Reporter: Revi Yohana | Editor: Tri Adi
Sejak menekuni kerajinan cukli tahun 1998, Suhaili Sueb sempat beberapa kali mengalami pasang surut. Bisnisnya sempat surut gara-gara bom Bali tahun 2002 dan 2005. Setelah bom Bali, sekarang ia kesulitan bahan baku kerang.
sebelum menekuni usaha kerajinan cukli, Suhaili Sueb tergolong awam dengan kerajinan khas Lombok tersebut. Tapi, didorong oleh kemauan yang kuat, ia pun rajin mengasah kemampuan di bidang kerajinan ini.
Suhaili giat belajar dari rekan-rekannya yang sudah lebih dulu menekuni usaha ini. Kini, ia sudah mahir membuat cukli. "Mulai dari tahap awal sampai finishing saya bisa mengerjakan semuanya," ujarnya.
Hasil karyanya pun lumayan memuaskan. Terbukti, banyak orang menyukai hasil kerajinan tangannya ini. Namun, sebelum maju seperti sekarang, usahanya sempat beberapa mengalami pasang surut.
Saat terjadi peristiwa bom Bali tahun 2002, misalnya, Suhaili kehilangan banyak pelanggan dari turis asing. Soalnya, banyak wisatawan mancanegara takut berkunjung ke Bali termasuk Lombok setelah kejadian yang menewaskan ratusan orang itu. "Saya sempat terpuruk," kata dia.
Ketika bom Bali tahun 2002 masih menyisakan trauma, terjadi lagi peristiwa serupa di 2005. Ledakan bom ini kembali menghantam roda usahanya. Menurut Suhaili, kejadian itu kembali melumpuhkan aktivitas pariwisata Bali dan Lombok. Minat pelancong asing mengunjungi kawasan itu berkurang drastis.
Begitu pula dengan omzet para perajin yang susut lebih dari setengahnya. Tapi, kejadian ini tidak menyurutkan langkah Suhaili untuk mengembangkan kerajinan cukli.
Ia mengusung prinsip: seorang perajin harus terus berkreasi dalam kondisi apapun juga. Kiat inilah yang menurut Suhaili menjadi salah satu tip suksesnya. "Kalau mau bertahan, harus ada inovasi dan kreasi," tegasnya.
Di saat banyak perajin sepertinya terpuruk akibat peristiwa bom Bali, Suhaili terus mengembangkan dirinya dengan menambah kemampuan lain.
Selain cukli, ia juga belajar memahat kayu dengan aneka motif hiasan. Saat ini, Suhaili juga sudah mahir memahat kayu. Banyak ukiran kayunya kini beredar di pasar.
Dengan keahlian itu, dia pun bisa terus bersaing karena menawarkan banyak variasi produk. Kendati demikian, cukli tetap menjadi produk utamanya.
Lepas dari masa sulit akibat ledakan bom Bali, sekarang Suhaili kembali dihadapkan pada tantangan baru. Kali ini, ia kesulitan mendapatkan pasokan bahan baku kerang untuk kerajinan cuklinya.
Suhaili bilang, pasokan kerang semakin menipis khususnya di Nusa Tenggara Barat. Hal itu terjadi karena makin banyak orang yang berburu kerang.
Agar produksinya tetap jalan, ia pun membeli kerang dari luar Lombok dengan harga lebih mahal. "Padahal harga jual produk belum bisa naik," ujarnya.
Cuaca yang tidak menentu juga mempengaruhi kelancaran usahanya. Soalnya, produksi cukli dan ukiran kayu sangat memerlukan sinar matahari untuk proses pengeringan.
Jika sinar matahari tak cukup, proses finishing tak bisa sempurna. "Sementara, cuaca sekarang tak bisa diprediksi," katanya. Gara-gara cuaca ini, ia pernah sering terlambat memenuhi pesanan konsumen.
Walau banyak tantangannya, ia mengaku tetap akan menekuni usaha ini.
(Selesai)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News