kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45908,33   -18,40   -1.99%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Renyah dan manis laba bisnis enting-enting gepuk


Rabu, 04 Mei 2011 / 15:06 WIB
Renyah dan manis laba bisnis enting-enting gepuk


Reporter: Handoyo | Editor: Tri Adi

Masyarakat Jawa Tengah tentu tak asing dengan enting-enting gepuk. Makanan khas Salatiga yang terbuat dari campuran gula dan kacang tanah itu biasanya menjadi oleh-oleh wajib saat mengunjungi Salatiga. Tak heran, saat musim liburan atau Lebaran, omzet produsen penganan itu melonjak.

Enting-enting gepuk adalah salah satu makanan khas Salatiga, Jawa Tengah. Rasanya yang manis dan gurih membuat kudapan ini banyak digemari orang sebagai oleh-oleh saat berkunjung ke kota di lereng Gunung Merbabu itu.

Itu sebabnya, produsen enting-enting cukup banyak. Budi Santoso, pembuat enting-enting gepuk cap Dua Pohon Kelapa, contohnya, sudah membuat makanan ini sejak 1995. "Saya harap dengan nama Dua Pohon Kelapa, usaha saya akan kokoh dan bermanfaat," katanya.

Dibantu 16 karyawan tetap, dalam sehari, Budi mampu menghasilkan 24 sampai 25 besek atau kotak terbuat dari anyaman bambu. Satu besek berisi 16 bungkus enting-enting gepuk. Budi menjual satu besek dengan harga Rp 10.000 untuk kemasan ekonomis, dan Rp 15.000 untuk kemasan spesial.

Enting-enting gepuk dibuat dari kacang tanah dengan campuran gula. Agar rasanya semakin legit, perlu tambahan glukosa yang juga berfungsi sebagai bahan pengeras. Jumlah glukosa yang dipakai tidak lebih dari 10% bahan baku.

Proporsi kacang tanah dan gula adalah 2:1, yaitu 2 kilogram (kg) kacang tanah dicampur dengan 1 kg gula pasir. Pemilihan bahan baku juga menjadi perhatian demi menjaga cita rasa, terutama dalam pemilihan kacang tanah dan gula. "Itu untuk mendapatkan cita rasa yang nikmat," ujar Budi.

Pebisnis enting-enting gepuk lainnya, Dani Krismanto, selain menggunakan gula pasir, juga memproduksi enting-enting gepuk berbahan dasar campuran kacang tanah dan gula merah. "Gula merah tidak terlalu manis sehingga cocok bagi orang tua," katanya.

Dani mengusung dua merek sekaligus, yakni merek cap Gedung dan Naga Bintang. Perbedaan dua merek ini terletak pada ukuran serta harganya. Enting-enting gepuk cap Gedung berisi 100 potong enting-enting gepuk yang dandijual dengan harga Rp 32.000 per bungkus. Isi sebungkus enting-enting gepuk cap Naga Bintang juga 100 potong, tapi harganya hanya Rp 29.000.

Dani yang memulai bisnis ini tahun 1974 kini sekarang mempekerjakan 11 karyawan. Dalam satu hari, Dani sanggup memproduksi hingga 100 bungkus atau 10.000 potong enting-enting gepuk ukuran kecil. Untuk itu, ia menghabiskan sekitar 70 kg kacang tanah dan 50 kg gula pasir. Dari bisnisnya tersebut, Dani meraih omzet rata-rata Rp 60 juta per bulan. Di saat musim liburan, ia bisa meraup Rp 100 juta.

Peningkatan pendapatan saat musim liburan juga dirasakan Budi. Di bulan-bulan biasa, dia hanya memperoleh omzet Rp 3 juta sehari. Tapi, ketika musim liburan dan Lebaran, omzetnya naik menjadi Rp 4 juta hingga Rp 5 juta per hari.

Selain di Salatiga, penjualan enting-enting gepuk cap Dua Pohon Kelapa juga merambah kota lain di Jawa, seperti Yogyakarta, Ambarawa, Magelang, Muntilan, Solo dan Klaten. Sedangkan, enting-enting gepuk buatan Dani sampai sekarang baru merambah Solo dan Semarang, Jawa Tengah.

Budi bisa mengembangkan pasar karena membuat inovasi rasa. Galibnya, rasa enting-enting gepuk adalah manis gula dan gurih kacang tanah. "Mulai awal tahun ini saya juga memproduksi enting-enting dengan dengan varian rasa lain, seperti durian, coklat, jeruk, dan jahe," papar Budi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×