kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Resep jadul luruskan jalan Umi menjadi pengusaha


Sabtu, 14 April 2018 / 06:05 WIB
Resep jadul luruskan jalan Umi menjadi pengusaha


Reporter: Tri Sulistiowati | Editor: Johana K.

KONTAN.CO.ID - Hobi menjajal resep kuno asal Belanda yang dilakoni Umi Kulsum berbuah manis. Ia berhasil mewujudkan angannya punya usaha sendiri pada 2013. Umi yang akrab dipanggil Eden ini menyajikan putu belanda Smakelijk di gerainya, Eden Bakery & Cake.  

Eden sengaja memilih putu Belanda sebagai produk utama karena ingin membawa kembali kenangan jaman penjajahan. Asal tahu saja, kue ini menjadi teman minum teh pada sore hari.

Kini putu belanda buatannya juga diburu sebagai buah tangan. Bahkan, banyak wisatawan asing asal Dubai, Malaysia dan negara lainnya yang membawa putu ini menjadi oleh-oleh.

Selain itu, Eden juga kerap mendapatkan pesanan khusus dari pemerintah kota. Putu Smakelijk menjadi kado bagi tamu yang berkunjung. Demikian pula, saat Pemkot Surabaya menggelar acara. Eden pun memanen rezeki.   

Tidak hanya menyajikan putu belanda dengan resep otentik, Eden juga berinovasi dengan dua varian baru, yaitu putu belanda red valvet dan semanggi. Selain putu, dia juga menambah penganan baru, yakni lekker belanda alias boeterkoek.   

Dalam sehari, rata-rata produksinya mencapai 100 boks, diluar pesanan khusus konsumen. Bila dikalkulasi, dalam sebulan total produksinya mencapai 3.000 boks.

Eden menjual setiap boks putu belanda Smakelijk Rp 70.000 dan lekker belanda Rp 60.000. Sayang, dia enggan menyebut perolehan omzet gerainya tiap bulan.

Menggunakan resep leluhur tidak menyulitkannya mencari bahan baku. Semua bahan baku Eden dapatkan di pasar lokal. Sedangkan daun semanggi dia dapatkan dari pemasok langganan di Surabaya. Dalam tahap produksi, Eden dibantu oleh dua karyawan tetap dan tiga karyawan harian.

Saat awal memasarkan produknya, perempuan berusia 35 tahun ini rajin mengikuti pameran dan bazaar. Ia juga menitipkan produknya di koperasi kantor-kantor pemerintah. Langkah itu sekaligus menjadi promosinya. "Saya kenalkan langsung kepada konsumen dengan memberikan tester. Awalnya banyak yang kaget, tapi akhirnya mereka suka dan justru repeat order," katanya.       

Umi Kulsum Bangun Usaha dengan Modal Rp 30.000

Membangun bisnis tak selalu dengan modal besar. Berbekal uang senilaiRp 30.000, Umi Kulsum merintis bisnis putu belanda.

Namun, selain uang, modal Umi lainnya adalah ketrampilan dalam bidang kuliner. Alhasil, perempuan yang sering disapa Eden ini cukup lihai mengeksplorasi dan memodifikasi resep hingga sesuai dengan selera lokal.

Selain uji coba resep sendiri, perempuan yang lebih akrab disapa Eden ini juga sering berkonsultasi dengan ahli kuliner profesional. Asal tahu saja, komunitas Pahlawan Ekonomi yang diikutinya cukup membantunya dalam memulai usaha. "Karena saya orangnya kurang percaya diri, meski banyak teman yang bilang  putu belanda ini enak, buat saya tetap kurang enak," katanya.

Sampai pada akhirnya, sekitar tahun 2013, Pemkot Surabaya memintanya untuk membuat gift makanan untuk para tamu yang berkunjung dari dalam dan luar kota. Sejak saat itu, Eden pun mulai percaya diri membuka gerai putu belanda.

