kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Tawaran laba legit dari bisnis hijab yang cantik


Selasa, 28 Januari 2014 / 13:54 WIB
Tawaran laba legit dari bisnis hijab yang cantik
ILUSTRASI. Promo Festival Dapur Dekoruma


Reporter: Ruisa Khoiriyah, Agung Jatmiko | Editor: Tri Adi

Fenomena merebaknya hijab dan hijabers, sebutan bagi perempuan muslim yang mengenakan jilbab atau hijab dengan gaya modis, menjadi trending topics di Indonesia beberapa tahun belakangan.

Tren hijab tak cuma sebatas ragam variasi tampilan kerudung (shawl). Beragam jenis pendukung tampilan hijab mulai dari baju atasan, baju bawahan, gaun, jaket atau blazer (outerwear), hingga sepatu, tas dan aksesori, seperti bros, turut mewabah menjadi tren masif.

Tampil berkerudung pun tidak lagi membosankan, apalagi kaku. Kini perempuan berkerudung mampu tampil elegan dan tak kalah modis dari tampilan mereka yang tak berhijab. Mungkin Anda sendiri pernah mengamati, di ruang-ruang publik semakin sering kita menemui perempuan berhijab dengan tampilan modis, bahkan dengan pernak-pernik serba bermerek.

Di dunia maya tak kalah gegap gempita. Coba saja iseng menekan tombol search di media sosial, seperti Twitter, Instagram, maupun Facebook, dengan kata kunci "hijab".

Niscaya Anda akan mendapati tebaran akun yang memajang aneka ragam laman dengan hiasan foto perempuan mengenakan busana tertutup lengkap berhijab dengan segala model dan warna. Terlebih di Instagram. Akun berbagi foto ini menjadi arena narsis para hijaber memamerkan tampilan terkeren mereka. Tak kalah dengan para selebritis beken, para hijaber juga memaparkan dengan detail merek baju beserta aksesori tampilan hijab yang mereka kenakan di dalam foto.

Di ranah buku harian maya alias blog juga banyak bertebaran blog hijabers. Beberapa pentolan hijaber yang sudah ngetop menjadi selebgram dan hijab blogger antara lain Dian Pelangi, Siti Juwariyah, Ghaida, Rani Hatta, dan sebagainya.

Nama-nama itu juga terkenal sebagai desainer hijab dan pengusaha yang sukses membesarkan usaha butik hijab mereka. Bahkan, nama-nama itu tak cuma menjangkau pelanggan di tanah air. Fashionista hijab di berbagai penjuru dunia juga banyak memburu karya desain mereka.

Bukan hal mengherankan jika hijab akhirnya meledak menjadi bisnis baru yang semarak gemerincing laba. Dengan populasi muslim terbesar di dunia, Indonesia adalah pasar yang sangat potensial untuk produk apa pun terkait itu, tak terkecuali untuk pasar produk busana muslim seperti hijab.

Popularitas hijab sebagai tren busana muslim mutakhir memicu kemunculan banyak usaha-usaha butik hijab di seluruh Indonesia. Berbagai butik itu menyasar hampir semua lapisan pembeli. Mulai dari golongan premium dengan banderol harga produk jutaan rupiah, hingga pasar kelas menengah ke bawah yang harga produknya berkisar puluhan ribu rupiah. "Pasarnya memang potensial," tutur Ola Aswandi, desainer sekaligus pemilik merek Misla.

Jenis usaha di bisnis ritel fashion ini pun juga beragam. Ada yang membuka butik dengan brand atau merek sendiri, ada yang menjalin kemitraan atau waralaba butik, ada pula yang menjadi butik reseller merek-merek hijab ternama.

Kanal penjualan juga tak terbatas di butik-butik offline biasa. Gaya hidup digital yang merambah pesat di negeri ini turut membantu kesuksesan butik-butik hijab online.


Laba selangit

Semarak bisnis hijab tak cuma terdorong potensi pasar yang begitu luas. Iming-iming laba di bisnis ini juga sangat menggiurkan saking tebalnya.

Pengalaman Deveni Vera, pemilik butik hijab Butik Naya, bisa menjadi contoh. Membidik penjualan hijab melalui jalur online, Vera bisa membukukan omzet penjualan Rp 60 juta-an per bulan. "Marginnya rata-rata 30%–40%," kata dia.

Margin cukup tinggi juga berhasil dibukukan oleh Ria Miranda, desainer sekaligus pemilik butik House of Ria Miranda. Dengan mengambil margin 30%, hingga kini Ria
eksis sebagai salah satu desainer hijab yang menyasar kelas menengah ke atas.

