Reporter: Lailatul Anisah | Editor: Markus Sumartomjon
KONTAN.CO.ID - MANGGARAI. Berkreasi perlu dilakukan dalam berusaha. Tak terkecuali bagi para petani. Langkah berkreasi ini dilakoni oleh petani kacang mete di Desa Repi, Kecamatan Lembor, Manggarai Barat, Nusa Tenggara Timur (NTT). Mereka tergabung dalam Kelompok Tani Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Mete.
Aventinus Dalun, Ketua Kelompok Tani UMKM Mete menceritakan, awalnya para petani desa Repi hanya menjual kacang mete dari hasil panen secara langsung dan gelondongan saja. Artinya masih dalam bentuk kacang mete mentah.
Perubahan terjadi saat para petani mengikuti pembinaan dari Yayasan Dharma Bhakti Astra.
Berbekal dari pelatihan yang diperoleh, tahun 2022 para petani mendirikan Kelompok Tani UMKM Mete. Rupanya dalam pelatihan, para petani mendapat pembelajaran pengolahan kacang mete mentah menjadi produk camilan berbahan kacang mete.
"Awalnya kami mencoba membuat produk turunan (kacang mete)," kata Aventinus ke KONTAN, Selasa (11/2).
Baca Juga: Dengan bersatu, omzet petani mete di Flores Timur kian melaju
Adapun modal awalnya hanyalah berupa bahan baku kacang mete saja. Masing-masing petani yang berjumlah 26 petani di UMKM Mete menyumbang 10 kilogram mete gelondongan. Aventinus berharap pembuatan produk camilan dari kacang mete bisa memberi nilai tambah.
Produk olahan awal yang dipasarkan adalah camilan kacang mente rasa original. Tak disangka, respon pasar positif hingga UMKM Mete banjir pesanan camilan kacang mete.
Untuk lebih mengenalkan produknya ke pasar, UMKM Mete menyematkan label KameKu di produknya. Dalam bahasa Manggarai, KameKu berarti bekalku. Kemunculan merek KameKu diharapkan bisa membawa kehidupan yang lebih layak bagi para anggotanya.
Sukses mendapatkan pasar, langkah berikut yang kini disusun UMKM Mete adalah merambah pasar yang lebih luas. Setelah itu, Aventinus ingin mengurus sertifikasi halal. Tak hanya itu, usaha itu juga sudah mendapatkan label pangan industri rumah tangga alias PIRT di label produknya.
Dengan adanya sertifikasi, KameKu mulai bisa dipasarkan di berbagai tempat, pusat buah tangan. Baik itu kawasan pariwisata maupun di hotel-hotel yang ada di Labuan Bajo, Manggarai Barat, NTT.
Baca Juga: Berburu gurihnya kacang mete khas Wonogiri
Bukan hanya memasarkan dalam bentuk brand, Aventinus juga menerima pesanan camilan kacang mete tanpa merek. Ukurannya 10 kilogram per bungkus.
Lewat usaha tersebut, penghasilan UMKM Mete lewat KameKu tahun 2023 bisa tembus Rp 57 juta. Kemudian, tahun 2024 naik menjadi Rp 145 juta dengan total produksi 4 ton.
Dengan hasil tersebut, Aventinus berupaya melebarkan pasar KameKu. Tahun ini, ia menargetkan bisa memperbesar kapasitas produksi kacang metenya. Selanjutnya adalah rencana UMKM Mete membuat galeri mini sendiri.
Selanjutnya: Daftar 6 Bank yang Bakal Beroperasi di IKN Tahun 2026
Menarik Dibaca: Promo JCO Val's Day Buy 1 Get 1 1/2 Dozen Donuts, Hanya Hari Ini 15 Februari 2025
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News