Munculnya kue aneka rasa atau yang lebih banyak disebut kue kekinian, mendorong Eden berkreasi, Ia meluncurkan rasa red velvet dan daun semanggi. Bila rasa red velvet dia pilih lantaran sedang booming, sementara daun semanggi merupakan tanaman khas Kota Surabaya.

Untuk eksplorasi rasa ini, Eden hanya butuh waktu persiapan sekitar tiga bulan. Ia juga membuat sendiri serbuk daun semanggi yang digunakan untuk campuran kuenya.

Meski sudah dikenal, dalam perjalanannya, Eden tetap harus bekerja keras untuk mengedukasi pasarnya. Sebab, meski putu sudah lazim, putu belanda bikinannya kerap dianggap sebagai kue jenis baru. Tidak pelit mengirimkan produk kepada teman-temannya menjadi jurus utamanya.

Selain itu, ajang pameran juga menjadi tempatnya membentuk pasar. Dari kabar yang tersampaikan dari mulut ke mulut, putu belanda Smakelij ini mulai diburu konsumen. Lantas, pesanan pun mulai berdatangan.

Kendala awal yang dihadapinya adalah sulitnya mengajak dan meyakinkan pasar untuk menjadikan putu belanda sebagai salah satu oleh-oleh khas Surabaya. "Kalau sudah punya pilihan, mereka tidak mau icip-icip makanan lain," kata dia.      

Setia Berkreasi dengan Resep Khas Negeri Kincir Angin

Kerja keras Umi Kulsum membesut usaha putu belanda Smakelijk berbuah manis. Kini, putu buatannya laris sebagai oleh-oleh para pelancong.  

Namun, tak lantas berpuas diri, perempuan yang akrab disapa Eden ini kembali menciptakan produk baru khas negeri kincir angin lainnya, yakni boeterkoek.  

Eden memilih boeterkoek lantaran kue dengan cita rasa chewy, gurih dan buttery ini bisa dibawa berpergian jauh. Asal tahu saja, kue ini tahan hingga 10 hari dalam suhu ruang. Sementara putu belanda hanya bisa bertahan empat hari dalam suhu ruang.

Lantaran sudah punya pasar, tak sulit bagi Eden untuk memasarkan boeterkoek. Tak disangka, kue ini juga mendulang pembeli, sama seperti putu belanda.

Kendala dalam berusaha sudah menjadi hal biasa bagi pengusaha. Setelah memiliki pasar, ibu satu anak ini mendapatkan tantangan baru yaitu bentuk kemasan. Awalnya, dia memakai kemasan mika plastik untuk seluruh produknya.  

Dianggap kurang menarik, Eden pun mengganti kemasan kertas dengan desain yang lebih berwarna dan menarik. "Setelah diganti respon pasar makin bagus," katanya pada KONTAN, Senin (26/3).

Untuk menjaga roda bisnisnya tetap berputar dengan jangkauan pasar lebih jauh, perempuan berusia 37 tahun ini masih getol melakukan edukasi pasar. Ia juga rajin mengikuti pameran.  Menurutnya, cara tersebut paling efektif karena langsung berhadapan dengan konsumen yang bisa langsung mencicipi produknya.  

Beberapa pekan lalu, Eden juga menjadi salah satu peserta dalam pameran yang digelar oleh perusahaan plat merah Telkom Indonesia. Selain produknya ludes diserbu pengunjung, dia juga mendapatkan buyer baru.

Namun, berbeda dengan pengusaha oleh-oleh lainnya,  Eden mengatakan menjelang perayaan hari raya Idul Fitri tak mengalami kenaikan penjualan. Ia mengaku, kenaikan penjualan hanya sekitar 20%-30%.  

Momen panennya adalah saat pemerintah banyak mendapatkan kunjungan dari luar kota atau luar negeri. Serta, saat pemerintah atau pihak swasta banyak menggelar event. Kedepan, Eden pun bakal terus menambah varian produknya. Bila tidak ada kendala, dia bakal membuat satu produk baru yang masih bergaya Belanda kuno. Sayangnya, dia belum mau menjelaskan detilnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×