kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.249.000 2,21%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sentra tahu yang sudah ada sebelum 1945 (1)


Senin, 08 November 2010 / 10:50 WIB
Sentra tahu yang sudah ada sebelum 1945 (1)
ILUSTRASI. Sentra Batik Wonogiren


Reporter: Hendra Gunawan | Editor: Tri Adi

Kampung Iwul yang berada di daerah Parung, Bogor, Jawa Barat sudah menjadi sentra pembuatan tahu sebelum tahun 1945. Tak heran, kegiatan memproduksi tahu sudah menjadi mata pencarian utama warga desa ini. Tahu Iwul punya ciri khas: rasa yang gurih dan renyah, lebih padat, serta bebas bahan pengawet.

Tahu adalah makanan asli Indonesia. Saat ini, sudah tidak terhitung lagi berapa banyak tahu yang diproduksi saban harinya, untuk memenuhi permintaan penduduk negeri ini. Tidak heran, sekarang, banyak sekali bertebaran sentra-sentra pembuatan tahu di setiap daerah.

Salah satunya, sentra tahu di Kampung Iwul, Bojong Sempu, Parung, Bogor. Berbeda dengan sentra tahu di tempat lain, di Kampung Iwul, industri pembuatan tahu dilakoni oleh hampir seluruh warganya. Data statistik Desa Bojong Sempu menunjukkan, sekitar 290 kepala keluarga di Kampung Iwul terjun ke bisnis pembuatan makanan dari kacang kedelai tersebut.

Nyaris semua rumah di Kampung Iwul memiliki bengkel produksi alias workshop pembuatan tahu. Masing-masing terdapat minimal empat pekerja. "Rata-rata sanak saudara sendiri," kata Nean, salah satu perajin tahu.

Pria 60 tahun yang sudah menekuni usaha pembuatan tahu sejak usianya masih 10 tahun itu mengatakan, Kampung Iwul sudah menjadi sentra pembuatan tahu sejak negeri ini belum merdeka. Pada tahun 1980-an, Soeharto yang kalau itu menjadi Presiden memberikan bantuan kredit untuk pembelian mesin penggilingan tahu. "Supaya produksi tahu bisa meningkat," tutur Nean, yang juga turut mencicipi kredit itu.

Nean menyatakan, tahu Iwul tak hanya terkenal di wilayah Bogor dan sekitarnya, tetapi juga di kota lain di Jawa Barat, Jakarta, dan Banten. Soalnya, tahu Iwul punya ciri khas: rasa gurih dan renyah serta lebih padat.

Tak hanya itu, perajin tahu di kampung ini mengklaim tidak menggunakan bahan pengawet dalam proses produksi. "Itu memang sudah menjadi kelebihan tahu Iwul sejak dulu," ujar Nean.

Itu sebabnya, lanjut Nean, ketika isu formalin melanda sejumlah makanan termasuk tahu beberapa tahun yang lalu, penjualan tahu Iwul tetap tancap gas, tidak terganggu sedikit pun.

Untuk memproduksi tahu, setiap hari, Nean bisa menghabiskan sekitar 60 kilogram kedelai. Dari kedelai sebanyak itu bisa menghasilkan tahu hingga 3.000 potong per hari.

Nean hanya menjual tahu buatannya dengan harga Rp 200 sepotong. Itu artinya, ia bisa mengantongi pendapatan sekitar Rp 600.000 sehari. Nean memasarkan tahu bikinannya ke sejumlah pasar di Bogor termasuk Pasar Parung.

Popularitas Kampung Iwul sebagai sentra tahu, membuat dusun ini menjadi tempat rujukan bagi pembuat tahu dari daerah lainnya yang ingin membuka usaha di wilayah itu. Jonny, contohnya. Awalnya, ia memproduksi tahu di daerah Ciputat, Tangerang Selatan.

Namun, sejak 1997 lalu, Jonny memindahkan lokasi usahanya ke Kampung Iwul. "Saya pengen berkumpul dengan pembuat tahu lainnya," katanya.

Kepindahan Jonny ke Kampung Iwul membuat usahanya sedikit harus mengalami penyesuaian. Tidak cuma pada proses produksi, tetapi juga jenis tahu yang dibuatnya. Kalau sebelumnya menghasilkan tahu jenis putih, sejak migrasi ke Kampung Iwul, ia memproduksi tahu kuning. "Karena, yang terkenal di Iwul memang tahu jenis kuning," imbuhnya.

(Bersambung)






Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×