Reporter: Noor Muhammad Falih | Editor: Dupla Kartini
Menjadi seorang ghost writer atau penulis bayangan bukan pekerjaan mudah dan tidak semua orang bisa melakukannya. Meski nama si penulis tidak dicantumkan, seorang ghost writer harus menguasai topik yang dikerjakan.
Begitulah prinsip yang selama ini dipegang Inu Febiana, seorang ghost writer beberapa buku kenamaan. Sayangnya, sebagai ghost writer, Inu enggan menyebut judul-judul buku yang pernah digarapnya.
Yang jelas, salah satu karyanya yang cukup terkenal adalah buku biografi pengusaha Chairul Tanjung yang berjudul "Si Anak Singkong".
Inu mengaku, demi mendapatkan hasil maksimal atas setiap karyanya, ia tidak menerima semua order penulisan buku. Selalu ia memilah order yang dapat dikerjakannya. Selain kemampuan, ia juga mempertimbangkan dampak dari setiap buku yang dibuatnya.
“Saya harus memikirkan pengaruhnya apa ke generasi mendatang terhadap buku itu,” ujar Inu. Selain ghost writer, ia juga kerap menerima order menulis naskah film.
Inu mengaku, belajar menulis secara otodidak. Kebetulan ia hobi membaca buku, sehingga gampang mendapatkan ide setiap ingin menulis. Ia mengaku, melahap hampir semua buku apapun topiknya. Ini dilakukan sebagai langkah memperkaya wawasan sebagai penulis. "Membaca merupakan modal utama seorang penulis," kata Inu.
Selain gemar melahap buku, pria yang masih lajang ini juga kerap berdiskusi dengan teman-temannya. Lewat diskusi, ia juga banyak mendapat pengetahuan baru.
Guna memuaskan selera kliennya, ia juga selalu memperkaya gaya penulisannya. Misalnya, saat mengerjakan biografi Chairul Tanjung Si Anak Singkong. Menurut Inu, Chairul Tanjung suka dengan gaya penulisan sastrawan Ramadhan KH. Ia pun berusaha membaca karya-karya Ramadhan KH. "Saya lalu mencoba membuat tulisan dengan gaya sastrawan itu," jelasnya.
Inu sendiri mulai menekuni profesi ghost writer pada 2005. Saat itu, ia belum lama kuliah di Universitas Indonesia Esa Unggul, Jakarta. Namun, sekitar tahun 2007, saat masih duduk di semester enam, ia memutuskan tidak melanjutkan kuliahnya. “Iseng saja coba kuliah, ternyata gitu saja,” ujar pria kelahiran Cirebon, 9 Februari 1981, tertawa.
Jauh sebelum kuliah, Inu pernah bekerja di berbagai bidang profesi. Pada 1999, misalnya, ia pernah bekerja di perhotelan. Setelah itu, ia bekerja sebagai marketing ikan hias, lalu pindah ke perusahaan teknologi informasi, dan terakhir menjadi auditor di salah satu perusahaan.
Hingga pada 2005, ia memutuskan untuk benar-benar berhenti kerja kantoran dan kuliah. Kendati kuliahnya tidak selesai, ia tidak menyesal.
Soalnya, pemasukannya lewat penulisan buku (ghost writer) dan naskah film sudah lumayan mencukupi kebutuhan hidupnya. Dari satu proyek buku saja, ia bisa mendapat honor lebih dari Rp 100 juta. Sementara sepanjang tahun lalu, ia mengerjakan dua buku biografi, satu naskah film, dan satu novel.
Selain keahlian menulis, seorang ghost writer juga harus memiliki relasi yang luas.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News