kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sentra burung Splendid: Paguyuban pedagang berperan sentral (3)


Selasa, 10 Mei 2011 / 13:51 WIB
Sentra burung Splendid: Paguyuban pedagang berperan sentral (3)
ILUSTRASI. Lelang SUN banjir peminat


Reporter: Dharmesta | Editor: Tri Adi

Paguyuban pedagang memiliki peran sentral dalam kehidupan di Pasar Burung Splendid, Malang. Tak hanya mengatur kebersihan dan keamanan, perkumpulan ini juga berperan dalam koordinasi dengan pemerintah daerah setempat, seperti penanganan flu burung.

Wabah flu burung yang sempat mencengkeram Indonesia beberapa tahun lalu, ternyata masih berdampak pada penjualan di Pasar Burung Splendid. Walau efeknya tidak seberat beberapa tahun lalu, banyak pengunjung yang mengaku masih ketar-ketir.

Menurut Eddy Sugiharto, pemilik Brawijaya Pet Shop, setelah wabah merebak, hanya dalam tempo satu bulan penjualan langsung anjlok. "Pengunjung turun sehingga pasar menjadi sepi," ungkap Ketua Paguyuban Pasar Burung dan Ikan Hias Kota Malang ini.

Sarnam, salah seorang pedagang burung di Pasar Burung Splendid mengatakan, kondisi yang menyedihkan tersebut berlangsung sampai berbulan-bulan. Untungnya, "Masih ada pehobi yang datang sehingga saya masih bisa makan dan membayar biaya sekolah anak," ujar dia.

Panji, pedagang burung lain yang sudah berjualan di sentra ini sejak 2000, bercerita, wabah flu burung memang nyaris membuat Pasar Burung Splendid tidak ada transaksi. "Biasanya, dalam sehari setidaknya saya bisa menjual lima burung, saat wabah flu burung, hampir tidak ada," katanya.

Untuk mencegah penyebaran virus mematikan itu, banyak pedagang yang menyetop penjualan burung impor asal Taiwan dan Hong Kong, semacam poksay, wambi, dan robin. Soalnya, mereka khawatir burung-burung ini mengidap flu burung. Sementara, burung lokal lebih aman karena diambil dari hutan.

Walau begitu, ada juga yang tetap berani menjual burung-burung impor. Eddy, contohnya, yang tetap berani menjual poksay dan wambi seharga Rp 750.000.

Untuk menyedot kembali pengunjung yang pada lari, paguyuban pedagang Pasar Burung Splendid yang menggandeng pemerintah daerah setempat melakukan penyemprotan disinfektan. Jadi, "Begitu flu burung merebak, langsung ada penyemprotan," kata Eddy.

Paguyuban juga langsung mendata burung-burung yang terinfeksi flu burung. Pedagang juga terus menginformasikan kepada pembeli, bahwa pasar telah disemprot vaksin dan tidak ada yang burung yang terjangkit.

Eddy menuturkan, paguyuban pedagang di sentra ini memang memiliki peran sentral. Terbentuk semenjak pedagang dipindah ke Jalan. Brawijaya dari Pasar Combaran, paguyuban pedagang mengatur kebersihan dan keamanan pasar.

Dengan adanya kesepakatan bersama agar pedagang membersihkan sendiri tokonya dan jalan sekitar kios, sentra burung ini kelihatan bersih.

Soal keamanan, paguyuban melakukan koordinasi pedagang untuk membayar tenaga keamanan tiap bulan. "Alhamdullilah, selama saya berdagang di sini tidak pernah mendapat gangguan apapun," ujar Sarnam.

Saat ini, paguyuban bahkan berupaya melobi pemerintah agar diizinkan beternak burung langka, semisal rajawali, kakatua, dan nuri. Dari upaya itu, paguyuban berharap ada pelestarian burung sekaligus mengerek kesejahteraan pedagang.

Tak hanya itu, sekarang paguyuban juga sedang mencari cara agar pedagang bisa langsung membeli pakan burung dari Thailand. "Itu untuk menekan harga pakan," kata Eddy. Soalnya, kalau tetap membeli melalui importir, harga akan terus dimainkan.

(Selesai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×