kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Mencicipi roti buatan warga Gang Kopo, Bandung (1)


Rabu, 10 Juni 2015 / 14:05 WIB
Mencicipi roti buatan warga Gang Kopo, Bandung (1)
ILUSTRASI. Penjualan motor listrik Selis yang menawarkan program subsidi dari pemerintah saat pameran Indonesia Motorcycle Show (IMOS+) 2023 di Tangerang, Minggu (29/10). KONTAN/Carolus Agus Waluyo


Reporter: Jane Aprilyani | Editor: Hendra Gunawan

BANDUNG. Kota Bandung sudah terkenal menjadi salah satu kota yang memiliki banyak industri berskala rumahan. Selain industri tekstil, Bandung juga banyak memiliki pusat industri kuliner seperti roti. Salah satu sentra produksi roti ini berada di Babakan Rahayu, Gang Kopo, Kecamatan Bojongloa Kaler, Bandung.

Data Dinas Koperasi UKM dan Perindustrian Perdagangan Kota Bandung menyebutkan, ada sekitar 13 produsen roti yang beroperasi dengan menyerap tenaga kerja sebanyak 115 orang. Sentra ini memproduksi berbagai macam roti seperti roti tawar, roti sobek, dan roti aneka rasa sampai bakpia. Kapasitas produksi di sentra ini sebanyak 12,98 juta roti per tahun. 

Letak sentra produksi roti ini berada di gang sempit yang hanya bisa dilalui sepeda motor. Ketika KONTAN menyambangi sentra ini, terlihat rak-rak berisi jejeran roti yang siap dijual. Rumah-rumah warga di tempat ini sekaligus dijadikan tempat produksi. 

Sentra ini konon sudah eksis sejak tahun 1980-an. Selain menjadi tempat produksi, Gang Kopo ini juga banyak didatangi para pembeli yang bisa langsung melihat produksi roti berlangsung.

Para pembeli biasanya ramai mendatangi sentra ini sekitar pukul 5 sore hingga 9 malam. Rata-rata pembeli eceran berasal dari warga sekitar Kopo. Sementara pembeli dalam jumlah banyak biasanya untuk dijual kembali. Roti-roti itu kemudian dijajakan di daerah Kuningan, Cianjur, Cirebon, Pamanukan, dan Subang.

Sudiya, salah satu produsen dan pedagang roti di sentra ini bercerita, dia sudah menjalankan usaha ini sejak 1997. Pria berusia 50 tahun ini menjual dua jenis produk adonan tepung, yaitu bakpia isi susu dan baguette isi keju. Harga jualnya Rp 2.000 per kotak berisi enam. Selain menjual per kotak, di warung-warung produknya bisa dijual satuan seharga Rp 500 per buah.

Dia juga menerima pesanan roti atau kue asalkan bahan baku bisa mudah didapat dan harga jual mampu menutup biaya produksi. Contohnya saja, pia yang dia produksi kecil dan agak tipis dapat diolah menjadi pia agak tebal seperti yang dijual di Yogyakarta.

Sudiya mampu memproduksi sekitar 70 kantong plastik yang masing-masing berisi 40 kotak roti per hari. Dia mengaku perolehan omzet kadang tak menentu. Rata-rata dia bisa mendapat Rp 1 juta per hari.

Daup, produsen roti lainnya memproduksi roti kasur dan kue keju yang berbentuk kraker. Harga jualnya Rp 2.100 per bungkus. Dia tidak menjual secara eceran, namun grosir dari para pedagang pasar untuk didistribusikan ke warung-warung. Dia tidak menyertakan merek pada bungkus roti buatannya.

Meski begitu, omzet yang Daup peroleh lumayan, dia bisa meraih pendapatan Rp 2,8 juta sampai Rp 3,5 juta per hari. (Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×