kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.951.000   23.000   1,19%
  • USD/IDR 16.300   94,00   0,58%
  • IDX 7.166   -38,30   -0,53%
  • KOMPAS100 1.044   -6,02   -0,57%
  • LQ45 802   -6,08   -0,75%
  • ISSI 232   -0,07   -0,03%
  • IDX30 416   -3,18   -0,76%
  • IDXHIDIV20 486   -4,82   -0,98%
  • IDX80 117   -0,79   -0,67%
  • IDXV30 119   -0,02   -0,02%
  • IDXQ30 134   -1,35   -1,00%

Sentra boneka Rawa Lumbu: Jaga kualitas, hadapi boneka impor (2)


Selasa, 03 Januari 2012 / 14:23 WIB
Sentra boneka Rawa Lumbu: Jaga kualitas, hadapi boneka impor (2)
ILUSTRASI. Ilustrasi. Jahe


Reporter: Fitri Nur Arifenie | Editor: Tri Adi

Serbuan boneka asal China yang berharga murah sempat membuat produsen boneka di Rawa Lumbu kalang kabut. Namun, upaya keras mereka menjaga kualitas boneka, berhasil mempertahankan usaha ini. Kini, para pengusaha kecil itu membentuk asosiasi untuk melindungi diri.

Membutuhkan kerja keras agar boneka buatan industri di Desa Rawa Lumbu, Bekasi, Jawa Barat, bisa laris manis di pasar dalam negeri. Kerja keras sangat penting agar bisa berkompetisi dengan boneka impor yang bertebaran di pasaran.

Salah satu boneka impor yang ramai di pasar itu berasal dari China. Sejak berlakunya perdagangan bebas China dan ASEAN tahun 2010 lalu, boneka dari China semakin mudah ditemukan di banyak tempat.

Namun begitu, pengusaha boneka di Rawa Lumbu tak tinggal diam menyaksikan kompetisi pasar itu. Ali Suparto salah satu produsen boneka di Rawa Lumbu, terus berusaha meningkatkan kualitas bonekanya agar tidak kalah bersaing dengan boneka impor. "Kami bikin boneka berbahan baku kapas nomor satu, bukan memakai bahan baku plastik yang berbahaya," terang Ali.

Mulanya Ali resah dengan kehadiran boneka dari China itu. Apalagi boneka dari China itu banyak diburu pembeli karena harganya lebih murah. Namun keberuntungan masih berpihak pada Ali. Pelanggannya yang sempat beralih ke boneka China itu kini kembali lagi membeli boneka bikinannya.

Menurut pengakuan pelanggannya, boneka buatan Ali lebih tahan lama ketimbang boneka China. Namun begitu ia tidak memungkiri usahanya sempat surut saat boneka China mulai membanjir di Indonesia.

Dengan 30 orang karyawan, usaha Ali kini stabil dengan produksi 1.500 boneka per bulan dan omzet Rp 200 juta per bulan. Dengan kualitas boneka yang lebih baik itu, Ali bisa mempertahankan pasarnya dari gempuran boneka impor.

Selain untuk pasar Jabodetabek, boneka buatan Ali juga sudah sampai di pasar di Jawa Tengah, Jawa Timur, dan juga di Kalimantan.

Peningkatan kualitas boneka juga dilakukan Saipunawas, pemilik PD Putra Mandiri. Ia juga mengklaim kualitas bonekanya lebih baik dari boneka impor. "Kunci usaha ini adalah bagaimana menjaga mutu," kata pria yang akrab disapa Nawas itu.

Nawas mengakui, harga jual boneka buatannya sedikit lebih mahal ketimbang boneka impor. Lihat saja, harga boneka buatan China dijual mulai Rp 10.000 per boneka, sementara Nawas menjual boneka mulai harga Rp 15.000 per boneka. "Selisih harga tidak jauh, tapi boneka kami tahan lama," klaim Nawas.

Selain berhadapan dengan boneka impor, produsen boneka di Rawa Lumpu juga saling berkompetisi. Namun, agar kompetisi tetap sehat, mereka sepakat membuat asosiasi bernama Himpunan Industri Boneka plus Bordir. "Kami punya 25 anggota yang seluruhnya industri skala kecil," terang Nawas, pengurus inti asosiasi itu.

Menurut Nawas, pendirian asosiasi bertujuan untuk melindungi anggota dari praktik monopoli perdagangan bahan baku boneka. Sering industri boneka di Rawa Lumbu menjerit karena raibnya bahan baku akibat ulah pemodal besar. "Asosiasi bertugas melindungi anggotanya," kata Nawas.

Lewat asosiasi itu pula, mereka membentuk unit pemasaran bersama dan juga membentuk koperasi simpan pinjam.

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Terpopuler
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Banking Your Bank

[X]
×