Reporter: Fransiska Firlana | Editor: Tri Adi
Bisnis ayam goreng krispi masih serenyah rasanya. Pengusaha makanan ini terus bermunculan karena peluang pasarnya memang masih besar. Keuntungan yang mereka peroleh pun sangat menggiurkan. Anda tertarik mencobanya?
Ayam goreng krispi sudah menjadi makanan yang akrab di lidah orang Indonesia. Untuk mendapatkannya juga tak sulit, hampir di dekat permukiman warga, makanan ini bisa ditemui. Soal harga, juga sangat terjangkau. Karena harga yang murah dan rasa yang lezat, ayam tepung renyah ini diminati masyarakat.
Tak heran, penjual ayam goreng krispi terus menjamur. “Bisa dibilang, ayam goreng jenis ini sudah menjadi makanan pokok bagi masyarakat kita. Maka, tak heran bila makin banyak merek usaha ayam goreng,” kata Alexander, pengusaha ayam goreng krispi Fried Chicken di Jakarta.
Potensi pasar yang masih besar inilah yang mendorong Agus Setiawan mengembangkan usaha ayam goreng tepung. Agus adalah pemilik Suga Chicken yang saat ini sudah memiliki lebih dari 60 gerai berkonsep semirestoran dan full resto.
Perkembangan bisnis ayam goreng renyah ini memang bisa pesat, ambil contoh Crispy Fried Chicken yang baru berdiri sekitar dua tahun lalu sudah memiliki 52 mitra. “Kalau citarasa sudah dipercaya dan harga terjangkau, tak akan sulit untuk mendapatkan pelanggan,” kata Alexander.
Dia sesumbar, keistimewaan ayam goreng yang dia tawarkan terletak pada gorengan tepungnya yang lebih krispi atau garing dibandingkan dengan merek lain. “Maka, namanya Crispy Fried Chicken,” ucapnya. Selain itu, Alexander hanya memakai ayam segar sebagai bahan baku. “Dengan racikan bumbu spesial, rasanya ayam pun lebih gurih. Kami hanya menggunakan lada impor,” katanya.
Begitu pula dengan sesumbar Agus. Suga Chicken adalah ayam goreng yang terbuat dari daging ayam pilihan bermutu tinggi dan diolah secara higienis dengan tepung serta bumbu-bumbu resep asli dari sang empunya waralaba. “Dengan resep itu ayam goreng yang dihasilkan yang renyah, gurih nikmat, dan bergizi,” ujarnya.
Kerenyahan ayam goreng ini dihasilkan dari alat penggorengan deep fryer. Selain itu, Suga juga menggunakan minyak padat untuk menggoreng. Minyak padat mempunyai titik didih lebih tinggi daripada minyak goreng biasa sehingga tidak lekas rusak dan lebih menyehatkan.
Modal kecil pun bisa
Berminat buka usaha? Tengok kocek Anda dulu. Kalau memang modal Anda tipis, mungkin Anda bisa menjajal tawaran Crispy Fried Chicken. Harga investasi yang ditawarkan terbilang murah, yaitu hanya Rp 9 juta. Dengan modal semungil itu, mitra akan mendapat etalase full aluminium, penggorengan besar, kompor, dan regulator high pressure, peralatan dapur, minyak goreng 6 liter, tepung bumbu 3 kg, tepung Crispy FC 3 kg, serta merek dagang. “Franchise fee selamanya dan bebas royalty fee. Keuntungan 100% untuk mitra,” ujar Alexander.
Tentu, selanjutnya, Anda harus membeli tepung bumbu kepada Alexander. Setiap kilogram tepung bumbu seharga Rp 16.000 cukup untuk menggoreng 3 ekor ayam. Alexander akan mengirim tepung itu, jika Anda memesan minimal 30 kilogram. Kurang dari itu, Anda harus mengambil sendiri.
Selain itu, Anda perlu menyiapkan dana sekitar Rp 500.000 untuk membeli perlengkapan bahan makanan, misalnya saus dan beras. Jangan lupakan pula kantong pembungkus. “Merek saus bebas. Kalau mitra mau tambah menu, yang diperbolehkan hanya menjual kentang goreng,” jelas dia.
Bila Anda ingin memiliki usaha dengan konsep resto, silakan menjajal tawaran Suga Chicken. Harga investasinya Rp 29 juta. Uang ini mencakup franchise fee untuk 5 tahun, tepung dan bumbu, peralatan dan perlengkapan gerai yang masih terbatas, media pemasaran, dan seragam pegawai.
Adapun untuk kursi dan peralatan dapur, Anda harus menyiapkan dana Rp 15 juta. Anda juga mesti mengeluarkan biaya sewa gerai dan mungkin melakukan sedikit renovasi gerai. Biaya renovasi bergantung pada kondisi gerai Anda.
