kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45901,70   -25,03   -2.70%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sukandar mengajarkan kejujuran ke pegawainya (3)


Jumat, 21 Januari 2011 / 10:13 WIB
Sukandar mengajarkan kejujuran ke pegawainya (3)


Reporter: Gloria Natalia | Editor: Tri Adi

Sukandar Katrijoko mengajarkan kejujuran, tanggung jawab, dan menabung kepada 70 pegawainya. Dengan bermodal kepercayaan, dia membangun Mandiri Bakery hingga menjadi besar seperti sekarang. Tentu saja, ada saja orang yang tidak suka melihat keberhasilan ini dan berusaha menjatuhkan citra roti Sukandar.

Kejujuran. Sukandar Katrijo menanamkan betul hal ini kepada semua pekerja Mandiri Bakery. Tanpa pengawasan yang ketat, seluruh pegawai ia biarkan bekerja sesuai bidangnya masing-masing. Pencatatan jumlah produksi roti dilakukan sore hari. "Mereka memberitahu jumlah roti yang dibuat dan kerusakannya berapa, saya percaya saja," kata Sukandar.

Dengan kepercayaan itu, Sukandar berharap semua pegawainya bisa bertanggungjawab dengan jujur. Dasar kepercayaan ini juga dia terapkan dalam penjualan roti. Ambil contoh, pedagang roti yang datang bisa mengambil 1.500 roti sekaligus tanpa harus membayar lebih dulu. Termasuk ketika mereka mengambil 1.500 roti lagi dua hari berikutnya.

Pembayaran 1.500 roti pertama bisa dilakukan pada saat pedagang kembali untuk ke tiga kali. "Cara ini sesuai kondisi mereka, sebab mereka juga baru dapat hasil penjualan dari warung-warung," ujar Sukandar.

Memang, ia mengungkapkan tidak semua pedagang berlaku jujur. Pernah ada yang tidak kembali lagi ke pabrik setelah lima kali mengambil roti. Waktu itu, seluruh pegawai kesal bukan kepalang, namun Sukandar merelakan saja. "Biarlah sekarang dia ambil roti saya banyak-banyak, suatu hari dia akan kena imbalan dari perbuatannya sendiri," katanya dengan tenang.

Selain kejujuran dan tanggungjawab, Sukandar juga mengajarkan menabung kepada semua pegawai Mandiri Bakery yang kebanyakan hanya berpendidikan rendah. Atas persetujuan pekerja, tiap hari ia langsung memotong upah Rp 10 per roti yang dihasilkan pegawainya. "Dikembalikan saat Lebaran untuk berlebaran bersama keluarga mereka, tabungannya ada yang sampai Rp 3,8 juta," katanya.

Pegawai Mandiri Bakery mendapat gaji harian. Mereka dibayar berdasarkan bidang yang mereka geluti. Untuk bidang produksi, pekerja mendapat upah sebesar Rp 34 per roti. Pegawai yang bertugas membungkus roti akan mendapat bayaran Rp 25 per roti. Rata-rata seorang pegawai mampu mengantongi penghasilan
Rp 50.000 per hari.

Dari tabungan itu, beberapa pegawai Mandiri Bakery akhirnya mampu membeli sepeda motor, termasuk membiayai sekolah anak-anaknya. Untuk semakin mensejahterakan pekerjanya, Sukandar berencana mengikutsertakan pegawai dalam program Jamsostek.

Sukandar yang tidak pernah berhubungan dengan perbankan dalam menjalankan usaha rotinya yakin, ke depan Mandiri Bakery akan terus berkembang. Lantaran, roti buatannya masih dibutuhkan banyak orang, sebab harganya murah meriah, hanya Rp 1.000.

Walau konsumennya sebagian besar berkantong cekak, menurut Sukandar, banyak juga orang-orang berkantong tebal yang mencicipi. "Ada pembeli yang memesan ratusan roti untuk acara kantor. Dia buka bungkus roti supaya harga Rp 1.000 tidak terlihat, ternyata roti saya habis dimakan," ujarnya.

Soal merek dan harga, Sukandar punya pengalaman unik lain. Ia bercerita, saat ada acara, roti Mandiri Bakery yang masih terbungkus rapi dijejerkan dengan makanan lain. Namun, hanya sedikit yang tertarik.

Dari kejadian itu, Sukandar menyimpulkan bahwa label harga Rp 1.000 di kemasan roti Mandiri Bakery membuat banyak orang tidak mau memakannya. Ternyata, "Masyarakat saat ini tidak makan roti, namun makan merek," kata dia.

Padahal, Sukandar mengungkapkan, roti bikinannya berbahan baku sama dengan roti merek ternama. Tiap hari, ia menghabiskan 70 sak tepung terigu ukuran 5 kilogram merek Cakra dan 10 sak gula pasir. Yang membedakan rotinya, hanya mesin produksi saja. Dia memakai mesin seharga Rp 17 juta buatan dalam negeri, sedang roti merek terkenal menggunakan mesin impor dengan harga ratusan juta rupiah.

Tapi, bukan berarti usahanya tanpa kendala, bahkan menjatuhkan citranya. Pernah satu kali roti buatannya banyak berisi cicak, walau bungkusnya masih rapi. Makanya, "Saya pikir ini ulah orang yang tidak senang," ungkap dia. Maklum, persaingan bisnis roti sekarang makin ketat.

(Selesai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×