kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.707.000   -1.000   -0,06%
  • USD/IDR 16.324   11,00   0,07%
  • IDX 6.796   7,99   0,12%
  • KOMPAS100 1.005   -3,90   -0,39%
  • LQ45 776   -4,29   -0,55%
  • ISSI 212   1,14   0,54%
  • IDX30 402   -2,68   -0,66%
  • IDXHIDIV20 485   -2,80   -0,57%
  • IDX80 113   -0,70   -0,61%
  • IDXV30 119   -0,62   -0,52%
  • IDXQ30 132   -0,43   -0,32%

Sentra tenun Sukarara: Ada kain tenun ikat dan songket (2)


Jumat, 08 April 2011 / 15:51 WIB
Sentra tenun Sukarara: Ada kain tenun ikat dan songket (2)
ILUSTRASI. Aktivitas bongkar muat di Terminal Petikemas Tanjung Priok, Jakarta Utara, Jumat (3/1). Kementerian Perdagangan menargetkan ekspor melonjak hingga dua digit pada 2020 mendatang. Nilai ekspor pada triwulan III 2019 hanya sebesar 0,02%. Pertumbuhan tersebut


Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Tri Adi

Kain tenun di Lombok terdiri dari dua jenis, yaitu tenun ikat dan songket. Kain tenun ikat dikerjakan oleh para lelaki. Dalam sehari mereka bisa menghasilkan hingga tiga meter kain tenun ikat. Adapun Para perempuan menenun songket. Dalam sehari, mereka cuma mampu menenun maksimal 15 cm songket.

Ada aturan uni: perempuan Desa Sukarara yang belum bisa menenun tapi berani menikah bisa terkena denda. Dendanya berupa uang, padi, atau beras. Aturan soal tenun ini tidak berlaku bagi kaum lelaki, meski ada pula lelaki yang bekerja sebagai penenun kain ikat.

Memang aturan ini tampak diskriminatif. Namun, rupanya ada alasan logis yang mendasari aturan ini. "Kalau perempuan tidak bisa menenun lalu kawin dan punya anak, akan dikasih makan apa anaknya nanti?" kata Masitah, pemilik toko tenun Tawakal di Desa Sukarara, kecamatan Jonggot kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat.

Keterampilan menenun menjadi satu pegangan hidup bagi perempuan Sukarara. Jadi aturan ini memang buat para perempuan itu sendiri agar bisa mandiri dan menghidupi dirinya. Di Sukarara, pemberdayaan perempuan sudah mulai sejak zaman dulu.

Lombok memiliki dua jenis tenun yaitu songket dan ikat. Tenun songket hanya dibuat oleh para perempuan dengan alat manual. Tenun ikat dibuat oleh para lelaki dengan Alat Tenun Bukan Mesin (ATBM). Kain songket biasa digunakan oleh para perempuan. Ciri khasnya, kain songket ini memiliki sisi depan dan sisi belakang. Songket biasanya menggunakan benang emas sebagai campuran dari bahan katun yang biasa dipakai.

Pembuatannya pun berbeda. Paling sulit dari pembuatan songket ini terletak pada penentuan motif. Pengerjaannya yang manual membuat waktu tenun menjadi lama. "Satu songket bisa selesai dalam satu bulan," kata Masitah. Bahkan ada tenun songket yang baru kelar dalam waktu dua setengah bulan kalau memang motifnya rumit dan pengerjaannya tidak rutin.

Nurdin mengatakan para perempuan yang bekerja menenun songket dari pukul 08.00 hingga 17.00 biasanya hanya mencatat kemajuan tipis. "Sehari itu mereka bisa menenun minimal 10 sentimeter hingga maksimal 15 sentimeter," kata Nurdin. Panjang rata-rata tenun songket ini sekitar 12 sentimeter per hari.

Biasanya para perempuan menenun songket dengan lebar 60 sentimeter dan panjang empat meter. Setelah selesai, songket itu akan dipotong dan disambungkan sehingga menjadi kain dengan panjang 2 meter dan lebar 120 sentimeter. "Ciri khas lainnya adalah sambungan di tengah untuk menyatukan dua kain itu," imbuh Nurdin. Penyambungan kain itu tentu saja dilakukan oleh penjahit yang terampil agar motif dua belahan kain ini bisa menyatu sempurna. "Satu keluarga biasanya memiliki empat atau lima motif yang khas," kata Nurdin.

Adapun tenun ikat memiliki waktu produksi yang lebih singkat. Satu hari, penenun ikat bisa menyelesaikan hingga panjang 3 meter tenun ikat per hari dengan ATBM. Tenun ikat memiliki motif bolak-balik sehingga tidak dibedakan antara bagian depan dan bagian belakang.

Tenun ikat hanya menggunakan bahan dari kain katun saja. Proses awalnya dimulai dari pemintalan benang. Setelah benang dipintal, benang-benang itu digambar motif dengan pensil. Motif tersebut lalu diikat dengan tali rafia untuk kemudian dicelupkan pada pewarna untuk dasarnya.

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Mastering Finance for Non Finance Entering the Realm of Private Equity

[X]
×