kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sentra kambing yang pasokannya dari luar kota (3)


Kamis, 07 Oktober 2010 / 10:20 WIB
Sentra kambing yang pasokannya dari luar kota (3)
ILUSTRASI. BBM Pertamax series di SPBU Pertamina


Reporter: Raymond Reynaldi | Editor: Tri Adi

Para pedagang kambing di sentra Babelan, Bekasi Utara, biasa mendapat pasokan ternak kambing dari sejumlah daerah di Jawa. Namun, tidak jarang pula mereka memasok kambing dari sesama pedagang di sentra penjualan lain. Pedagang hanya menghindari mengambil pasokan dari petani.

Pasokan barang dagangan adalah salah satu komponen bisnis terpenting yang harus dimiliki setiap pelaku usaha. Maklum, jika pasokan barang lancar, roda usaha juga bisa ikut berputar kencang.

Para pedagang di sentra penjualan kambing Babelan, Bekasi Utara, selalu menjaga pasokan barang dagangannya. "Orang yang pesan kambing itu tidak selalu ada. Tapi, sekali pesan, permintaannya bisa dalam jumlah banyak," ujar Ramin, pedagang kambing asal Kampung Kedaung, Babelan.

Menurutnya, pada hari raya keagamaan dan hari besar lainnya, permintaan kambing selalu naik. Apalagi, belakangan ini makin banyak pelaku usaha makanan yang menawarkan jajanan dengan menu utama daging kambing.

Biasanya para pedagang di sentra kambing Babelan mendapatkan pasokan kambing dari sejumlah peternak di daerah. Antara lain, Cikarang, Karawang, Purwokerto, dan Purbalingga. Para pedagang kambing di Babelan tidak mematok jumlah pasti dalam sekali belanja pasokan kambing.

Ramin bertutur, kendati pencarian sumber pasokan kambing melimpah, namun dalam mencari pasokan yang cocok itu tidak mudah. "Jumlah pasokan pasti banyak, tapi harganya belum tentu cocok dengan kantong pedagang," imbuhnya.

Harga beli pasokan kambing itulah yang menjadi momok para pedagang di sentra penjualan kambing Babelan. Sebab, mereka sendiri adalah pedagang yang mengambil keuntungan dari selisih harga beli itu dengan harga jual kambing kepada konsumen.

Meski begitu, para pedagang menghindari pasokan kambing dari petani. Alasannya, biasanya para petani memiliki bisnis sampingan untuk mengisi koceknya. Mereka juga menjual hewan produktif selain kambing, seperti ayam, itik, dan sapi.

Lazimnya, para petani akan menjual hewan produktifnya itu di saat musim panen padi telah berlalu. Masalahnya, para petani suka mematok harga jual kambing mendekati harga patokan pedagang eceran seperti Ramin. "Tidak mungkin saya beli kambing dengan harga tinggi. Nah, saya mau jualnya di harga berapa?" keluhnya.

Belum lagi, lanjut Minas, pedagang asal Kayuringin, Bekasi, mereka mesti menanggung biaya sewa mobil pengangkut kambing itu dari tempat asalnya. "Biaya transportasi bisa Rp 250.000 sampai Rp 300.000, tergantung jarak tempatnya," katanya.

Karena itu, lanjut Ramin, para pedagang di Babelan lebih suka mengambil pasokan kambing dari sentra lain, seperti di Karawang, Purwokerto, atau Purbalingga. "Di sana sudah jelas harganya, jadi tinggal tawar saja," tandasnya.

Ketika berbelanja pasokan kambing dari sentra tersebut, para pedagang di Babelan tak segan memborong dalam jumlah yang banyak. Misalnya, memborong langsung 50 ekor dalam sekali pembelian. "Sayang ongkosnya kalau cuma beli sedikit," katanya.

Dengan harga beli di sentra ternak kambing yang lebih miring, para pedagang di sentra Babelan bisa meraup keuntungan yang lumayan. Menurut Abdul Karim, pedagang dari Kampungturi, Tambun Utara, marjin bersih yang diraup para pedagang dari penjualan kambing berkisar antara Rp 50.000 hingga Rp 150.000 per ekor.

Uwik, pedagang kambing asal Cakung, Jakarta Timur, menambahkan, selain dari peternak, pedagang juga bisa mengambil pasokan dari sesama pedagang lainnya.

Bahkan, kata dia, transaksi jual-beli lebih mudah dilakukan. Penjual dan pembeli bisa bernegosiasi langsung sembari berjualan kambing di sentra. "Stok itu biasanya hanya untuk menjaga persediaan di rumah, takut ada orang yang mau beli," pungkas Uwik.

Hanya saja, menurut dia, tawar-menawar harga antarpedagang kambing bakal alot bila dibandingkan dengan pembeli. Pasalnya, satu sama lain telah mengetahui kemampuan keuangannya "Jadi, harus pandai juga menawar ke sesama pedagang," ucap Uwik.

Berbeda jika menjualnya kepada konsumen, keuntungan dari penjualan kambing ke sesama pedagang terhitung sangat tipis. Pasalnya, patokan harga jual berada di bawah harga pasaran yang sedang berlaku.

Uwik bilang, dari hasil menjual satu kambing kepada pedagang lainnya, dia hanya bisa meraup laba 5% dari harga modal. "Itu sudah maksimal, karena tidak enak juga kalau pasang harga terlalu tinggi," imbuhnya. Ya, hitung-hitung saling membantu antarteman.

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×