kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.691.000   12.000   0,71%
  • USD/IDR 16.345   -55,00   -0,34%
  • IDX 6.795   -78,69   -1,14%
  • KOMPAS100 1.010   -16,39   -1,60%
  • LQ45 783   -21,03   -2,62%
  • ISSI 210   0,71   0,34%
  • IDX30 406   -10,51   -2,52%
  • IDXHIDIV20 491   -10,85   -2,16%
  • IDX80 114   -2,41   -2,07%
  • IDXV30 120   -0,32   -0,27%
  • IDXQ30 133   -3,63   -2,65%

Sentra tenun Sukarara: Wajib hanya untuk kaum perempuan (1)


Kamis, 07 April 2011 / 15:07 WIB
Sentra tenun Sukarara: Wajib hanya untuk kaum perempuan (1)
ILUSTRASI. Layar menampilkan pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) saat dibukanya perdagangan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (26/5/2020). IHSG dibuka menguat 32,16 poin atau 0,71 persen ke posisi 4.578,11 pada pukul 09.25 WIB. ANTARA F


Reporter: Wahyu Tri Rahmawati | Editor: Tri Adi

Sentra kerajinan tenun Lombok terletak di Desa Sukarara, Kecamatan Jonggot, Kabupaten Lombok Tengah. Dari Mataram, kita bisa menempuhnya dalam waktu sekitar 30 menit dengan kendaraan pribadi atau taksi. Jangan berharap pada kendaraan umum. Maklum, kendaraan umum di pulau ini terbatas, baik dalam jumlah maupun waktu operasionalnya.

Kita harus menelusuri Jalan Raya Praya, satu-satunya jalan raya besar yang mengarah ke Sukarara. Sentra tenun ini terletak di dekat pasar dan masjid di Sukarara. Untuk menuju pusat tenun, kita berbelok dan masuk ke gang yang kondisi jalannya beraspal seadanya. Kira-kira 500 meter dari jalan raya, kita akan menemukan beberapa rumah yang menyediakan tenun. Di sinilah pusat penjualan berbagai tenun Lombok.

Di barisan paling depan sentra ini ada UD Dharma Setya, salah satu pembuat tenun yang cukup besar. Produksi tenun Dharma Setya dilakukan di lokasi penjualan dan di rumah penduduk. "Di sini semacam pooling," kata Robiah, pemilik Dharma Setya ketika ditemui KONTAN di Sukarara beberapa waktu lalu.

Masitah, pemilik pusat tenun Tawakal pun melakukan hal yang sama. Perempuan 46 tahun ini masih menenun di rumahnya. Tapi ia juga mengupah para penduduk Sukarara untuk menenun kain "Saya menyediakan bahan baku dan meminta dibuatkan motif-motif tertentu," kata Masitah.

Para penduduk Sukarara, terutama para perempuan memang wajib belajar menenun. Sejak usia kanak-kanak para perempuan tersebut sudah diajari menenun kain dengan motif yang sederhana. "Saya dulu 10 tahun sudah bisa menenun," kata Robiah.

Budaya tenun diwariskan dari orang tua ke anak-anak mereka. Para ibu mewariskan brire, salah satu alat untuk menenun kepada anak perempuannya. Tenun menjadi salah satu warisan penting di Sukarara. "Di desa lain, perempuan tidak wajib belajar tenun, hanya di Sukarara," kata Robiah.

Kewajiban perempuan Desa Sukarara bisa menenun menjadi aturan yang masih berlaku hingga sekarang ini. "Menurut awe-awe adat, perempuan yang belum bisa menenun tidak boleh menikah," kata Nurdin, salah seorang pemandu di Desa Sukarara.

(Bersambung)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Mastering Finance for Non Finance Entering the Realm of Private Equity

[X]
×