Maya Suryanti, pemilik HijabHijab Butik di Tanjung Pinang, Kepulauan Riau, juga sukses sebagai reseller aneka macam brand hijab. "Omzet di bawah Rp 100 juta per bulan, dengan margin sekitar 30%," jelas dia. Pengalaman Ola tak kalah menarik. Merintis usaha busana muslim sejak tahun 2011, kini usaha busana muslim yang dia kelola telah berkembang dengan omzet penjualan rata-rata Rp 30 juta per bulan.

Di bulan-bulan spesial seperti Ramadan, Idul Fitri, juga Idul Adha, dan akhir tahun, omzet penjualan hijab bisa melejit hingga Rp 80 juta–Rp 90 juta. Dari omzet sebesar itu, Ola mengaku bisa meraih margin antara 70%–100%. Menggiurkan sekali, bukan?

Balik modal pun tidak butuh waktu lama. "Saya dulu dengan modal Rp 20 juta langsung balik hanya dalam lima bulan," kata Ola. Ketika itu, momentum Ola memang tepat, yakni di puncak permintaan busana muslim menjelang lebaran.

Pasar yang begitu luas, potensi keuntungan yang tebal, dan peluang balik modal cepat, membikin bisnis hijab sulit untuk diabaikan. Semakin hari semakin banyak orang terjun menggeluti bisnis ini. Membawa ciri khas masing-masing, pelaku bisnis hijab mencoba meraih hati para hijabers agar menjadi pelanggan setia mereka.

Anda yang tergiur dengan potensi keuntungan bisnis hijab di tengah luasnya pasar, perlu memperhatikan betul faktor persaingan ini. Kunci menghadapi persaingan di industri ini, menurut para pelaku usaha hijab yang telah berkecimpung, satu: inovatif. Maklum hijab telah menjelma sebagai bagian dari dunia fashion yang mensyaratkan kreativitas, orisinalitas, dan keunikan.

Betapa pun banyak pemain di bisnis hijab, peluang untuk mempertahankan keunggulan cukup besar selama produk tawaran Anda inovatif dan unik. “Yang membedakan produk kita adalah brand image. Jadi, bangunlah brand image yang sesuai dengan sasaran pasar yang kita bidik,” ujar Ria. Dengan inovasi yang ekspansif, pembangunan brand image akan lebih kuat. Desain apa yang ditonjolkan, kualitas bahan yang ditawarkan, serta harga jual kepada konsumen; menjadi faktor pembentuk brand image.

Lantas, bagaimana tren gaya berhijab tahun 2014 ini? "Tahun ini style yang berkembang cenderung ke hijab bergaya lebih simpel dan syar'i," ujar Ola.

Mungkin Anda ingat, tahun-tahun lalu, hijab tampil dengan gaya cenderung heboh, baik dari tampilan busana maupun style kerudungnya. Nah, tahun ini, gaya hijab kembali cenderung lebih syariah. Dengan warna pastel yang kalem, kerudung lebih panjang menutup dada dengan gamis atau gaun terusan yang menyamarkan lekuk tubuh pemakainya, bakal banyak diminati pemakainya.

Kalau Anda tertarik menikmati gurihnya laba bisnis butik hijab seperti Ola dan kawan-kawan, silakan simak tips dan strategi yang dibagi oleh para pelaku pasar, berikut ini:


• Tentukan konsep

Pemain bisnis hijab sudah bejibun. Jika ingin terjun, Anda harus menyiapkan konsep produk Anda. Anda akan menawarkan hijab seperti apa? Ini penting dipikirkan, terlebih jika Anda memutuskan untuk membawa brand hijab sendiri. Tentukan target pasar, desain hijab, pilihan bahan dan warna, serta kanal pemasaran (offline atau online), hingga strategi pemasaran kelak.

Sebagai contoh, Ola mengarahkan Misla sebagai brand hijab dengan gaya kasual nonformal dengan bahan utama katun. Maka itu, kini dia lebih banyak menonjolkan produk dasar berhijab. Seperti manset, gamis, kerudung, dan seterusnya. Sedang Ria masih konsisten dengan warna pastel dan desain hijab yang formal.

