Reporter: Avanty Nurdiana | Editor: Tri Adi
Kebutuhan akan peralatan katering cukup besar. Bukan cuma dari perusahaan katering, tapi juga dari perusahaan dan perorangan. Peluang jasa penyewaan peralatan katering cukup lebar. Modal awal memang besar, tapi margin juga besar.
Bisnis makanan memang tidak pernah mati. Maklum, makan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia. Yang menikmati tak cuma para pengusaha yang langsung menggarap bisnis makanan, tetapi juga mereka yang menyediakan perlengkapan dan peralatan makanan. Salah satu jenis usaha ini adalah penyewaan alat katering.
Pasar dari bisnis penyewaan alat katering cukup luas, mulai dari perusahaan katering besar sampai dengan rumah tangga. Zulkarnain, pemilik Daido Service di Cililitan, Jakarta Timur, mengatakan, selama ini tidak semua perusahaan katering mempunyai peralatan sendiri. Maklum, investasi peralatan katering memang sangat besar. Jika secara hitungan bisnis investasi alat itu tidak masuk, perusahaan katering biasanya lebih suka menyewa.
Tapi, bukan tidak mungkin ada perusahaan katering yang sudah mempunyai peralatan, tetap menggunakan jasa penyewaan alat katering. Biasanya, langkah ini diambil lantaran pesanan datang cukup banyak, melebihi kapasitas. Alhasil, peralatan katering yang dimiliki tidak mencukupi. Ketimbang membeli lagi, untuk memenuhi kebutuhan yang tidak selalu terjadi itu, perusahaan katering menyewa alat.
Selain perusahaan katering, pasar bisnis penyewaan peralatan katering ini juga bisa berasal dari perusahaan non katering. Biasanya, perusahaan yang ingin mengadakan acara atau kegiatan di kantor dan harus menyajikan makanan, membutuhkan peralatan makan yang banyak. Alat itu tidak masuk inventori. “Kami membidik segmen-segmen tersebut,” kata Boyke Priutama, pemilik Ataviz Rentals di Mampang Prapatan, Jakarta Selatan.
Pasar rumah tangga juga terus berkembang. Biasanya, penghuni rumah menggunakan jasa ini lantaran menggelar acara di rumah, seperti arisan, temu keluarga, halal bihalal, syukuran. “Biasanya, rumah tangga tidak mempunyai peralatan makan cukup banyak,” ujar Boyke.
Pelbagai peluang pasar tersebut membuat bisnis ini bisa terus berkembang. Boyke mengaku, permintaan peralatan katering selalu ada setiap hari. Cuma, kadang kala, dia harus menolak lantaran keterbatasan jumlah peralatan yang bisa dia sewakan.
Biaya sewa peralatan katering yang dikenakan oleh perusahaan sewa alat katering memang tidak terlalu besar. Biasanya, tarifnya hanya sebesar Rp 400 sampai Rp 30.000 per unit. “Biaya sewa paling murah itu piring dan mangkuk, sedangkan paling mahal pemanas makanan,” ujar Boyke.
Meski nilainya kecil, lantaran kebutuhan penyewa cukup banyak, pendapatan yang diraup para pengusaha juga besar. Boyke mengaku dalam sebulan mampu mengantongi omzet rata-rata sebesar Rp 25 juta. Angka tersebut bisa bertambah besar lagi saat masuk bulan-bulan tertentu di musim kawin. “Nilai sewa peralatan satu acara kawinan biasanya bisa sampai Rp 5 juta,” ujar dia.
Pendapatan dari Zulkarnain jauh lebih besar. Dia mengaku sudah mempunyai lima perusahaan katering sebagai pelanggan tetap. Satu perusahaan katering biasanya akan menyewa dua sampai tiga kali dalam seminggu. “Nilai satu kali sewa biasanya sekitar Rp 4 juta,” tutur dia. Hitung punya hitung, pendapatan usahanya dalam sebulan bisa mencapai Rp 240 juta. Omzet itu bisa bertambah lagi saat musim hajatan.
Tak hanya pendapatan yang bagus, margin dari bisnis ini juga cukup tebal. Para pengusaha bisnis persewaan alat katering mengaku bisa mendapatkan margin minimal 50%. Margin bisa lebih besar lagi jika koleksi barang yang dimiliki cukup lengkap dan banyak, sekaligus memiliki klien tetap.
Meski di awal investasi usaha ini membutuhkan modal besar, tapi setelah berjalan, biaya operasional yang harus dikeluarkan cukup minim. Zulkarnain bilang, tiap bulan, pengeluaran rutin yang ia keluarkan hanya menggaji karyawan, biaya transportasi, dan beberapa pengeluaran kecil seperti belanja sabun pencuci. Karyawan yang dibutuhkan untuk usaha ini juga tidak terlalu banyak. “Lima orang karyawan sudah cukup,” kata dia. Sebab, yang dibutuhkan hanyalah tenaga untuk mengangkut barang ke lokasi penyewa dan mencuci peralatan yang kotor.
Tapi, di luar itu masih mungkin butuh tenaga tambahan jika penyewa minta jasa tambahan, seperti sekalian menata peralatan di meja sampai melayani tetamu saat bersantap. Boyke bilang, dalam kasus ini, hitungannya lain lagi. “Kebutuhan karyawan bisa lebih dari lima orang. Tapi, hal itu bukan masalah lantaran sekarang banyak pegawai cabutan,” ujar dia. Pegawai cabutan ini biasanya hanya dibayar per proyek atau acara. Tarif pasaran gaji pegawai cabutan Rp 100.000 per hari di Jakarta.
