepala tuna. Sebab, harga kepala ikan berbadan bongsor itu belakangan naik. Satu kilo kepala tuna kini mencapai Rp 27.000.
Sedangkan, harga dedak sebagai bahan pencampur ia beli dengan harga Rp 2.000 per kg. Retnohadi kemudian mengolah kedua bahan baku utama tersebut dengan menggunakan sillase atau bakteri penghancur yang harga per paketnya sebesar Rp 300.000.
Mulawardi, pengusaha pakan ternak di Bandung, Jawa Barat, membenarkan kenaikan harga bahan baku utama pakan bebek. Ia bilang, kendala utama usaha ini adalah kenaikan harga bahan baku pakan.
Meski begitu, Mulawardi yang berbisnis pakan bebek sejak tahun 2006 mengakui, bisnis pakan bebek memang sangat menggiurkan. Sebab, setiap tahun, permintaan daging bebek naik.
Namun, di tengah kenaikan harga bahan baku yang mencekik, pengusaha pakan mesti pintar mencari bahan baku alternatif yang murah harganya. "Kami harus bisa mengakali tanpa harus mengurangi kualitas pakan," beber Mulawardi.
Dia paham betul, jika kualitas pakan bebek turun sama saja dengan membiarkan pelanggan lari. Saat ini, dia memilih bahan baku alternatif dari bungkil kacang kedelai dari pabrik tahu dan tempe. Ia juga menggunakan onggok atau sisa perasan ubi kayu sebagai bahan baku yang juga lebih murah.
Dengan pemakaian bahan baku alternatif tersebut, Mulawardi bisa menjual pakan bebeknya lebih murah tanpa mengurangi kualitasnya, yakni Rp 4.500 per kg. Kini, dia melayani pemesanan sekitar 4 ton per bulan. "Omzet saya sebulan sekitar Rp 10 juta," kata pemilik merek Duck Feed itu.
Pelanggan Mulawardi datang dari Jawa Barat dan Banten. "Usaha ini akan berkembang seiring kenaikan permintaan daging bebek di kota besar," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News