kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,43   -4,59   -0.51%
  • EMAS1.306.000 -0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Rajin membagi kartu nama dan nomor HP (3)


Selasa, 08 April 2014 / 15:33 WIB
Rajin membagi kartu nama dan nomor HP (3)
ILUSTRASI. Pengungsi Rohingya tiba dengan perahu di sebuah pelabuhan di Lhokseumawe, Aceh, Indonesia, 31 Desember 2021. REUTERS/Hidayatullah Tahjuddin


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Havid Vebri

para petani mawar potong di Desa Gunung Sari, Kecatamatan Bumiaji, Kota Batu, Malang, mulai mengembangkan desa wisata sejak empat tahun belakangan ini. Konsep ini sengaja dikembangkan untuk meningkatkan penjualan.  

Untuk menggaet wisata-wan, para petani bekerjasama dengan para pemandu wisata alias tour guide dan agen perjalanan wisata. Selain itu, banyak juga dari mereka mempromosikan sendiri wisata petik bunga dengan cara membagikan nomor handphone (HP) kepada wisatawan yang datang berkunjung.

Rori, salah satu petani mawar di desa ini, selalu membagikan nomor HP-nya kepada setiap pengunjung. Katanya, cara ini efektif  menggaet lebih banyak wisatawan untuk berkunjung ke kebunnya.

Biasanya, wisatawan yang ingin berkunjung selalu menelepon dulu. "Mereka menelepon untuk mengatur jadwal kunjungan," ujarnya. Petani mawar lainnya, Liastini, juga melakukan hal yang sama. Ia juga gencar membagikan nomor HP pribadi kepada setiap pengunjung yang datang.

Kebanyakan konsumennya adalah pelanggan tetap. "Tapi ada juga konsumen yang belum saya kenal, tapi sudah tahu nomor saya," katanya. Menerima kunjungan wisatawan langsung lebih menguntungkan ketimbang bekerjasama dengan guide atau agen perjalanan. Soalnya, dengan menggunakan jasa guide, mereka harus  berbagi keuntungan.

Sayangnya, baik Rori maupun Liastini enggan menjelaskan porsi pembagian keuntungan tersebut. Kendati mayoritas warga berprofesi sebagai petani, persaingan di antara mereka masih sehat. Mereka mengaku, tak pernah berebut konsumen.

Bahkan, saat permintaan sedang tinggi, misalnya ketika momen Valentine atau musim nikah, mereka justru saling pinjam bunga. Sistem itu diterapkan ketika ada petani yang tengah mendapat order banyak namun jumlah panennya kurang. "Asal harganya cocok dengan petani lainnya, tidak jadi masalah, kami saling mendukung," katanya.

Kerjasama di antara mereka itu sudah berlangsung lama. Lagi pula di antara petani sudah saling mengenal lama karena merupakan warga satu desa. Makanya, hubungan di antara mereka selalu guyub dan harmonis. Persaingan hanya terjadi untuk menggaet lebih banyak konsumen, dengan cara berlomba-lomba memberikan pelayanan yang memuaskan ke konsumen. Bukan saling menjatuhkan.

Persaingan dalam pelayanan, misalnya, memberikan bunga mawar dalam kondisi segar dengan bentuknya yang masih sempurna. Bagi konsumen di luar kota, mereka selalu menjaga ketepatan waktu pengiriman.

Biasanya, mereka mulai mengirimkan mawar di siang hari setelah proses panen dan pembersihan selesai. Sementara wisatawan yang berkunjung ke kebun mereka berikan pelayanan maksimal dengan cara mengajak berkeliling dan bersikap ramah.

Menurut Rori, kendala usaha ini hanya satu, yaitu masalah hama dan penyakit yang kerap menyerang tanaman. Sebab, mawar termasuk tanaman yang rentan terkena penyakit.      

(Selesai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Practical Business Acumen Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×