kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.591.000   6.000   0,38%
  • USD/IDR 16.335   30,00   0,18%
  • IDX 7.202   31,76   0,44%
  • KOMPAS100 1.068   8,75   0,83%
  • LQ45 843   9,53   1,14%
  • ISSI 214   0,38   0,18%
  • IDX30 434   4,86   1,13%
  • IDXHIDIV20 517   6,48   1,27%
  • IDX80 122   0,99   0,82%
  • IDXV30 124   0,48   0,39%
  • IDXQ30 142   1,57   1,12%

Taman rekreasi: Pengunjung senang, laba pun datang


Rabu, 24 April 2013 / 12:26 WIB
Taman rekreasi: Pengunjung senang, laba pun datang
ILUSTRASI. Rumah Sakit Mitra Keluarga


Reporter: Fransiska Firlana | Editor: Tri Adi

Tempat rekreasi yang bernuansa alam, karcis murah, dan lokasi yang mudah dijangkau sekarang ini makin diminati. Pengelola tempat rekreasi pun melihat peluang ini. Meski modal yang dibutuhkan tidak sedikit, tapi mereka optimistis dalam lima tahun modal bisa kembali.

Keluarga kecil itu tampak asyik bergelantungan di flying fox Kampung Main Cipulir (KMC). Keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak itu tampak menikmati liburannya di KMC yang lokasinya tidak jauh dari pusat kota Jakarta itu. “Yang penting, Liburan murah dan menyenangkan. Sekarang tak perlu keluar Jakarta untuk menikmati liburan bernuansa alam yang segar,” ujar seorang pengunjung KMC.

Prinsip itulah yang dipegang Safitri ketika mendirikan KMC tahun 2010 lalu. “Orang haus hiburan itu pasti, jadi ketika masih memiliki tanah menganggur di Cipulir ini saya coba membuka usaha ini,” ujarnya.

Memasuki tahun ketiga KMC berjalan, ternyata Safitri pun gatel membuka usaha serupa di kawasan Puncak, Bogor, bernama Kampung Main Puncak (KMP) pada Februari 2013 lalu. “Meski KMC hitungannya belum balik modal, tapi sudah surplus. Berdasarkan pengalaman itu saya berani buka KMP,” katanya.

Pemilik taman rekreasi Kampung Radja di Jambi, Nico Kurniaputra, menambahkan, bisnis semacam ini memang tidak bisa menjanjikan modal kembali cepat. Hanya saja bisa mendapatkan surplus yang cukup besar. “Kalau tidak surplus kami mungkin tidak bertahan sampai sekarang,” kata Nico yang sudah menjalankan usaha ini sejak tahun 2006 ini.

Menurut pengalaman KMC, antusiasme warga Jakarta cukup besar untuk datang ke taman rekreasi. Dalam sebulan jumlah pengunjung KMC mencapai 20.000 orang. Tiket masuk yang dikenakan Rp 5.000 untuk hari kerja dan Rp 7.000 untuk hari Sabtu dan Minggu. “Paling ramai memang Sabtu Minggu, bisa mencapai 4000 pengunjung,” jelas Safitri.

Dengan jumlah tersebut, pendapatan dari tiket masuk saja nilainya lebih dari Rp 100 juta. Nilai itu di luar pendapatan dari harga permainan di KMC. Ambil contoh, harga permainan flying fox Rp 15.000 per orang, fun game Rp 5000, berenang Rp 15.000–Rp 20.000 per orang.

Sementara itu, dalam sebulan Kampung Radja bisa menarik 15.000 pengunjung di bulan-bulan biasa. Sementara itu, di bulan-bulan liburan bisa lebih dari itu. Dengan harga tiket sebesar Rp 30.000, dalam sebulan Kampung Radja bisa mendapatkan omzet Rp 450 juta per bulan.


