kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45901,12   2,37   0.26%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sentra sandal Wedoro: Dulu berbahan kulit, sekarang spons (1)


Senin, 01 Agustus 2011 / 13:46 WIB
Sentra sandal Wedoro: Dulu berbahan kulit, sekarang spons (1)
ILUSTRASI. IHSG dan Indeks Sektoral 15 Oktober 2020


Reporter: Handoyo | Editor: Tri Adi

Sejak tahun 1960-an, Desa Wedoro di Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur terkenal sebagai sentra produksi sandal. Hampir 80% warga Wedoro menggantungkan hidup berbisnis sandal. Mulai dari perajin, pedagang bahan baku, perkakas kerja hingga menjadi bakul sandal ke luar daerah.

Alas kaki terus mengalami evolusi model menyesuaikan zaman. Namun, satu hal yang tak berubah yakni alas kaki dibutuhkan untuk semua rutinitas harian. Ini sebabnya, alas kaki menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan seseorang.

Ini pula yang menjadi sebab bisnis alas kaki terus bertumbuh. Salah satunya desa Wedoro, kecamatan Waru, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Warga di sana seperti berlomba memproduksi alas kaki, utamanya sandal.

Perajin sandal di desa Wedoro sudah ada sejak 1960-an. Hingga kini, perajin tersebar di sembilan rukun tetangga (RW), antara lain RW Wedoro Madrasah dan RW Wedoro Sukun.

Jumlah perajin di setiap RW mencapai ratusan orang. Untuk satu desa, jumlah perajin sandal bisa mencapai ribuan orang. Selain perajin, ada juga pedagang sandal yang memasarkan sandal hingga ke pelosok tanah air.

Saat memasuki desa ini, tampak mobil bak terbuka sarat muatan sandal lalu lalang masuk maupun keluar desa Wedoro. Pemandangan ini akrab bagi warga Wedoro, khususnya perajin. Memproduksi 1.000 pasang sandal tiap hari, mobil-mobil inilah yang berseliweran mengambil sandal untuk dikirimkan ke daerah lain.

Selain mobil yang penuh muatan, desa ini lumayan bising. Dari kejauhan, suara bising yang cenderung mendengung sudah terdengar. Suara ini dihasilkan oleh mesin-mesin yang sedang digunakan perajin untuk membuat sandal.

Tak hanya itu, aroma lem yang menyengat terasa mengganggu saat semakin jauh memasuki desa ini. Meski begitu, perajin tetap ramah menyambut tamu.

Mubin, salah seorang perajin, bilang bahwa pembuatan sandal di Desa Wedoro sudah menjadi mata pencaharian utama warga. "Bahkan usaha ini sudah turun temurun," kata Mubin yang mewarisi usaha orang tuanya itu.

Mulanya, perajin di desa Wedoro membuat sandal dari bahan kulit hewan. Namun saat harga kulit melangit di tahun 1994, perajin beralih memakai bahan spons atau bahan dari karet yang menyerap air. "Dulu sandal kulit dibuat dengan paku, sekarang kami menggunakan perekat," kata Mubin.

Proses pembuatan sandal di Wedoro juga cenderung tradisional. Namun begitu, pengerjaan sandal mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah yang lumayan. "Apalagi, kebayakan dari kami tidak bergantung pada mesin," kata Muhammad Haris, perajin yang mewarisi usaha orang tuanya itu.

Selain menjadi perajin sandal, warga Wedoro ada juga yang berprofesi sebagai pedagang bahan baku spons, lem dan perkakas kerja hingga pedagang sandal ke luar daerah. "Hampir 80% warga hidup dari sandal," kata kata Haris.

Bisnis sandal ibarat magnet bagi warga Wedoro. Tak jarang ada warga yang memilih berbisnis atau menjadi perajin sandal ketimbang meneruskan sekolah. "Seperti saya ini, hanya tamat SD," kata Mubin.

Walaupun tamat SD, Mubin mencatat omzet dari penjualan sandal hingga Rp 20 juta per bulan. Adapun Haris mendulang empuknya omzet sandal hingga Rp 500 juta per bulan.

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×