Reporter: Noverius Laoli | Editor: Tri Adi
Akibat harga bahan baku pembuatan mebel terus meroket, harga mebel lokal pun ikut-ikutan naik. Agar tetap mendapatkan pembeli, beberapa penjual mebel di sentra mebel Jalan Oto Iskandar Dinata (Otista), Jakarta Timur, memilih menjual produk mebel asal China. Selain harga lebih murah, peminatnya juga banyak.
Tak ada rotan akar pun jadi, pepatah kuno itu berlaku bagi penjual mebel di sentra mebel Jalan Otista, Jakarta Timur. Lantaran harga mebel lokal melambung, beberapa pedagang melirik mebel impor China. Selain harganya lebih miring, konsumen pun ternyata menyukainya. Terlebih dengan harga sama, pembeli bisa mendapatkan mebel dengan ukuran lebih besar ketimbang mebel buatan lokal.
Rohmah Siswati, pengelola toko Plaza Mebel Cawang mengatakan, sekitar 80% furnitur yang dijual di tokonya adalah produk impor asal China. Impor itu dilakukan sejak harga-harga bahan baku mebel lokal semakin tinggi. Sementara itu, jika menaikkan harga terlalu tinggi, maka pelanggan akan pindah ke tempat lain. "Mau tak mau saya mengimpor mebel jadi dari China yang harganya jauh lebih murah," ungkap Rohmah.
Sebagai gambaran, lemari dua pintu buatan pengusaha lokal sama harganya dengan lemari tiga pintu buatan China yakni Rp 2,7 juta. Di Plaza Mebel, Rohmah menjual beraneka furnitur seperti meja makan impor dengan harga mulai dari Rp 1,8 juta - Rp 6 juta, Sofa kayu impor satu set dengan meja harganya Rp 2,5 juta hingga 3,5 juta.
Selain itu, harga kursi kantor impor Rp 3,5 juta per unit. Harga tersebut tergolong lebih murah dibandingkan dengan kursi kantor buatan lokal dengan spesifikasi yang sama, yakni Rp 4,5 juta per unit. "Ini yang membuat konsumen memilih produk impor," ujarnya.
Rohmah bilang, menjual produk impor adalah strategi jitu untuk menggaet pembeli. Tak hanya itu, Rohmah juga menyediakan bonus kepada konsumen yang membeli produk mebel di atas harga Rp 2 juta. Mereka mendapatkan aksesori bunga dan keranjang impor.
Strategi pemberian bonus ini terbilang manjur untuk menarik perhatian pelanggan lama dan mendatangkan pembeli baru. Saat ini, pelanggan dia kebanyakan dari wilayah Jakarta, Tangerang, dan Bekasi. Tapi pembeli dari luar Jabodetabek juga banyak.
Aswan Tjendera pemilk toko Prima Boald memilih tetap membuat dan menjual mebel dengan bahan baku lokal. Tapi, Aswan giat mencari pembeli dari luar kota seperti dari Papua, Makasar, dan Sumatera. "Saya sudah punya jaringan ke sana," ujar Aswan.
Menurutnya, konsumen dari luar Jawa sangat potensial menjadi target pasar karena di daerah mereka belum banyak yang mengolah mebel. "Saya masih bertahan pakai bahan baku lokal dan berusaha tidak menaikkan harga mebel," imbuhnya.
Yuli, pengelola toko Sumber Jaya juga memilih tetap mempertahankan produk mebel lokal untuk dijual. Supaya harga tak terlalu tinggi, toko ini mengakali dengan mengalihkan pembelian pasokan mebel dari perajin ke pabrik pembuatan mebel di sekitar Jakarta.
Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM) ya ongkos kirim lebih murah, harga furnitur buatan pabrik juga lebih murah meriah ketimbang buatan perajin. Dengan strategi seperti ini, pelanggan di toko Sumber Jaya tetap bertahan kendati memang tidak sebanyak sebelumnya. "Kami harus tetap menjalankan bisnis ini dan mencari strategi baru," kata Yuli optimistis.
(Selesai)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News