kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sentra kerajinan Lopait: Modal dagang pun bisa ngutang (2)


Selasa, 03 Mei 2011 / 13:48 WIB
Sentra kerajinan Lopait: Modal dagang pun bisa ngutang (2)
ILUSTRASI. Tentara angkatan darat AS


Reporter: Handoyo | Editor: Tri Adi

Selain di pinggir jalan, banyak pedagang di sentra kerajinan dan peralatan rumah tangga Lopait menempati lahan sendiri. Mereka juga memanfaatkan lahan perkebunan dan lahan milik desa. Kecilnya modal menjadikan jumlah pedagang terus bertambah. Apalagi suplai barang dagangan bisa dikredit dari pemasoknya langsung.

Sebagai sentra kerajinan dan peralatan rumah tangga, Lopait makin ramai. Selain banyak pedagang yang membuka dagangan di pinggir Jalan Fatmawati, banyak juga penduduk desa yang memakai pekarangan untuk membuka usaha.

Contohnya, Siti Asnah, perempuan asli Lopait ini membuka usaha dengan menempati lahan pekarangan rumah sendiri. Dengan begitu, dia tak lagi dipusingkan dengan pajak atau berbagai pungutan retribusi lainnya

Berbeda dengan Dwi Ismiyati. Dia harus menyewa lokasi, dengan sistem kontrak untuk berdagang alat rumah tangga. Tiap tahun Ismayati mengaku harus membayar Rp 500.000 untuk sewa tempat. Saban hari, dia juga harus menyetor Rp 2.000 ke desa.

Ismayati saat ini menempati lahan milik desa. Sebelumnya, ia berjualan alat-alat rumah tangga di pinggir jalan hingga Mei 2010. Saat ini, ia menempati lahan yang lebih luas dan aman. "Tempat parkir juga luas. Jadi pengunjung tidak lagi waswas dengan kendaraannya," katanya.

Di tempat barunya, dia juga bisa memakai ruang kosong yang dilengkapi kasur untuk beristirahat. Maklum, usaha dagang yang dia lakoni beroperasi 24 jam, tanpa henti.

Selain Ismiyati, Ngateni juga membuka tokonya selama 24 jam. "Saya setiap hari di sini. Sesekali pulang menjenguk anak," katanya. Walau sering merasa kejenuhan, dia akan terhibur jika tokonya ramai.

Untuk memenuhi pasokan produk kerajinan dan peralatan rumah tangga, para pedagang lebih banyak menggantungkan dari pemasok yang datang beberapa kali dalam seminggu.

Kalaupun butuh pasokan barang dengan segera, pedagang di sentra ini juga tinggal angkat telepon untuk memesan ke para pemasok. Selain dengan pembayaran kontan, para pemasok itu biasanya juga menerima pembayaran kredit. "Modalnya kepercayaan," kata Setyo Wahyudi salah satu pemasok.

Lelaki asal Lopait Tuntang ini sudah lama menjadi pemasok barang kerajinan dan perlengkapan rumah tangga. Menurut Setyo, selain memasok barang ke pedagang lain, dia juga memiliki kios serupa di sentra ini.

Inilah sebabnya, Setyo dianggap sebagai pionir di sentra kerajinan dan peralatan rumah tangga ini. Apalagi, pada awalnya memang dia yang mengawali penjualan produk kerajinan dan peralatan rumah tangga. Melihat pembeli yang datang silih berganti, pedagang yang dulu menjual buah, tertarik mengikuti usahanya.

Menurut Setyo, menjadi pemasok dagangan bukan tanpa resiko. Sebab, banyak pelanggan yang memilih berutang barang namun tidak bisa membayar saat ditagih. "Kebanyakan mereka membayar jika sudah punya uang," ujarnya. Meski membayar, para pedagang ini belum tentu juga bisa melunasi seluruh utang yang menjadi kewajibannya.

Selain dibayar dengan cara mengangsur, keuntungan yang dia peroleh dari memasok barang ke pedagang juga sedikit. Setyo mengaku hanya mengambil keuntungan 5%-10% dari nilai produk. Keuntungan tersebut bisa, kata Setyo, belum sepadan dengan pengeluaran transportasi yang dari tahun ke tahun terus naik.

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×