kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,14   10,84   1.19%
  • EMAS1.343.000 -0,81%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sentra buku Thamrin: Membentuk wadah untuk kembalikan pamor Thamrin City (2)


Rabu, 05 Januari 2011 / 10:31 WIB
Sentra buku Thamrin: Membentuk wadah untuk kembalikan pamor Thamrin City (2)


Reporter: Fahriyadi | Editor: Tri Adi

Eksodus pedagang di Thamrin City membuat sentra buku murah ini kehilangan energi. Pembeli yang datang pun ikutan turun. Dengan sisa tenaga yang ada, para pedagang yang tetap bertahan berusaha membangkitkan kembali pusat penjualan buku murah tersebut.

Sejak perpindahan pedagang besar-besaran setahun yang lalu, citra sentra buku murah Thamrin City sedikit memudar. Untuk mengembalikan imaji itu, enam bulan yang lalu, pedagang membentuk Perhimpunan Pedagang Buku Thamrin City.

Supriyadi, pemilik Toko Buku Milenia, bilang, melalui wadah ini, para pedagang melakukan pembaruan citra, menjadikan sentra buku Thamrin City sebagai tempat belanja yang aman, nyaman, dan modern, tapi dengan harga kaki lima.

Para pedagang sepakat untuk menjaga harga buku tetap murah seperti saat mereka masih berjualan di sentra buku Kwitang. "Demi menjaga loyalitas pelanggan. Sewaktu di Kwitang dulu, kami dikenal sebagai penjual buku dengan harga murah," kata Supriyadi.

Harga buku di Thamrin City semurah Kwitang bukan isapan jempol belaka. Felisa, mahasiswi perguruan tinggi swasta di Jakarta, sudah membuktikannya. "Selisih harga dengan tempat lain bisa Rp 5.000. Kalau sudah langganan bisa mendapatkan diskon 20%" ungkap perempuan 21 tahun ini.

Namun, tak mudah menjaga harga buku tetap murah. Soalnya, tarif sewa kios di Thamrin City terus naik. Nah, supaya para pedagang tetap bisa menjual buku dengan harga miring, Supriyadi mengatakan, mereka menjalin kerjasama dengan sejumlah penerbit. Dengan begitu, pedagang bisa mendapat buku dengan harga yang lebih murah.

Meski bergabung dalam satu wadah, menurut Suzan, pemilik Toko Buku Istana Komik, bukan berarti tidak ada persaingan sama sekali di antara pedagang. Tentu saja bersaing dengan cara-cara yang sehat.

Sekitar 50 kios yang ada sentra buku Thamrin City masing-masing memiliki produk buku unggulan yang umumnya tidak dimiliki toko sebelah. Tapi, "Kami justru saling membantu dan merekomendasi pembeli yang kebetulan mencari buku yang tak kami jual ke pedagang lain," ucapnya.

Sebab, Suzan menegaskan, meski bersaing, keharmonisan antarpara pedagang tetap harus terus dipupuk. Lantaran, permusuhan hanya akan semakin menenggelamkan citra sentra buku ini.

Suzan menambahkan, keberadaan Perhimpunan Pedagang Buku Thamrin City tidak hanya untuk menjaga keharmonisan antarpedagang. Tapi juga, wadah ini melakukan promosi dan menjembatani pedagang dengan pengelola gedung.

Para pedagang optimistis, perhimpunan tersebut akan membawa sentra buku Thamrin City ke masa depan yang lebih cerah. "Dalam setahun ke depan, saya yakin sentra ini akan kembali ramai oleh pedagang maupun pembeli," ujar Suzan.

Soalnya, Suzan mendengar, pedagang yang dulu eksodus ke sentra buku Blok M Square, sebagian akan kembali ke Thamrin City. Lantaran, harga sewa kios di pusat perbelanjaan di daerah Blok M, Jakarta Selatan itu naik gila-gilaan. Tentu saja, "Ini membuat pedagang di Blok M Square tidak bisa menjual buku dengan harga murah sehingga penjualan merosot," kata dia.

(Selesai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Success in B2B Selling Omzet Meningkat dengan Digital Marketing #BisnisJangkaPanjang, #TanpaCoding, #PraktekLangsung

[X]
×