Sumber: Kontan 10/12/2012 | Editor: Havid Vebri
Berdiri sejak tahun 1980, sentra penjualan burung di Lemah Wungkuk, Cirebon, menjual pelbagai jenis burung kicau. Di antaranya, kenari, kolibri, kutilang, lovebird, hingga murai batu.
Para pedagang mendapatkan burung dari pelbagai sumber. Selain dipasok para pencari burung, mereka mendapatkan dari masyarakat yang ingin menjual burung peliharaannya.
Kadang, pedagang juga berburu burung hingga luar kota. Saat KONTAN menyambangi sentra ini pekan lalu, tampak beberapa pedagang tengah melakukan tawar menawar dengan orang yang ingin menjual burungnya.
Salah satunya adalah Abeng yang terlihat berinteraksi dengan seseorang yang membawa seekor burung di dalam sangkar. "Dia mau jual burung peliharaannya," kata pedagang burung di Lemah Wungkuk ini.
Menurut Abeng, dalam sehari, bisa ada tiga hingga empat orang yang mendatanginya untuk menjual burung. Para pemilik burung itu kebanyakan mengaku bosan dan tidak ingin lagi memelihara burungnya.
Sementara yang masih ingin memelihara burung, biasanya mereka memilih melakukan tukar tambah. "Asal harganya cocok, pelanggan bisa pulang dengan membawa burung jenis lainnya," ujar Abeng.
Selain dari warga yang menjual burung peliharaannya, Abeng juga mendapat pasokan burung dari para pencari burung.
Biasanya, mereka mencari burung dari hutan di sekitar Cirebon, seperti Ciamis, Kuningan, dan Raja Galuh.
Cara menangkap burung ini dengan menggunakan jaring. Setiap hari Minggu, mereka menjual burung hasil tangkapannya di Pasar Plered, Cirebon. "Kalau stok burung lagi sedikit, saya belanja ke 'Pasaran' (Pasar Plered)," ujar Abeng.
Pedagang lainnya, Irwan, juga kerap membeli burung dari para penjaring burung. Namun, ia jarang membeli di Pasar Plered. Irwan menerapkan sistem berlangganan dengan para penjaring burung tersebut.
Sebelumnya, Irwan telah mendatangi rumah penjaring burung. "Saya meminta mereka memasok burung hasil tangkapan langsung ke saya," ujarnya.
Dalam seminggu, penjaring burung langganannya bisa datang satu kali hingga tiga kali. Ia kini memiliki tiga penjaring burung langganan yang rutin memasok burung.
Dengan sistem langganan ini, Irwan wajib membeli berapa pun jumlah burung yang dibawa penjaring. "Kalau mereka bawa 50 ekor sekali datang, saya wajib borong semua," terangnya.
Irwan juga kerap membeli burung dari luar kota, seperti Bandung dan Malang, Jawa Timur. Biasanya, ia membeli burung hasil ternak yang tak ditemukan di hutan, seperti Kenari. Sebab, di Cirebon tak ada peternak Kenari karena udaranya tidak cocok.
Irwan juga kerap membeli burung dari anak buah kapal (ABK) kapal laut dari Sumatra yang singgah di Pelabuhan Cirebon lima bulan sekali.
(Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News