kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Sentra Benda Rohani: Ada pedagang muslimnya (2)


Kamis, 10 Januari 2013 / 13:50 WIB
Sentra Benda Rohani: Ada pedagang muslimnya (2)
ILUSTRASI. PPnBM 100% untuk mobil diperpanjang hingga Desember 2021


Sumber: Kontan 10/1/2013 | Editor: Havid Vebri

Berdiri tahun 1954, Gua Maria Kerep, Ambarawa (GMKA), sudah kesohor di kalangan umat kristiani, khususnya Katolik sebagai tempat wisata rohani.

Popularits GMKA ini membawa berkah bagi para pedagang benda-benda rohani yang mangkal di seberang gua tersebut. Uniknya, tidak semua pedagang di sentra ini beragama Katolik.

"Saya ini muslim tapi tidak keberatan berjualan alat-alat rohani umat Katolik,” kata Sartini, salah satu pedagang benda rohani di GMKA.

Sartini sudah berjualan benda-benda rohani umat Katolik sejak 2002. Saat itu, pengelola GMKA baru selesai membangun sentra penjualan benda rohani di seberang gua. Jumlah kios yang dibangun mencapai 30 unit.

Kata Sartini, waktu itu ada sekitar 50 orang yang mendaftar untuk berjualan. Karena peminatnya banyak, dilakukan sistem undian untuk memilih pedagang.

Hasilnya, terpilih 24 pedagang baru di sentra ini. Sementara enam lainnya merupakan pedagang lama. Dari seluruh pedagang, hanya dua orang yang muslim. "Selain saya, ada satu lagi yang muslim," ujar Sartini.

Sartini mengaku, tertarik berjualan benda rohani karena peluangnya menjanjikan. Sebelum berjualan, kegiatannya sehari-harinya hanya ibu rumah tangga yang mengurus dua orang putra.

Untuk membantu ekonomi keluarga, ia memutuskan untuk berjualan di sentra penjualan benda rohani. “Suami saya pengurus taman bunga GMKA, jadi saya bekerja di sini untuk menambah penghasilan keluarga,” ujarnya.

Dengan berjualan benda-benda rohani, Sartini mau tak mau mempelajari juga ajaran agama Katolik atau menghafalkan bulan-bulan khusus bagi umat Katolik.

Pasalnya, ia harus bisa menjawab pertanyaan dari pembeli. “Sekarang kalau ditanya tentang doa-doa umat Katolik, saya tahu,” tuturnya.

Sejak menjadi pedagang di sentra, Sartini mengaku tidak pernah membayar sewa kios. Katanya, kios-kios disediakan gratis oleh pengelola GMKA, tanpa uang sewa.

Pengelola GMKA hanya memungut biaya Rp 100.000 per tahun untuk perawatan kios. Devita Christianti, pedagang lainnya, membenarkan sewa kios di tempat ini gratis.

Sejak orang tuanya berjualan di tempat ini tahun 1954, pengelola GMKA tidak pernah memungut uang sewa. Namun karena berjualan di kios besar atau disebut devosionalia, dikenakan biaya perawatan sebesar Rp 400.000 per tahun.

Lantaran tidak ada biaya sewa, laba bersih dari usaha ini lumayan besar. Makanya, para pedagang banyak yang memilih bertahan.

Pedagang lainnya, Wasis mengaku, margin keuntungan yang didapatnya lebih dari 30% dari omzet. Selain labanya gede, berjualan benda rohani menguntungkan karena tidak memiliki tanggal kadaluwarsa.

Jadi, tidak harus laku terjual hari itu juga. Wasis sendiri pernah menyimpan dua patung Bunda Maria berukuran dua meter sejak akhir 2011. "Setelah setahun baru laku," kata dia.   

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×