kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Sentra Roti: Bahan baku utama dari warung terdekat


Jumat, 12 Juni 2015 / 12:44 WIB
Sentra Roti: Bahan baku utama dari warung terdekat
ILUSTRASI. Dibuka menguat di awal perdagangan, selang beberapa menit, indeks harga saham gabungan atau IHSG pada Jumat (29/12) menunjukan pelemahan.


Reporter: Jane Aprilyani | Editor: Hendra Gunawan

BANDUNG. Sentra produksi dan penjualan roti di Babakan Rahayu, Gang Kopo, Kecamatan Bojongloa Kaler, Bandung ini berada di gang sempit yang padat rumah penduduk. Sehingga, wilayah ini hanya bisa dilalui sepeda motor. Para pembeli ritel atau grosir yang datang menggunakan mobil harus mencari parkir di tempat lain dan berjalan kaki menuju sentra ini.

Para produsen roti menjadikan rumah tinggal mereka sebagai tempat produksi. Ketika KONTAN menyambangi sentra ini pada siang hari, terlihat para pekerja sibuk mengadon dan menggulung adonan roti. Jumlah pembeli yang datang tidak banyak, karena biasanya mereka mulai datang pada sore hingga malam hari.

Sudiya, pengusaha roti di sentra ini bilang, bahan baku pembuatan roti mudah didapatkan di sekitar tempat produksinya. Dia hanya butuh tepung terigu, telur, mentega, susu, dan keju. Semua bahan baku ini bisa dia beli di warung dekat rumahnya. Rata-rata Sudiya harus merogoh kocek Rp 200.000 per hari untuk membeli seluruh bahan baku pembuatan roti.

Cara membuat roti menurutnya tidak sulit. Setelah menjadi adonan, pegawainya membentuk roti dan kemudian ditaruh di loyang. Kemudian loyang-loyang tersebut ditaruh di oven besar hingga matang. Dia bisa membuat roti sebanyak 150 loyang atau sekitar 50 kantong sampai 70 kantong plastik yang berisi 10 kotak per kantong.

Dia mengaku jumlah pesanan yang datang tidak menentu tiap bulan. Tapi sepanjang tahun ini, dia merasakan permintaan roti sedang turun. Rata-rata produksi rotinya yang terbeli hanya 40 kantong plastik. Jika sedang sepi pembeli, omzet yang dia raih hanya Rp 400.000 per hari. Namun jika sedang ramai, omzetnya bisa mencapai Rp 1 juta per hari.

Nah, kalau produksi rotinya tak terjual habis, Sudiya masih bisa menjualnya kembali keesokan harinya. Karena daya tahan pia dan baguette buatannya bisa tahan lama hingga seminggu. "Berbeda dengan roti tawar yang akan segera rusak setelah dua hari sampai tiga hari kemudian," kata dia.

Sementara Daup, pengusaha roti lainnya mengaku penjualan rotinya selalu habis di pasaran. Dia memproduksi 300 kantong plastik per hari dan sebagian besar pembelinya adalah pedagang grosir. Biasanya mereka lantas mendistribusikan roti tersebut ke warung-warung di sekitar Bandung.

Lantaran produknya lumayan laris, Daup tidak ingin beralih usaha dari berjualan roti. Dia merasakan biasanya permintaan akan lebih ramai pada awal bulan ataupun akhir bulan. Sementara, di tengah-tengah bulan biasanya permintaan sedikit melambat.

Saat ini Daup telah memiliki tempat produksi yang sekaligus dia jadikan tempat berjualan roti. Dibantu tujuh pegawai, Daup memiliki keinginan untuk bisa melebarkan pasar hingga keluar kota Bandung ke depannya. (Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×