kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45906,29   2,96   0.33%
  • EMAS1.310.000 -0,23%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sofwan: Pengalaman buruk adalah guru terbaik (3)


Rabu, 12 Oktober 2011 / 13:44 WIB
Sofwan: Pengalaman buruk adalah guru terbaik (3)
ILUSTRASI. Tambah Dokter Spesialis dan Layani BPJS, Omni Cikarang Ditetapkan Jadi RS Kelas B. Elang Mahkota (EMTK) gelontorkan Rp 582 miliar akuisisi saham Sarana Meditama (SAME).


Reporter: Fahriyadi | Editor: Tri Adi

Sukses membangun usaha dari nol hingga berkembang besar, tak membuat Muhammad Sofwan puas. Pengalaman buruk saat pembeli menyalahgunakan kepercayaannya, telah mengubah Sofwan menjadi pribadi yang matang. Ia pun mampu bangkit dari jepitan kredit macet hingga ratusan juta terus bertahan hingga kini.

Pengalaman adalah guru terbaik. Tamsil ini meresap benar dalam benak Muhammad Sofwan, pemilik CV Prima Kreasindo. Berbekal pengalaman itu, kini ia lebih berhati-hati memberi kepercayaan kepada pembeli.

Sofwan memang pernah punya pengalaman buruk dengan pembeli. Pengalaman buruk itu terjadi ketika ia ingin mengembangkan jaringan usahanya pada 2009 lalu. Ketika itu, terinspirasi banyak kisah sukses berdagang lewat internet, Sofwan pun menjajal cara pemasaran ini.

Sayang, ia terlalu mempercayai pembeli baru yang diperolehnya lewat dunia maya. Orderan mug senilai puluhan juta dari telah dikirimkan ke pembeli itu tak dibayar. Akibatnya, alumnus SMA Negeri 1 Bogor ini harus menanggung kerugian puluhan juta. "Kejadian itu sempat membuat saya frustrasi," kenangnya.

Untung saja, Sofwan yang telah memasarkan mug hingga ke Sumatra, Kalimantan, dan Sulawesi ini tak larut dalam keputusasaan. "Orang tua saya pernah berpesan bahwa dalam menjalankan usaha kita harus siap jika berhadapan dengan konsekuensi terburuk. Namun, hal itu jangan menghentikan langkah kita untuk berusaha,' jelasnya.

Yang pasti, pengalaman pahit itu benar-benar membekas bagi Sofwan. Akhirnya, ia merombak pola manajemen penjualan bagi pembeli baru. "Kini, jika pelanggan memesan mug, mereka wajib menyetor uang sebesar 50% dari nilai orderan, dan sebelum dikirim mereka wajib melunasinya," ungkapnya.

Menurutnya, sistem ini merupakan bentuk kewaspadaan supaya gagal bayar tak berulang lagi. "Karena orang yang kita kenal di internet sifatnya heterogen dan tak semuanya bisa dipercaya," ujarnya.

Setahun berselang, bisnis mug miliknya kembali berjalan lancar. Pesanan mug, baik dalam jumlah kecil maupun besar, mengalir datang ke Prima Kreasindo. Walaupun tak memproduksi sendiri mug-mug yang dijualnya, namun Sofwan selalu bisa memenuhi pesanan para pelanggannya.

Sofwan mengungkapkan, kunci keberhasilan karena selalu menstok mug-mug polos dalam jumlah banyak. "Inilah cara yang telah saya terapkan selama beberapa tahun terakhir dan terbukti efektif,' ungkapnya.

Setidaknya dalam sebulan ia bisa menstok mug dengan aneka bentuk antara 5.000-20.000 mug. Maklum, mug adalah produk yang bisa disimpan dalam waktu lama dan tak pernah usang.

Meski berhasil merangkul banyak pelanggan serta menjual puluhan ribu mug setiap bulannya, Sofwan tak cepat puas. Ia masih menyimpan beberapa rencana dalam waktu dekat. Lelaki 43 tahun ini ingin berekspansi dengan membuka toko dan workshop di Jakarta atau Bandung. "Pelanggan potensial banyak terdapat di dua kota itu," jelas ayah tiga anak ini.

Di setiap toko yang akan dibuka nanti, ia akan menjual mug-mug kreatif tersebut secara ritel atau satuan. Sofwan juga akan membangun workshop atau bengkel kerja supaya pengunjung bisa melihat proses pembuatan mug-mug kreatif tersebut. "Jadi, selain menebar potensi bisnis, saya juga berbagi pengetahuan," ungkapnya.

Selain itu, Sofwan juga sedang mencari formula untuk menyiasati harga bahan pewarna untuk produksi mug. Asal tahu saja, setiap tahun harga bahan pewarna keramik yang rata-rata masih impor ini selalu mengalami kenaikan sekitar 10%. "Kenaikan pewarna itu kami sesuaikan dengan kenaikan harga jual mug, walau tidak besar tapi kenaikan ini juga kerap mengganggu," ujarnya.

Selain itu, ia juga sering mengalami kelangkaan bahan pewarna. Menghadapi kelangkaan ini, Sofwan pun harus rela merogoh kocek lebih dalam untuk menebus mahalnya harga pewarna demi memenuhi pesanan para pelanggannya.

Di balik itu semua, Sofwan menyimpan harapan agar Bogor sebagai tanah kelahirannya kelak dikenal sebagai kota pembuat mug kreatif.

"Harapan saya, Bogor bisa menjadi ikon kota mug kreatif. Karena dalam beberapa tahun terakhir, di kota ini bermunculan beberapa pengusaha mug baru," jelas Sofwan tanpa menyebut berapa banyak pemain di industri mug kreatif ini.


(Selesai)



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×