Sumber: Kontan 8/10/2012 | Editor: Havid Vebri
Sentra onderdil motor di di Jalan Raya Bogor, Kramatjati, Jakarta Timur terbilang lengkap. Hampir smeua jenis onderdil dijual di tempat ini. Pasokan onderdil itu didapat dari pelbagai sumber.
Salah satu dari didapat dari hasil tukar tambah dengan para pengguna sepeda motor. Hartono, pemilik toko Anugerah Motor termasuk yang melayani sistem tukar tambah ini.
Biasanya, barang hasil tukar tambah itu diperbaiki lagi oleh Hartono. Seperti saat KONTAN mengunjungi sentra ini, Kamis lalu (4/10), Hartono tampak sibuk mengganti jari-jari velg (pelek) motor bekas pakai.
Pelek bekas didapatnya dari konsumen yang membeli pelek baru dengan sistem tukar tambah. "Di sini kami memang menerima barang bekas. Dari pada mubazir, bisa dibenarin nanti kami jual lagi," ujar Hartono.
Namun, Hartono hanya mau membeli onderdil bekas yang orisinal atau bawaan asli dari motor tersebut. Jika tidak, harganya akan jatuh sekali dan susah dijual.
Ia biasa menerima onderdil bekas pakai, seperti pelek, shockbreaker, dan cakram. Di tokonya, ketiga barang bekas pakai itu yang paling laku dijual.
Selain diperbaiki, onderdil bekas pakai itu dibersihkan dan dicat kembali, sehingga tampilannya lebih menarik. Perbaikan onderdil bekas itu dibantu dua karyawannya.
Dedeh Faridah, pemilik toko Waliga Motor juga melayani sistem tukar tambah onderdil. Ia mengaku, sistem tukar tambah itu lumayan menjanjikan keuntungan besar. Soalnya, setelah diperbaiki lagi, onderdil bekas itu bisa laku mahal. Padahal, dia membelinya dengan harga murah. "Setiap bulan saya bisa mendapat penjualan sekitar Rp 50 juta," ujar Dedeh.
Ia mengaku paling sering menerima knalpot bekas pakai. Setelah dipoles, knalpot bekas itu bisa dijual lagi dengan harga di kisaran Rp 120.000 - Rp 180.000, tergantung kondisinya. "Tetapi saya tidak mau tukar tambah kalau barangnya sudah tidak bagus," ujar Dedeh.
Berbeda dengan pedagang lain, Solihin, pemilik toko Ikhya Motor tidak menerima sistem tukar tambah. Di tokonya, ia hanya menjual bodi motor beserta lampu, tanpa menjual onderdil lainnya.
Ia tidak menjual bodi motor bekas pakai karena hampir semua pengguna motor membeli yang baru. "Kebanyakan orang mengganti bodi motornya karena pecah akibat kecelakaan atau sudah sangat kusam," ujar Solihin.
Maka, jarang sekali bodi motor bisa ditukar tambah dengan yang baru. Lagipula, harga bodi baru dengan kualitas lokal atau tiruan sudah cukup murah.
Menurut Solihin, bodi motor tiruan lebih laku dibandingkan bodi motor asli. Makanya, ia lebih banyak menjual yang tiruan. "Kalau yang asli lakunya lama," ujar Solihin.
Bodi lokal ini harganya bisa separuh dari orisinal. Konsumen juga bisanya memilih membeli di dealer resmi untuk bodi orisinal.
(Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News