Target pasar

Bila Anda ingin menjajal bisnis ini sebaiknya tentukan target pasar yang dituju. Ini menjadi salah satu unsur dalam mempertimbangkan fasilitas yang disediakan serta harga tiket masuk dan tiket permainan. “Sekalipun lokasi itu ada di tengah kota, tidak harus sasarannya menengah atas,” kata Safitri. Safitri berbagi, KMC yang terletak di daerah Jakarta Selatan dan tidak jauh dari pusat kota justru memilih pasar dari kalangan menengah bawah.

Menurut Safitri, di kota besar seperti Jakarta, pengusaha sarana permainan cukup banyak dan komplet fasilitasnya. Bahkan di pusat-pusat perbelanjaan juga sudah banyak yang menyediakan arena bermain anak.

Menurut Safitri, pusat permainan di Jakarta lebih banyak untuk kalangan menengah atas. Itu artinya peluang untuk menggarap kalangan menengah ke bawah cukup besar. Sebab sangat sedikit yang bermain di segmen ini.

Segmen menengah bawah juga membutuhkan hiburan, tetapi kalau harus berlibur di sarana yang menengah atas tentu kantong mereka masih terasa sesak. Kalangan menengah bawah di kawasan Jakarta masih banyak. “Dan sekarang perekonomian mereka mulai meningkat, artinya mereka mempunyai alokasi dana untuk liburan,” katanya.

Safitri bilang, dengan menentukan target market tersebut, Anda sudah melakukan strategi untuk menangkal persaingan.

Kampung Radja, menurut Nico, sejak awal tidak mengincar segmen tertentu. “Kami menyasar semua kalangan. Sebab, konsumen di sini rata-rata menginginkan sarana rekreasi yang murah dan memiliki fasilitas yang lengkap,” ujar Nico.  Untuk itu, dia menerapkan harga tiket sekaligus. Artinya dengan sekali membayar tiket, pengunjung bisa merasakan semua fasilitas permainan yang disediakan.

Kampung Radja memiliki 16 wahana permainan. Dengan harga tiket Rp 30.000 per orang, pengunjung bisa menikmati 13 wahana tanpa membayar lagi. Sedangkan untuk tiga wahana lagi, pengunjung harus merogoh kocek tambahan.

Berdasarkan pengalaman tersebut, Anda bisa memasang target segmen pengunjung maupun tidak. Dengan catatan, Anda harus mempertimbangkan titik lokasi taman rekreasi yang akan Anda kelola, persaingan bisnis sejenis, dan juga habit atau kebiasaan dari masyarakat di daerah tempat Anda akan membangun usaha.


Lokasi dan wahana

Untuk membangun usaha ini, unsur pokok yang harus Anda miliki adalah lahan. Lahan ini ada baiknya milik sendiri, bukan menyewa. Dan akan lebih baik untuk membuka usaha ini, Anda sudah memiliki lahan sendiri. Artinya Anda bisa memanfaatkan lahan menganggur yang Anda miliki.

Sebab, untuk membuka usaha ini lahan yang dibutuhkan minimal 3 hektare (ha). Dengan area seluas itu bisa dibayangkan investasi lahan yang harus dikeluarkan. Jadi dengan sudah memiliki lahan sebelumnya, Anda bisa menekan biaya investasi usaha ini.

Untuk membangun sarana rekreasi keluarga seperti KMC dan Kampung Radja, dana awal yang harus disiapkan bisa disesuaikan dengan modal yang dimiliki. “Sebaiknya memang jangan menggunakan dana pinjaman perbankan, sebab usaha seperti ini balik modalnya tidak bisa cepat,” kata Nico.

Safitri bilang, usaha ini paling cepat bisa balik modal dalam kurun waktu lima tahun. “Yang harus diupayakan adalah pencapaian target per bulan dan per tahun supaya biaya-biaya tertutupi dan bisa ada surplus,” jelasnya. Mengingat masa balik modal yang lama, Safitri maupun Nico menyarankan bagi Anda yang ingin masuk bisnis ini tidak langsung berinvestasi secara jorjoran.