Oh, iya, Anda perlu menyiapkan modal awal untuk membeli 20 ekor ayam serta bahan makanan tambahan dan minuman pendamping, seperti nasi, roti, minuman, sayur, daging, kentang, mi, sop jagung, dan bumbu. “Resto kami tidak hanya menawarkan ayam goreng, tapi juga nasi goreng, mi goreng, serta burger,” jelas Agus.
Lokasi mendukung
Bila tak ingin bekerja sama dengan waralaba, Anda bisa mencoba usaha ini dengan konsep gerobak. Untuk membeli peralatan dan perlengkapan gerai, cukup sediakan uang Rp 6 juta. Adapun anggaran belanja ayam, tepung, dan bahan pendamping lain butuh sekitar Rp 1 juta. Jadi Anda hanya butuh modal sekitar Rp 7 juta.
Hal lain yang harus dipertimbangkan adalah lahan usaha. Anda perlu menyiapkan lahan ukuran 2 m x 1,5 m untuk bisnis dengan gerobak. Dengan begitu, ongkos sewa tidak terlalu mahal. “Yang penting strategis. Jangan menyewa lokasi di foodcourt karena mahal,” kata Alexander. Mengingat harga ayam goreng harus murah dan bisa terjangkau masyarakat kebanyakan, lokasi di area sekolah, rumahsakit, atau minimarket bisa dimanfaatkan. Selain ada konsumen, sewanya juga terhitung murah.
Alexander bilang, sewa gerai di lokasi-lokasi di Jakarta sekitar Rp 300.000–Rp 400.000 per bulan. Jadi, dana yang harus disiapkan untuk booth sekitar Rp 3,6 juta–Rp 4,8 juta per tahun. Menurut Alexander, harga sewa lokasi di minimarket terbilang tidak besar. Sebab, pihak minimarket sudah berkomitmen menyewakan lahannya untuk pengusaha yang tergolong usaha kecil dan menengah (UKM) sehingga sewanya lebih murah ketimbang foodcourt.
Adapun untuk konsep usaha resto, menurut Agus, pengusaha minimal harus memiliki lahan kurang lebih 50 m². Untuk kawasan Jakarta, ongkos sewa rata-rata Rp 30 juta per tahun.
Muhammad Ali, karyawan gerai ayam goreng di kawasan Rawabelong, Jakarta, mengatakan, usaha mandiri dengan konsep gerobak bisa memanfaatkan lahan kosong di pinggir jalan. Dengan catatan, Anda harus meminta izin kepada pedagang di sekeliling. “Untuk usaha di sini, sewanya murah, tidak sampai Rp 200.000,” kata dia.
Nilai plus usaha sendiri tanpa waralaba adalah pedagang memiliki kebebasan, tidak ada keterikatan citarasa atau pola penjualan. Selain itu, tidak perlu pusing mencari lokasi yang sesuai dengan kriteria pewaralaba.
Keuntungan maksimal
Dengan modal mini, usaha milik Ali cepat berkembang. Bahkan, sekarang dia mengaku bisa menjual 30 ekor ayam per hari dengan omzet Rp 1,25 juta. Itu berarti, sebulan dia meraup Rp 33,7 juta dengan keuntungan sekitar Rp 7 juta per bulan. “Keuntungannya lumayan. Kalau ramai bisa mencapai 50 ekor per hari. Belum kalau ada pesanan,” ujarnya.
Saat ini, saban bulan Ali mengeluarkan uang Rp 26,63 juta untuk belanja 900 ekor ayam Rp 20,7 juta, tepung dan minyak Rp 4,83 juta, perlengkapan tambahan Rp 500.000, gaji 1 karyawan Rp 600.000. Sisanya sewa lahan dan lain-lain.
Bandingkan dengan pengeluaran gerai Crispy Fried Chicken. Gerai ini harus menggaji 1 orang karyawan (Rp 700.000), sewa tempat (Rp 400.000), dan belanja ayam dan perlengkapan sekitar Rp 11,25 juta. Omzet setiap gerai Crispy Fried Chicken sekitar Rp 15 juta per bulan dengan laba lebih dari 20%. Investasi bisa kembali dalam tempo tiga bulan, asalkan mampu menjual 10 ekor ayam per hari. Harga ayam per ekor
Rp 52.500.
Pengeluaran resto Suga beda lagi. Saban bulan pengeluaran dia Rp 40 juta, dengan perincian: membayar sewa tempat (Rp 2,5 juta), belanja ayam dan tepung (Rp 17,4 juta), bahan pelengkap (Rp 10,53 juta), alat pelengkap (Rp 965.000), gaji 6 karyawan (Rp 4,5 juta), minuman (Rp 1,95 juta), listrik (Rp 1 juta), dan membayar royalty fee (Rp 1,44 juta) per bulan.
Setiap gerai Suga Chicken bisa menghasilkan omzet Rp 53,85 juta per bulan dengan laba bersih Rp 13 juta. Franchise fee Suga Chicken berlaku untuk 5 tahun. Selanjutnya mitra membayar Rp 5 juta tanpa batasan waktu.
Anda tertarik ikut menggoreng ayam? Sreeeng...!
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News