Berbeda dengan pegawai tetap yang memang selalu dibutuhkan untuk mengangkut, mengantar, dan membereskan. Biasanya, gajinya dibayar tiap bulan. Selain tenaga operasional, Anda juga membutuhkan tenaga administrasi jika tak ingin dikerjakan sendiri.
Modal awal besar
Meski jika sudah berjalan bisnis ini menjanjikan, Anda harus sadar bahwa investasi awalnya butuh dana besar. Sebab, Anda harus belanja pelbagai peralatan untuk disewakan semacam piring, mangkuk, sendok, garpu, dan peralatan lainnya dalam jumlah banyak.
Zulkarnain memproyeksi kebutuhan modal untuk memulai bisnis persewaan alat katering bisa mencapai Rp 150 juta. Dana tersebut hanya digunakan untuk membeli peralatan. Di luar itu, Anda masih harus menyiapkan beberapa investasi lain, seperti mobil untuk mengangkut barang dan gudang untuk menyimpan. “Kalau sudah mempunyai tempat tinggal, cukup direnovasi untuk dijadikan gudang,” saran Zulkarnain.
Boyke juga memperkirakan, belanja peralatan katering bisa sekitar Rp 150 juta - Rp 200 juta. Jika digabung dengan kebutuhan lainnya seperti tempat dan kendaraan, total dana yang harus disiapkan antara
Rp 300 juta sampai Rp 1 miliar, tergantung skala usaha yang ingin dibangun.
Tapi, jika tidak mempunyai dana yang cukup besar untuk memulai bisnis ini, Anda bisa membeli sedikit demi sedikit peralatan katering tersebut, seiring pendapatan yang masuk. “Saya dulu sudah mempunyai mobil dan ada lahan untuk usaha. Jadi, modalnya tidak terlalu besar,” aku Boyke.
Jika Anda berada di Jakarta, aneka peralatan katering itu bisa dibeli di pusat perkakas rumah tangga di daerah Jembatan Lima, Tambora, Jakarta Barat. Boyke dan Zulkarnain mengaku harga jual di sana cukup miring dan peralatan yang dijual cukup lengkap.
Jika ingin lebih menghemat, Anda juga bisa meniru cara lain. “Selain membeli peralatan baru, saya juga suka beli barang-barang perusahaan katering lain,” kata Boyke. Tidak sedikit perusahaan katering yang bangkrut atau sedang mengganti peralatan baru. Dengan cara ini, Anda pasti bakal mendapatkan harga beli lebih murah.
Tapi, untuk mendapatkan informasi seputar itu, Anda harus punya banyak kenalan dengan perusahaan katering. Sebab, menurut Boyke, informasi penjualan peralatan bekas katering biasanya tidak diiklankan.
Memperluas jaringan
Peralatan lengkap tidak cukup untuk membuat usaha ini maju. Untuk mengembangkan usaha, Anda harus mengembangkan jejaring bisnis. Artinya, Anda harus lebih pandai menggaet pelanggan sebanyak-banyaknya. Kuncinya adalah hubungan baik dan menjaga kepercayaan. “Saya bisa dapat pelanggan dari perusahaan katering karena pelayanan,” jelas Zulkarnain. Misalnya, pesanan peralatan harus datang tepat waktu, bersih, dan jumlahnya sesuai dengan pesanan.
Menurut Zulkarnain, pelanggan biasanya datang bukan karena promosi di media, tapi percaya. “Medianya adalah dari mulut ke mulut,” tuturnya. Itulah sebabnya, Zulkarnain mengaku memiliki lima perusahaan katering yang menjadi pelanggan tetap. Selebihnya adalah pelanggan ritel yang hanya memesan sekali dua kali dalam sebulan.
Meski begitu, cara memperkenalkan jasa Anda lewat media cetak, elektronik, atau website juga perlu. “Saya juga mempunyai website untuk memperkenalkan produk kami. Dengan begitu, pelanggan tidak perlu datang ke tempat kami, tinggal tunjuk saja gambar nomor berapa di website,” ujar Boyke.
Tapi, promosi paling efektif sebenarnya masuk ke lingkaran pengusaha katering makanan. Boyke misalnya, masuk sebagai anggota Asosiasi Perusahaan Jasa Boga (APJI). Asosiasi tersebut berisikan pengusaha katering yang bergerak di bidang usaha jasa boga dan usaha yang terkait usaha jasa boga. Koneksi ini penting untuk memastikan bisnis tetap jalan.
Selain menjaring pelanggan, jejaring bisnis lewat wadah organisasi juga penting untuk mendapatkan informasi seputar kondisi bisnis katering secara umum. “Saya mendapatkan informasi perusahaan katering sedang menjual peralatan dari kenalan di asosiasi,” jelas Boyke. Dari wadah itu juga, ia mendapatkan masukan tentang pengelolaan bisnis secara teknis.
Jika semuanya lancar, para pengusaha alat katering yakin balik modal bisnis ini bisa dalam waktu sekitar satu setengah sampai dua tahun. Boyke menghitung secara kasar, hanya dalam 20-30 kali sewa peralatan, modal belanja peralatan sudah balik. Tapi, hitungan ini tanpa memperhatikan biaya operasional bulanan dan investasi lain seperti mobil dan gudang untuk tempat menyimpan peralatan.
Boyke yang baru memulai bisnis ini bulan November 2010 mengaku sampai saat ini memang belum balik modal. “Saya investasi terus. Ada dana lebih, saya langsung tambah peralatan,” terang dia. Boyke menargetkan, setelah setahun usaha, ia tidak lagi investasi. Sebab, biasanya jumlah peralatan sudah lebih dari cukup.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News