Artinya untuk penyediaan wahana bermain sebaiknya dilakukan secara bertahap. Kampung Radja yang sekarang memiliki 16 wahana bermain, ketika awal berdiri hanya memiliki 4 wahana. Sementara KMC yang memiliki lebih dari 10 wahana sekarang, awalnya juga hanya memiliki satu wahana.

Safitri bilang, penentuan wahana yang pertama ini harus dipikirkan betul. Perhatikan lokasi serta kebiasaan masyarakat di kawasan taman rekreasi tersebut. “Meski lokasi di Jakarta, karena letak KMC di kawasan perumahan yang cukup padat penduduk dan posisinya masuk gang, saya belum berani membuka wahana yang investasinya mahal,” ujarnya.

Untuk itu Safitri menawarkan sarana outbound pada awal usaha. Sebab investasi untuk membuka sarana rekreasi ini nilainya tidak besar dibandingkan harus membuka area kolam renang. “Kalau kolam renang biaya bisa memang Rp 2,5 miliar hingga Rp 3 miliar, sementara sarana outbound hanya sekitar Rp 200 juta,” jelasnya.

Artinya, ketika usaha itu tidak berjalan, nilai kerugian yang dialami tidak besar.  Yang terpenting, ketika pengunjung masuk taman rekreasi, mereka bisa merasakan suasana lain yang memang dibutuhkan untuk rekreasi. Misalnya mereka bisa menikmati kesejukan udara di area tersebut.

Meski awalnya hanya menyediakan wahana bermain yang terbatas, namun KMC bisa menyedot perhatian pengunjung karena area KMC seluas 3 ha itu menawarkan keteduhan dengan pohon-pohon besar dengan beberapa saung. Pengunjung yang datang bisa berekreasi dengan menikmati nuansa alam kampung yang sejuk.

Setelah ada respons positif maka tidak ada salahnya melakukan penambahan wahana. KMC awalnya hanya didatangi 700 orang setiap weekend, ketika ada sarana kolam renang seluas 4000 meter persegi jumlah pengunjung melonjak hingga 4000 orang per weekend. “Tapi kalau sudah yakin dengan pasar tidak ada salahnya langsung membuka wahana yang nilainya besar,” kata Safitri.

Misalnya saja di KMP, dengan area seluas 6.000 meter persegi, Safitri langsung membuka sarana kolam renang. Dan ternyata hanya memasuki bulan kedua sudah surplus. “Penikmatnya adalah warga sekitar, pengunjung mengaksesnya dengan sekali angkot,” tandasnya.  


Modal usaha

Bila sudah memiliki lahan sendiri, nilai investasi yang dibutuhkan bisa disesuaikan dengan kocek. “Sebab sekarang ini investasi tanahlah yang paling tinggi alokasinya untuk usaha ini,” kata Safitri.

Sebagai gambaran, untuk investasi sarana permainan atau wahana bisa disediakan sekitar Rp 4 miliar. Dana itu bisa dialokasikan untuk membangun kolam renang, belanja saran flying fox dan outbound, dan untuk membeli beberapa sarana kiddy rides.  

Sedangkan untuk mengolah tanah, membangun sarana pendukung dibutuhkan dana sekitar Rp 1 miliar. Sarana pendukung, misalnya, pembatas area taman wisata, tamanisasi, jalan, kamar mandi, toilet, dan kantor-kantor layanan pengunjung dan operasional. Sedangkan untuk izin usaha, promosi awal, serta penyediaan dana operasional untuk setahun sebesar Rp 1 miliar.

Dalam setiap bulan, Nico menyebutkan, pengeluaran terbesar adalah untuk pembayaran gaji karyawan. Persentasenya mencapai 30% dari pendapatan bulanan. Selain itu untuk biaya perawatan arena bermain dan biaya listrik masing-masing sebesar 10%. Safitri bilang, untuk biaya koordinasi keamanan lingkungan sebesar 10%.

Nah, mudah ditiru, kan?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Bond Voyage Mastering Strategic Management for Business Development

[X]
×