kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.930.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.230   -112,00   -0,69%
  • IDX 7.214   47,18   0,66%
  • KOMPAS100 1.053   7,20   0,69%
  • LQ45 817   1,53   0,19%
  • ISSI 226   1,45   0,65%
  • IDX30 427   0,84   0,20%
  • IDXHIDIV20 504   -0,63   -0,12%
  • IDX80 118   0,18   0,16%
  • IDXV30 119   -0,23   -0,19%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,20%

Reciki Bersiap Membangun Tujuh Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST)


Sabtu, 26 Februari 2022 / 10:05 WIB
Reciki Bersiap Membangun Tujuh Tempat Pengelolaan Sampah Terpadu (TPST)


Reporter: Vendy Yhulia Susanto | Editor: Markus Sumartomjon

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis pengelolaan sampah masih menjanjikan hingga kini. Mengingat, tumpukan sampah yang semakin menggunung, seiring ragam aktivitas masyarakat.

Tak jarang, modal ventura pun kepincut untuk menanamkan modal di perusahaan pengelolaan sampah, termasuk usaha rintisan. Salah satunya adalah Circulate Capital yang di awal tahun ini melakukan injeksi modal ke startup pengelolaan sampah lokal Reciki Solusi Indonesia.

Bhima Aries Diyanto, Founder dan Chief Executive Officer Reciki, menyebutkan, ketertarikan modal ventura asal Singapura tersebut, yang disebut sebagai Circulate Capital Ocean Fund (CCOF), karena melihat visi yang sama dengan Reciki.

Yakni, keinginan untuk bisa menangani sampah secara nasional hingga 30% pada 2022 serta 70% di 2025 nanti.

Nah, dengan suntikan modal tersebut, yang nilainya tidak Bhima sebut, Reciki akan membangun sejumlah tempat pengelolaan sampah terpadu (TPST) di beberapa wilayah di Indonesia.

Tahun ini, Reciki menargetkan, membangun tujuh TPST. Perinciannya: tiga TPST di Bali khususnya di Denpasar, kemudian tiga TPST di Jawa Timur, dan satu TPST lagi di Bandung. "Jadi, kami akan membangun tujuh TPST," kata Bhima kepada KONTAN belum lama ini.

Baca Juga: Betukang.id Mencari Cuan dari Layanan Jasa Pertukangan

Reciki sengaja memilih wilayah tersebut lantaran sampah di wilayah-wilayah itu sudah overload. Selain itu, startup ini juga sudah menjalin kerjasama dengan pemerintah daerah setempat dalam bentuk public private partnership. Maklum, usaha pengelolaan sampah memang tidak terlepas dari peran pemerintah setempat.

Semua TPST tersebut, Bhima mematok target, bisa beroperasi pada September mendatang dan mengelola sampah rata-rata 1.000 ton per hari atau setara 150.000 ton sampah setahun.

Uniknya, masing-masing TPST di tiap wilayah punya karakteristik teknologi pengelolaan sampah yang berbeda antara satu dan yang lain. Soalnya, karakteristik sampah di setiap daerah ternyata tidak sama.

Ambil contoh, di Bali. Menurut Bhima, jenis sampah di pulau dewata, khususnya di Denpasar, sekitar 70%-80% merupakan sampah organik. Sedangkan di Pulau Jawa, justru rata-rata sekitar 50% adalah sampah anorganik.

Selain soal jenis sampah yang beda, rantai pasok serta tipe pengelolaan sampah di masing-masing daerah juga bisa berbeda. Maka itu, Reciki sudah memetakan pengelolaan sampah di masing-masing wilayah.

Dengan begitu, Bhima mengungkapkan, tidak mematikan pemain pengelola sampah yang lainnya yang sudah ada di daerah itu.

Nah, jika TPST tersebut sudah beroperasi, barulah pundi-pundi Reciki bisa terkumpul. Sebab, dari setiap satu kilogram sampah, startup ini mengutip biaya sekitar Rp 100 per kg. Sayang, Bhima tidak memerinci target pendapatan Reciki untuk tahun ini.      

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×