Reporter: Gloria Natalia | Editor: Tri Adi
Masa jaya Haurgeulis sebagai sentra sarang walet memang mulai memudar. Soalnya, jumlah burung walet yang datang dan bersarang di sentra ini menyusut. Tetapi, warga tak mau melepas usaha yang sudah membuat mereka kaya mendadak itu. Di masa emas, warga bisa memanen hingga 30 kilogram sarang walet.
Saat ini, Amet hanya bisa berdiam di rumahnya di Jalan Sukahati, Desa Haurgeulis, Indramayu. Ia sudah tak sehat lagi. Kedua kakinya tak bisa bergerak leluasa lagi lantaran asam urat bersarang di dalamnya. Sekarang, bapak tujuh anak ini hanya bisa bernostalgia mengenai masa jayanya menjadi pengusaha sarang walet.
Empat belas tahun menjadi pengusaha sarang walet memang memberinya keuntungan besar. Pada 2008, ia dan pemilik rumah walet di Haurgeulis menjual air liur burung bernama Latin Collocalia fuciphaga itu seharga Rp 12 juta sekilogram.
Amet melego sarang walet ke pembeli asal Cirebon dan Jakarta yang datang langsung ke rumahnya. "Mereka juga ambil langsung ke rumah-rumah pengusaha walet lain di sini," ungkap dia.
Dalam sebulan, ketika musim hujan datang, Amet bisa memanen lima kilogram sarang walet. Hasilnya menjadi dua kali lipat menjelang musim hujan. Sebab, menjelang musim hujan, serangga yang menjadi menu utama makanan walet banyak berkeliaran di di hutan dan sawah.
Amet punya dua bangunan yang menjadi tempat walet bersarang. Walet sangat suka membuat rumah di kayu jati. Makanya, ia menaruh barisan potongan kayu jati di langit-langit bangunan. "Itu sebagai cantolan burung. Nanti di sekat-sekat kayu jati itu, sarang walet yang berasal dari liur burung walet melekat," katanya.
Di bagian dinding bangunan, Amet memasang 10 pipa yang berfungsi mengalirkan air untuk mandi walet. Sepulang terbang bebas pada sore dan malam hari sebelum masuk ke dalam bangunan, walet biasanya mandi. "Setelah mereka mandi, nanti mereka masuk ke dalam gedung," ujar Amet.
Walet juga menyukai hawa sejuk. Itu sebabnya, pemilik bangunan juga membangun kolam air setinggi satu jengkal orang dewasa di dasar bangunan. "Selain berguna menjaga kelembaban, air juga berfungsi mengusir hewan-hewan yang mengganggu walet, seperti tikus, kecoa, dan cicak," jelas Abdul Kadir, pengusaha sarang walet lainnya.
Bila bangunan sudah lembab, niscaya banyak walet berdatangan. Kaki-kaki burung ini lantas menggantung di potongan kayu jati di langit-langit gedung. Dua burung bisa bertengger di sebilah kayu jati dan membikin sarang dari air liurnya. "Bentuknya seperti lem, agak pekat. Kalau sudah mengkristal bentuknya seperti mangkuk," ungkap Kadir.
Tapi tak semua berwujud layaknya mangkuk. Ada juga yang berbentuk sudut lantaran melekat di sudut kayu jati. Sarang walet dengan bentuk mangkok harganya bisa mencapai Rp 12 juta per kilogram. Sedangkan, yang berbentuk sudut bisa hingga Rp 8 juta sekilogram.
Kadir bilang, sarang walet yang bagus dan pasti dicari berwarna putih dan mengkristal sempurna. Sarang walet dipercaya dapat menurunkan demam anak-anak, dan juga bisa dijadikan bahan baku agar-agar dan penambah energi pada obat-obatan tertentu.
Biasanya, pemilik bangunan akan memanen sarang walet dua atau tiga bulan sekali. Kadir bisa memetik 30 kilogram sarang walet dari dua bangunan miliki. Adapun Amet memanen 10 kilogram.
(Bersambung)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News