Reporter: Rivi Yulianti | Editor: Tri Adi
Para perajin di sentra kerajinan songket Pandai Sikek menyediakan aneka suvenir khas Padang dan diversifikasi produk berbahan kain khas Minang demi mengejar omzet. Hampir seluruh perajin juga menerima pembayaran via kartu kredit. Jadi, Anda tidak perlu repot-repot membawa banyak uang tunai.
Selain songket, para perajin di sentra kerajinan songket yang terletak di Pandai Sikek itu juga memproduksi aneka produk turunan kain tradisional khas Minang tersebut. Soal harga, tentu lebih bersahabat dengan kantong karena hanya menggunakan sedikit bahan songket.
Misalnya, tas tangan yang biasa dipakai ibu-ibu untuk menghadiri pesta. Lalu, kipas yang memadukan songket dengan kayu cendana.
Semua aneka kerajinan tersebut dijual dengan kisaran harga mulai Rp 200.000 sampai Rp 500.000. "Produk ini merupakan alternatif bagi yang ingin bergaya dengan songket, namun kantongnya cekak," ujar Erma Yulnita, pemilik Satu Karya di sentra ini.
Maklum, tidak semua kalangan mampu membeli kain songket yang harga paling murahnya Rp 1,2 juta. "Pangsa pasar songket memang untuk kalangan menengah atas," kata Erna.
Selain songket, Desa Pandai Sikek juga telah lama terkenal sebagai sentra ukiran kayu (woodcarving). Kerajinan ini dikerjakan oleh para pria di kampung itu. Sebab, ada semacam pamali adat bagi lelaki untuk menenun, sehingga kaum Adam akhirnya mengerjakan ukiran kayu tersebut.
Hasil ukiran kayu berupa suvenir untuk buah tangan wisatawan. Contoh, miniatur jam gadang atau rumah gadang yang dijual dengan harga Rp 50.000 sampai
Rp 150.000 tergantung ukuran. Ada juga ukiran berupa kap lampu meja yang dibanderol Rp 75.000. Ukiran bermotif khas Minang untuk hiasan dinding juga ada, harganya Rp 200.000.
Demi menggenjot pendapatan, kebanyakan perajin yang membuka toko di sentra Pandai Sikek juga menjual aneka produk fesyen dan pernak-pernik sebagai padanan songket penunjang penampilan.
Ambil contoh, kebaya, jilbab, serta aksesori seperti gelang, kalung, dan anting berbahan emas imitasi. Kebaya dijual dengan kisaran harga Rp 300.000. Sementara, aksesori paling mahal Rp 100.000. "Kami harus pandai mencari akal untuk diversifikasi produk, agar omzet tetap terjaga," ungkap Basri Anan, pemilik Terang Bulan.
Harga yang ditawarkan perajin satu dengan yang lainnya di sentra kerajinan songket Pandai Sikek cukup bersaing. Artinya, jenis produk yang sama, di toko yang satu dengan yang lainnya, harganya tidak berbeda jauh. Ya, paling banter hanya Rp 10.000.
Asyiknya berbelanja di sentra ini, harga masih damai alias bisa ditawar. Untuk songket, pedagang bisa menurunkan harga hingga Rp 150.000 dari harga yang ditawarkan. Demikian juga dengan produk ukiran, masih bisa turun hingga Rp 20.000. "Untuk produk yang kami produksi sendiri masih bisa ditawar," ujar Erma.
Nah, lantaran harga songket sangat mahal hingga Rp 15 juta per helai, sebagian perajin menyadari kerepotan calon pembeli apabila harus membawa uang tunai dalam jumlah besar.
Makanya, hampir seluruh toko di sentra ini juga menerima uang plastik atawa kartu kredit. Jadi, jika Anda naksir dengan salah satu kain, tinggal gesek saja. "Ini salah satu cara kami memfasilitasi wisatawan yang biasanya tidak membawa uang cash dalam jumlah banyak, demi kepraktisan," ungkap Erna.
(Selesai)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News