kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45923,49   -7,86   -0.84%
  • EMAS1.319.000 -0,08%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Potensi laba kemitraan usaha dari gerai mi masih bisa panjang


Sabtu, 07 Maret 2020 / 09:15 WIB
Potensi laba kemitraan usaha dari gerai mi masih bisa panjang


Reporter: Ratih Waseso, Venny Suryanto | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Salah satu kuliner yang sudah akrab di lidah banyak orang adalah mi. Kudapan asal negeri tirai bambu ini punya banyak penggemar, baik anak-anak, kaum muda, hingga orang dewasa.  

Ini tidak terlepas dari ragam sajian mi yang para pedagang jajakan. Ada yang berupa mi kuah, mi goreng, dengan aneka bahan tambahan, seperti bakso dan kerupuk. Malah, kini mulai banyak sajian mi dengan beragam topping tambahan. Ada yang berupa daging, seafood, serta sayur mayur seperti jamur.

Tak heran, keberadaan pedagang mi bisa dengan mudah orang jumpai di banyak tempat. Mulai di lingkungan perumahan, pasar, sampai yang ada di gedung perkantoran atau pusat belanja. Dan, tidak sedikit gerai mi tersebut yang kebanjiran pembeli.

Tidak mengherankan, saat ini usaha mi menjadi salah satu bisnis yang banyak orang lirik. Dan, untuk menambah gerai atau ekspansi usaha, tidak sedikit para pedagang mi yang langsung menawarkan kemitraan usaha.

Dalam rubrik Review Waralaba pekan ini, KONTAN akan mengulas kembali tawaran kemitraan  dari tiga pengusaha mi. Untuk lebih jelas, berikut ulasan singkatnya:

Bakmie Senayan

Ini adalah usaha besutan Darwin Alexandra yang dia rintis sejak 2009. Dulu, nama gerainya adalah Bakmie Gang Kemurnian. Ia sengaja mengganti nama biar lebih populer karena tidak semua orang yang tahu daerah Kemurnian di Jakarta Barat.

Saat KONTAN mengupasnya tahun lalu, Bakmie Senayan sudah memiliki enam gerai mitra yang tersebar di Jakarta, Cikarang, dan Bali. Tapi sekarang, jumlahnya menyusut jadi empat gerai mitra yang semuanya ada di Bali. Sedangkan gerai pribadi juga ada di Pulau Dewata. 

Sayang, Darwin enggan mengungkap alasan penurunan jumlah gerai. Yang jelas, saat ini ia tengah mempersiapkan tambahan gerai mitra. "Rencana bakal ada gerai di Cikarang dan Cirebon. Semoga tahun ini bisa berjalan," katanya ke KONTAN. 

Untuk paket kemitraan, Darwin menyebutkan, ada perubahan. Sebelumnya, nilainya sebesar Rp 35 juta untuk mitra di Bali dan Rp 50 juta yang ada di luar Bali. Kini, menjadi dua paket sebesar Rp 40 juta dan Rp 45 juta.

Mitra bakal mendapat ragam fasilitas. Misalnya, pelatihan serta bahan baku awal, mulai dari mi yamien, mi keriting, mi lebar, kwetiau basah, kulit pangsit, ayam olahan, hingga ekstrak bakmi premium serta  tumis. Untuk paket 45 juta ada tambahan bakso sapi, bakso ayam, dan bakso ikan. Fasilitas lainnya adalah program pemasaran dan registrasi aplikasi online.

Kedua paket tersebut tidak menerapkan biaya royalti. Adapun periode kerjasama berlangsung satu tahun saja dan ada opsi perpanjangan. Saat usaha berjalan, mitra wajib membeli bahan baku dari pihak pusat.

Supaya tetap eksis, Darwin kerap melakukan inovasi. Salah satunya dalam hal menu. Kini, Bakmie Senayan juga sudah menyediakan menu non-mi, seperti olahan chinese food dan grill seafood. Sedangkan harga makanan di gerai ini berkisar Rp 20.000 sampai Rp 80.000 per porsi. "Untuk kendala bisnis, lebih banyak ke kompetitor yang makin banyak," ujarnya.

Dengan upaya dan inovasi yang dia lakukan, Darwin berharap, bisa menambah mitra Bakmie Senayan lagi tahun ini. Sambil jalan, ia juga bakal terus meningkatkan kualitas produk supaya konsumen tetap menyukainya. 

Mie Pedas Njerit

Pemain lainnya adalah Mie Pedas Njerit milik Diestha Cindy Martha yang memulai usaha tersebut sejak 2014 di Madiun, Jawa Timur. Gerai ini menyajikan dua menu utama: mi kuah dan goreng dengan berbagai pilihan level tingkat kepedasan. Mulai level 1 dengan dua cabai hingga level 20 terbuat dari 150 cabai.

