Reporter: Pravita Kusumaningtias | Editor: Dupla Kartini
Sentra pertokoan batik di kawasan Ngasem, Yogyakarta, menawarkan beragam batik murah meriah yang cocok dijadikan oleh-oleh. Selain turis lokal, sentra ini juga diramaikan turis asing.
Untuk menarik kedatangan turis, para pedagang batik di sentra ini terus mengeluarkan produk-produk baru dengan variasi warna, bentuk, dan model. Tujuannya, agar konsumen tidak bosan dan terus belanja.
Sardiyono, pemilik Toko Batik Djawi, bilang, ia mengeluarkan model baru setiap dua minggu sekali. "Saat ini yang banyak dicari batik Pekalongan karena trennya sedang model warna-warna terang," ujar pria yang akrab disapa Sardi ini.
Endang Sukartini, pemilik Toko Batik Wahyu Putro, juga rajin mengeluarkan model baru. Modelnya selalu mengikuti tren pasar. Saat ini, misalnya, yang sedang tren adalah batik hem dengan jahitan ganda. "Proses menjahitnya dua kali dengan benang yang besar-besar, jadi seperti model jins," ungkap wanita yang banting setir berdagang batik setelah pensiun ini.
Selain itu, kaus dan batik murah meriah seharga Rp 35.000 juga selalu laris diburu para wisatawan."Biasa buat oleh-oleh," ujar Endang.
Menurut Endang, para wisatawan sangat gemar berbelanja di kawasan ini. Biasanya setelah berjalan-jalan ke kawasan Keraton, Alun-Alun, dan Taman Sari mereka akan mampir ke Jalan Rotowijayan untuk berbelanja oleh-oleh.
"Di sini belanja Rp 1 juta saja sudah bisa borong batik untuk keluarga besar sampai teman-teman kebagian, komplet," canda Endang yang telah membuka toko sejak Juli 2009 lalu.
Saat berbelanja, jangan lupa menawar barang buruan Anda. Rata-rata batik di kawasan ini dijual dengan harga mulai Rp 20.000 hingga ratusan ribu rupiah. Jika jago menawar, pembeli bisa mendapatkan batik dengan harga belasan ribu saja.
Biasanya strategi ini mempan dilakukan jika Anda membeli dalam jumlah banyak di toko yang sama. Potongan harga yang didapatkan bisa mencapai 20%.
Selain turis lokal, kawasan ini juga kerap dikunjungi turis asing. "Turis asing banyak dari Malaysia dan Singapura," tutur Endang. Selain turis Asia, beberapa turis Eropa juga kerap mampir ke tempat iuni. Menurut Sardi, dalam beberapa tahun belakangan ini, turis asal Australia dan negara-negara Eropa semakin ramai pelesiran ke Yogyakarta.
Karena lokasinya di pusat kota dan dekat dengan banyak tempat wisata lainnya, sentra Batik Ngasem ini sangat ramai pada waktu-waktu tertentu. Menurut Endang, masa paling ramai biasanya pas liburan anak sekolah. "Setelah dari Kera-ton, rombongan anak sekolah pasti ke sini," ujarnya.
Sedangkan menurut Sardiyono, saat paling ramai adalah bulan Juli dan Agustus. "Pas liburan internasional paling ramai, kalau sepi pas bulan puasa," tambahnya. (Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News













