Reporter: Noverius Laoli | Editor: Tri Adi
Pasar Burung Sukahaji di Jalan Peta, Bandung sudah kesohor di kalangan para pecinta burung. Di tempat ini ada 152 kios yang menyediakan banyak pilihan burung berkicau. Selain di dalam pasar, banyak juga pedagang yang membuka lapak dagangan di trotoar jalan.
Burung termasuk salah hewan piaraan favorit. Sejak lama, banyak orang yang hobi memelihara binatang ini, terutama jenis burung kicau. Banyak alasan kenapa burung kicau menjadi hewan peliharaan yang diminati. Misalnya karena kicauannya yang merdu.
Lantaran banyak pehobi burung, hampir di setiap daerah terdapat sentra penjualan burung kicau. Di Bandung, Anda dapat menemukan sentra penjualan burung kicau di Jalan Peta.
Di jalan ini terdapat Pasar Burung Sukahaji yang diramaikan sekitar 152 pedagang. Akses menuju pasar ini tidak sulit. Jika dari Jakarta dan melewati jalan tol, Anda bisa keluar di pintu tol Pasir Koja. Selanjutnya tinggal lurus saja hingga sampai di Jalan Peta. Di ujung jalan ini Anda tinggal belok kanan dan langsung menemukan Pasar Sukahaji.
Pasar seluas 5.800 meter persegi ini diisi 152 kios pedagang burung. Masing-masing kios berukuran sekitar 4 meter persegi. Itu belum termasuk kios milik pedagang yang mangkal di trotoar jalan di depan pasar.
Hampir setiap hari, tempat ini ramai dikunjungi para pecinta burung. Saat KONTAN menyambangi pasar ini Minggu (22/4), jumlah pengunjung terlihat membeludak. Selain di dalam pasar, banyak juga pembeli yang mengerubuti pedagang yang mangkal di trotoar.
Di trotoar jalan itu, pedagang mendirikan tenda yang bisa dibongkar pasang. Mereka memilih berjualan di trotoar karena di dalam sudah tidak ada tempat.
Layaknya pasar burung lainnya, ketika memasuki pasar ini Anda akan langsung disambut dengan aneka kicauan burung. Tapi, siap-siap saja mencium bau tidak sedap dari tempat ini.
Walau berbau, hal itu tidak menyurutkan minat para pembeli untuk berburu burung di tempat ini. Terlebih, koleksi burung kicau yang diperdagangkan terbilang lengkap.
Di antaranya beo, murai, jalak, jalak bali, cucak rawa, gelatik, kenari, kutilang emas, kutilang lumut, cap jenggot dan banyak jenis lainnya. Harganya tentu berbeda-beda, tergantung jenis dan kualitas burung.
Selain itu, "Harga yang dijual pedagang yang mangkal di trotoar lebih murah dibanding dengan yang di dalam pasar," klaim Yosef, pedagang yang membuka lapak di trotoar jalan.
Umumnya, menurut Yosef, harga burung kicau terbagi dua kelompok. Yakni, burung yang sudah bisa berkicau dan belum berkicau atau masih bahan. " Kalau masih bahan itu baru ditangkap dan lebih murah," jelasnya.
Ia sendiri menjual burung mulai dari jenis kutilang emas seharga Rp 150.000, hingga murai seharga Rp 1,2 juta per ekor. Menurutnya, murai seharga itu masih termasuk bahan. "Kalau sudah bunyi Rp 2 juta per ekor," ucapnya. Yosef bisa menjual minimal lima ekor burung per hari, dengan omzet Rp 400.000-Rp 500.000. Sebulan omzetnya mencapai Rp 15 juta.
Adi Kurniawan, pedagang lainnya bilang, burung-burung berharga mahal, seperti beo dan murai tidak banyak pembelinya. Yang banyak dicari burung yang harganya sekitar Rp 100.000 per ekor. Dalam sehari, ia mengaku mendapat omzet Rp 1,5 juta-Rp 2 juta. "Tergantung rezeki juga sih," ujarnya.
Jaja, salah seorang pembeli, mengaku suka berburu burung di tempat ini karena koleksinya lengkap. "Selain itu, harga burung yang dijual juga masih bisa ditawar," jelasnya.
(Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News