Ada ragam mi kuah dan goreng yang tersaji di Mie Pedas Njerit. Contoh, mi setan, mi vampire, mi ramen, dan mi tomyang, dengan harga mulai Rp 10.000 seporsi sampai 
Rp 20.000 per porsi.

Saat KONTAN mengulasnya tahun lalu, Mie Pedas Njerit sudah punya 70 mitra aktif. Kini, jumlahnya bertambah menjadi 90 mitra yang tersebar di Jabodetabek, Lampung, Jambi, Sulawesi Selatan, Bali, serta Lombok. "Saya berharap, akhir tahun bisa genap 150 outlet mitra," kata Diestha kepada KONTAN.

Sedang tawaran paket kemitraan dari Mie Pedas Njerit sampai saat ini belum mengalami perubahan alias masih sama dari tahun ke tahun. Ada tiga paket kemitraan dengan nilai sebesar Rp 25 juta, Rp 50 juta, dan Rp 70 juta. 

Dari paket tersebut, mitra akan mendapat ragam fasilitas, seperti perlengkapan dapur termasuk kompor, piring, gelas, lalu meja kasir, kipas angin, pengeras suara, cat mural, materi promosi, bahan baku awal, kulkas, mesin pendingin dan lainnya. 

Soal kendala bisnis, menurut Diestha, tidak ada hal yang terbilang serius. Kalaupun ada, persoalan masih berkutat pada masalah tenaga kerja yang kerap kali keluar masuk dan sulit mendapatkan karyawan yang benar setia.

Sebagai langkah antisipasi, Diestha memberi pengertian kepada calon pegawai saat bekerja di gerai mi yang tentu berbeda dengan bekerja di tempat lain, seperti ritel dan bidang lainnya. "Jadi, antisipasinya dengan melakukan pengertian ke karyawan di awal masuk," sebut dia.

Mie Ayam & Hot Plate Eddy Group

Usaha bakmi besutan Eddy Santoso ini berdiri sejak Mei 2010 dan mulai menawarkan kemitraan pada 2015. Saat KONTAN menulisnya pada 2019, Mie Ayam & Hot Plate Eddy Group memiliki 24 gerai mitra dan satu gerai pusat. Sebagian besar masih berada di sekitar Solo, Yogyakarta, Bogor, dan Jakarta. 

Sekarang, jumlah gerainya bertambah dua outlet milik mitra yang ada di Solo. "Jadi, gerai mitra ada 26 gerai dan satu gerai pusat. Belum ada lagi (gerai baru) yang di luar Solo," kata Eddy.

Sejauh ini, paket kemitraan yang Eddy tawarkan masih belum berubah. Paket Rp 35 juta dan Rp 85 juta. Dengan paket tersebut, mitra mendapat sejumlah fasilitas dan peralatan usaha, media promosi, pelatihan, dan bahan baku awal. Salah satunya mesin mi dengan kapasitas 50 kg.

Enaknya, mitra tidak kena biaya royalti dan waralaba setiap bulan. Tapi, mitra wajib membeli bahan baku dari pihak pusat. Sedangkan untuk perpanjangan kemitraan, biayanya bakal dinegosiasikan antara pusat dan mitra.

Bagi mitra yang ingin membuka gerai di luar Jawa, ada kenaikan biaya dari semula Rp 100 juta menjadi Rp 150 juta. Paket kemitraan ini konsepnya jual putus, dengan fasilitas sistem usaha yang optimal alias full. Eddy sengaja membuat konsep jual putus karena ada kendala biaya pengiriman bahan baku.

Saat ini, gerai Mie Ayam & Hot Plate Eddy Group sudah punya beragam menu. Ada mi ayam hotplate, mi sapi hotplate, mi ayam pangsit, dan lainnya, dengan banderol harga mulai Rp 13.000 per porsi sampai Rp 20.000 seporsi.

Sama seperti pemain usaha kuliner mi lainnya, Eddy juga berencana menambah varian menu. Salah satunya yang tengah tahap persiapan adalah mi ayam goreng.

Tambahan menu tersebut, Eddy mengharapkan bisa menjaga pendapatan dari gerai Mie Ayam & Hot Plate Eddy Group. Maklum, saat ini gerai mi ini tengah mengalami penurunan omzet 10% imbas daya beli yang turun. Langkah lainnya, bergabung dengan pesanan via ojek online.

Dengan segala upaya tersebut, Eddy menargetkan bisa menjaring lima mitra lagi sampai akhir tahun nanti.            

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×