kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sentra anyaman bambu Majalengka: Harga jual anyaman bambu sulit naik (2)


Kamis, 12 Januari 2012 / 13:45 WIB
Sentra anyaman bambu Majalengka: Harga jual anyaman bambu sulit naik (2)
ILUSTRASI. Anak bermain puzzle di ruang bermain anak sambil menunggu antrian pasien di Rumah Sakit Siloam ASRI, Jakarta, Sabtu (22/7). KONTAN/Muradi/2017/07/22


Reporter: Hafid Fuad | Editor: Tri Adi

Usaha anyaman bambu belum menjadi sumber ekonomi unggulan yang menjanjikan bagi para perajin di Desa Salagedang, Sukahaji, Majalengka. Hal ini lantaran harga jual produk anyaman bambu sulit bergerak naik. Agar asap dapur tetap mengepul, umumnya para perajin di desa tersebut mempunyai usaha lain.

Dus, kini kegiatan menganyam bambu hanya dilakukan bak sekadar mengisi waktu luang saja demi menambah pemasukan bagi warga sekitar. Mata pencaharian utama penduduk sekitar kebanyakan justru berdagang barang kelontong atau berdagang pakaian.

Hal itu diakui Tatang Sukmana, salah satu warga Desa Salagedang yang memilih mengandalkan sandaran rezeki dari berdagang baju di pasar Kecamatan Sukahaji, ketimbang menganyam bambu. Apalagi, sang istri juga tak terlalu mahir membuat kerajinan dari bambu itu.

Pilihan berdagang juga dilakoni oleh banyak warga lain di sentra produk anyaman bambu tersebut untuk menyambung hidup. Menurut Tatang, kesulitan yang dialami oleh perajin ialah rendahnya nilai jual kerajinan anyaman bambu.

Padahal untuk membuat sebuah produk anyaman membutuhkan waktu yang lumayan lama dan ketelatenan agar produknya layak jual. "Harga produk anyaman sulit sekali untuk naik seperti barang lain," ujar Tatang.

Proses pembuatan produk anyaman bambu memakan waktu lama karena memang pengerjaannya yang masih sederhana. Para perajin hanya berbekal peralatan sederhana, seperti celurit, golok, gergaji, dan tali untuk membuat aneka produk kerajinan dari bilah bambu.

Tatang juga mengatakan, mayoritas perajin tidak mempunyai target produksi harian atau mingguan. Itu lantaran mereka hanya menganggap pekerjaan itu sebagai sambilan semata sehingga mereka mengerjakan ketika memiliki waktu senggang saja.

Kondisi ini juga yang dikeluhkan para pengumpul produk anyaman bambu yang mengaku kesulitan mendapat kepastian pasokan. Sebab, setiap kali pasokan anyaman bambu datang, terkadang sudah langsung ludes terjual oleh pembeli pertama.

Padahal terkadang, pesanan membanjir. "Saya tidak bisa menjanjikan barang pesanan tersebut akan ada atau tidak," ujar Nuroh Jamin, salah satu pengepul yang memiliki kios produk anyaman bambu di Salagedang.

Nuroh bilang, penjualan produk anyaman bambu paling ramai ketika menjelang Lebaran tiba. Pada saat itu, banyak pembeli dari luar Majalengka memborong produk kerajinan dari bambu itu untuk dijual kembali. Mereka berasal dari Cikarang, Cikampek, Sumedang, bahkan juga dari Jakarta.

Karena pasokan dari perajin seret, Nuroh tak hanya mengandalkan pasokan produk anyaman bambu dari desanya saja. "Saya dan suami tidak hanya menunggu pasokan, namun aktif mencari pasokan dari tempat lain," ujar Nuroh. Ini untuk berjaga-jaga bila permintaan dari pembeli tiba-tiba melimpah.

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×