kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45926,73   11,38   1.24%
  • EMAS1.310.000 -1,13%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sentra durian Pandeglang: Pembeli menawar, margin bisa hambar (2)


Rabu, 06 Juli 2011 / 14:31 WIB
Sentra durian Pandeglang: Pembeli menawar, margin bisa hambar (2)
ILUSTRASI. Sempat gangguan, kini layanan G Suite, termasuk Google Meet sudah kembali normal


Reporter: Dharmesta | Editor: Tri Adi


Para pedagang sentra durian di Kampung Waas tak mengambil untung banyak dari penjualan durian. Margin mereka berkisar Rp 5.000 per buah. Margin itu pun masih terpangkas, bila ada pembelian dalam jumlah banyak dan ada pembeli yang pandai menawar.

Para pedagang durian di sentra penjualan Durian Kampung Waas ini punya cara berjualan yang cukup beresiko. Dimyati, salah satu pedagang durian di sentra ini, mengatakan, pedagang biasanya akan membuka durian pilihan pembeli, biar mereka bisa mencicipi daging buahnya.

"Namun, kalau rasanya kurang manis, bisa jadi pembeli membatalkannya. Kalau sudah begitu saya hanya bisa gigit jari" ujar Dimyati yang sering mengalami kejadian ini.

Ia mengaku, penjualannya dalam sehari sangat fluktuatif, yakni, berkisar lima hingga 20 buah. Bahkan, seringkali tak satu pun durian terjual. "Rezeki kami tergantung orang yang lewat dan mau berhenti untuk membeli durian," ujar Dimyati. Pembeli durian Dimyati biasanya berasal dari daerah Pandeglang dan Serang.

Harga jual durian ini juga tergantung dari kemampuan pembeli dalam hal tawar-menawar. "Kalau si pembeli ngotot dan membeli dalam jumlah banyak, harga jual bisa turun Rp 1.000 sampai Rp 2.000. "Tapi, saya juga mempunyai batas harga. Soalnya, margin saya dari pemasok hanya Rp 5.000 per buah," ujar Dimyati.

Abdullah mengaku dalam sehari bisa menjual antara 10 sampai 40 buah durian per hari. "Penjualan ramai di akhir pekan, karena biasanya buruh pabrik sudah gajian dan karyawan berakhir pekan," tuturnya. Sama seperti Dimyati, Abdullah mengambil untung Rp 5.000 per buah. "Yang penting, cukup untuk menghidupi anak istri," ujar Abdullah.

Namun, tak seperti pedagang buah lainnya. Jika pedagang buah menyambut bulan puasa dengan suka cita, pedagang durian harus siap dengan sepinya pembeli. "Durian memang bukan buah yang cocok untuk berbuka," ujar Abdullah. Karena itu pada bulan puasa, selain menjual durian mereka juga menambah dagangannya, yakni timun suri.

Atma yang mengelola saung Durian Jatohan Haji Arif milik keluarganya lebih beruntung. Ia mengatakan, dalam sehari penjualannya berkisar antara 50 sampai 200 buah durian. Harga durian yang dijualnya bervariasi yaitu mulai Rp 10.000 sampai Rp 70.000, tergantung dari tingkat kemanisannya.

Berkat saung dua lantai yang dibangun ayahnya pada tahun 1999, harga jual duriannya tidak bisa ditawar lagi sehingga keuntungannya lebih jelas. Selain itu, Atma juga memperoleh keuntungan tambahan dari penjualan wajik durian seharga Rp 5.000, yang diproduksinya sendiri. "Dalam sehari bisa terjual sampai 500 pak," ujar Atma.

Karena penjualan durian di saungnya cukup banyak, Atma pun sering membeli pasokan durian secara borongan dari para petani. Setiap tiga bulan sekali Atma memborong hasil kebun seluas 350 meter persegi.

Atma mengambil pasokannya dari daerah Pandeglang, Rangkas Bitung, Ciomas , Mancak dan Serang, sesuai dengan masa panen masing-masing kebun di wilayah tersebut.

Tak hanya masyarakat sekitar Pandeglang, pelanggan Atma datang dari Jakarta dan Bandung. Bahkan, ada juga yang datang dari Medan, saat di sana belum musim durian. "Banyak pembeli sudah mengenal saung saya, karena sudah punya nama," ujarnya.


(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×