Reporter: Revi Yohana | Editor: Havid Vebri
Jika sedang berkunjung ke Surakarta, Jawa Tengah, rasanya kurang lengkap jika belum mampir ke Pasar Klewer. Selain di Solo dan sekitarnya, pasar ini juga sudah kesohor hingga ke berbagai daerah di Indonesia.
Pasar tradisional yang legendaris ini dikenal sebagai pusat grosir pakaian dan batik terbesar di Jawa Tengah. Sejak sebelum tahun 1960, Pasar Klewer menjadi tempat berkumpulnya ratusan pedagang.
Pasar ini memang tergolong besar dengan total luas lahan mencapai sekitar 12.000 meter persegi. Lantaran jumlah pedagang terus bertambah, sejak tahun 1970, Pemerintah Kota Solo membangun gedung permanen berlantai dua.
Sejak dibangun gedung, pasar tersebut resmi menyandang nama Klewer. Sebelumnya pasar ini dinamakan Slompretan. Kendati sudah ada gedung, saat ini masih banyak pedagang memenuhi pelataran pasar dan pinggiran jalan untuk berjualan. Kondisi ini menyebabkan kemacetan.
Saat KONTAN mengunjungi pasar tersebut, kemacetan sudah terjadi sekitar 100 meter sebelum tiba di depan area Pasar Klewer. Di sisi kanan kiri jalan terdapat banyak pedagang ditambah kendaraan yang parkir sembarangan. "Ya memang begini Pasar Klewer. Dinamakan Klewer karena barangnya kleweran (bertebaran) dan bergantungan," ujar Chusnol, pemilik Toko Pamor Khalifah yang telah menjalankan usahanya selama 10 tahun.
Meski semrawut, tetap saja banyak pengunjung datang ke pasar ini. Mereka rela berdesak-desakan lantaran harganya miring dan pilihan barangnya juga banyak. Barang di pasar ini kebanyakan dijual dengan harga grosir. Harga tersebut kadang berlaku juga bagi pembeli eceran.
Contohnya Chusnol yang menjual pakaian anak mulai Rp 10.000. Dress wanita dihargai Rp 30.000, dan kemeja mulai Rp 40.000. "Yang paling mahal pakaian bahan paris, satunya Rp 150.000," ujar Chusnol.
Selain di Solo dan Pulau Jawa, Chusnol mengaku, sering mendapat order dari konsumen di luar Jawa. Kebanyakan konsumennya ini para pedagang.
Ia pernah mengirim barang ke Kalimantan, Medan, Batam, dan yang paling banyak ke Sumatera. "Satu bulan saya bisa dua kali kirim barang ke luar kota," ujar Chusnol. Omzetnya sekitar Rp 50 juta per bulan.
Pedagang lainnya, Kaidar Ali mengaku mengantongi omzet Rp 18 juta per bulan. Ia juga menjual aneka pakaian, seperti batik, gamis, blus, dan legging. Selain pakaian, ia juga menjual aneka perhiasan imitasi, seperti kalung dan cincin yang dijual mulai Rp 35.000 hingga Rp 300.000 per unit.
(Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News