kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.884.000   -23.000   -1,21%
  • USD/IDR 16.210   -25,00   -0,15%
  • IDX 6.897   65,26   0,96%
  • KOMPAS100 1.002   13,05   1,32%
  • LQ45 771   10,32   1,36%
  • ISSI 224   1,60   0,72%
  • IDX30 397   5,48   1,40%
  • IDXHIDIV20 461   5,31   1,16%
  • IDX80 113   1,46   1,31%
  • IDXV30 113   0,44   0,39%
  • IDXQ30 129   1,86   1,47%

Sentra eletronik Taman Puring: Menggaet pembeli dengan strategi (3)


Kamis, 03 Maret 2011 / 13:24 WIB
Sentra eletronik Taman Puring: Menggaet pembeli dengan strategi (3)
ILUSTRASI.


Reporter: Gloria Natalia | Editor: Tri Adi

Para pedagang juga perlu strategi dan penawaran menarik dalam menjajakan barang elektronik bekas di Taman Puring. Ada yang memberi garansi, ada pula yang menawarkan layanan perbaikan gratis. Jadi, meski konsumen membeli barang bekas, tersedia layanan purnajual yang cukup menarik di sentra yang makin ramai ini.

Pasar merupakan salah satu pusat perekonomian di setiap kota, sebab di tempat inilah terjadi transaksi dan perputaran uang. Tak terkecuali di Pasar Taman Puring yang antara lain menjajakan beragam produk atau barang elektronik bekas.

Menurut Rudi Darmiandi, pemilik Audio Elektro, perputaran uang di sentra ini mencapai Rp 500 juta per hari. Perputaran duit yang cukup besar itu lantaran pengunjung yang datang tidak hanya dari dalam kota saja, tapi juga luar kota. "Terkadang ada juga wisatawan asing yang terlihat berbelanja," ujarnya.

Rudi menyatakan, pertumbuhan sentra barang elektronik seken, baik jumlah pedagang maupun pengunjung, sangat terasa pascakrisis moneter 1997-1998. Dari sisi pedagang, mereka melihat peluang membuka toko barang elektronik bekas nan unik sangat prospektif, mengingat modal yang dibutuhkan sebenarnya tidak begitu besar. "Cukup dengan Rp 10 juta sudah bisa buka usaha," kenangnya.

Pria yang berdagang di Taman Puring selama hampir 15 tahun ini menekankan pentingnya koneksi untuk menjamin pasokan barang elektronik bekas selalu tersedia. Semakin banyak dan beragam pihak yang menjual kepadanya, maka stok akan semakin kaya. Bahkan, ia mengaku pernah menjual jenis amplifier Sony tahun 1990-an dengan harga mencapai Rp 10 juta.

Rudi mencatat, sebelum krisis moneter hanya ada sekitar 15 kios yang menjajakan barang elektronik bekas. Namun, saat ini, sudah ada hampir 80 toko barang elektronik bekas.

Dari sisi pembeli, Rudi melihat pertumbuhan pembeli yang datang ke Taman Puring dipengaruhi oleh menurunnya daya beli masyarakat secara umum. Masyarakat lebih memprioritaskan kebutuhan pokok ketimbang mencari barang sandang. "Namun, ada juga yang datang ke sini mencari barang kuno yang antik dan tentu harganya juga tidak murah," imbuh dia.

Kian banyaknya toko yang buka tentu menimbulkan konsekuensi persaingan yang kian tajam. Tetapi, Rudi bilang, itu tak masalah. Justru akan semakin meningkatkan kualitas dan pelayanan masing-masing kios.

Audio Elektro milik Rudi, misalnya, menyediakan layanan unggulan garansi enam bulan untuk barang bekas yang ia jual. "Selama ini cukup sukses menarik pelanggan," ungkapnya.

Berbeda dengan Rudi, Anton menyiapkan strategi pemasaran dengan menawarkan layanan perbaikan dua kali setelah masa pembelian. Pemilik Electronic Digital ini juga menyediakan brosur produk-produk yang ia lego. "Saya rasa hanya toko saya yang punya," ujarnya dengan nada penuh bangga.

Para pedagang menyadari bahwa berjualan barang bekas memang perlu trik-trik tertentu untuk menarik pelanggan. Tentu saja, trik di sini bukan dalam makna menjebak atau menipu para pelanggan, melainkan bagaimana mengemas produk maupun layanan semenarik mungkin.

Satu lagi yang menarik dari Taman Puring, mayoritas pedagang elektronik berasal dari etnis Sunda. Rudi yang asli Tasikmalaya menjelaskan, ini memang menjadi salah satu ciri khas pasar. "Bahkan ada yang sudah tiga generasi berjualan di pasar ini," katanya.

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Owe-some! Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak

[X]
×