Apabila Anda memutuskan untuk menjadi reseller semata, Anda boleh jadi tidak perlu ikut pusing memikirkan desain hijab yang hendak Anda jual. Meskipun begitu, Anda tetap perlu menyiapkan konsep. Kalau Anda menyasar kelas konsumen premium, tentu akan memengaruhi pilihan brand yang akan Anda jual, strategi pemasaran, fisik butik yang Anda bangun, hingga pengemasan produk.


• Memastikan tempat

Menyiapkan tempat memajang produk adalah langkah selanjutnya yang harus Anda tempuh, jika memutuskan membangun bisnis butik hijab dalam bentuk fisik alias offline. Anda bisa memilih lokasi butik di kawasan rumah toko (ruko) atau menyewa gerai di mal.

Masing-masing ada kelebihan dan kekurangan. Di mal, Anda harus siap membayar ongkos sewa lebih mahal, namun keterjangkauan dengan konsumen bisa lebih luas dan mudah.

Jika Anda memilih ruko, biaya mungkin bisa lebih murah namun Anda perlu usaha lebih keras untuk meraih peminat. Biaya tempat ini cukup besar. Maya, misalnya, menghabiskan Rp 100 juta untuk renovasi dan mendesain ruko dua lantai seharga Rp 400 juta yang dia beli secara cicil.

Pastikan Anda sudah berhitung pilihan mana yang paling ekonomis dengan menimbang kemampuan permodalan Anda.


• Memulai produksi

Setelah menentukan konsep bisnis dan tempat penjualan, kini saatnya Anda memulai produksi. Pertama, membikin sketsa desain. Anda tak harus lulus sekolah fashion untuk bisa melakukannya. Bekal ilmu bisa Anda miliki melalui kursus jahit dasar singkat seperti yang ditempuh Ola. Sketsa desain termasuk penentuan jenis
bahan yang akan digunakan berikut target harga jual produk kelak.

Kedua, memastikan tenaga penjahit. "Saya mencari door to door penjahit rumahan hingga akhirnya ketemu yang sreg," cerita Ola. Untuk bisa memenuhi produksinya kini yang mencapai 100 item produk per minggu, Ola hanya memanfaatkan satu jasa penjahit!

Ketiga, penyaringan produk.Sebelum diluncurkan ke pasar, Anda perlu memastikan apakah kualitas produk Anda sudah memenuhi standar. Kalau sudah oke, barulah Anda bisa memproduksi lebih banyak. Misal, untuk satu desain, Anda cukup produksi dalam tiga warna dengan tiga pilihan ukuran. Jika respon bagus, Anda bisa memproduksi ulang atau membuka sistem pre-order untuk menjaring pembeli yang pasti.


• Strategi pemasaran

Memasarkan hijab tidak terlalu sulit. Anda bisa mengoptimalkan promosi dengan rajin mengikuti pameran atau bazaar yang banyak digelar oleh komunitas hijaber. Manfaatkan pula akun-akun media sosial untuk menjaring peminat hijab produksi Anda.

Kebanyakan pebisnis hijab tidak cuma berkutat di penjualan lewat butik fisik. Mereka juga mengoptimalkan kanal penjualan lewat online store. Caranya bisa dengan membangun laman maya sendiri lewat Facebook atau membeli domain tersendiri.

Bisa juga Anda menitipkan merek hijab Anda di butik-butik online yang sudah banyak dikenal para hijaber. Seperti Moschaict, Hijup, Hijabchic, atau Mushta. Strategi lain yang cukup efektif untuk ditempuh adalah memakai jasa endorser. Anda bisa melobi selebgram atau akun dengan pengikut bejibun di Instagram untuk mengenakan Anda dan mengunggahnya di Instagram. Langkah ini banyak ditempuh oleh para desainer hijab tak terkecuali yang sudah cukup punya nama.

Endorser fashion banyak yang bersedia mejeng dengan produk Anda tanpa bayaran, lo. Tapi, masak iya, sih, jasanya gratis? Tentu saja tidak. Anda cukup memberikan produk bikinan Anda untuk mereka kenakan. Dan itu sudah cukup sebagai bayaran atas kesediaan mereka memakai dan mengunggahnya di media sosial. Mudah dan murah, bukan?


• Memelihara loyalitas

Ketika Anda sudah berhasil meraih perhatian para penggemar fashion hijab, pastikan Anda menjaga loyalitas konsumen. Caranya, lagi-lagi, jangan malas berinovasi. Anda harus rajin menawarkan koleksi baru. Syukur-syukur Anda jangan pelit memberikan diskon.

Kalau semua sudah Anda lakukan, jangan lupa berdoa.       

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×