kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Tiga tahap sukses berusaha Hendy Setiono


Rabu, 27 Maret 2013 / 14:03 WIB
Tiga tahap sukses berusaha Hendy Setiono
ILUSTRASI. Petugas BSI sedang melayani nasabah di KC Thamrin.


Reporter: Hendra Gunawan | Editor: Tri Adi

Sebelum memulai usaha sendiri, ada tiga tahap yang harus disiapkan. Selain perencanaan matang, produk yang dijajakan sebaiknya berbeda dan punya keunggulan sendiri. Faktor pembeda itu bisa jadi kekuatan dalam menjalankan usaha.

Isi kantong bukanlah faktor utama untuk menegakkan dan membesarkan usaha sendiri. Pernyataan ini mungkin terdengar klise, tapi sudah banyak pengusaha di negeri ini yang membuktikannya. Salah satunya adalah Hendy Setiono, Presiden Direktur PT Baba Rafi Indonesia.

Hanya bermodalkan uang Rp 4 juta, dia merintis usaha makanan bertajuk Kebab Turki Baba Rafi pada September 2003. Bermula dari sebuah gerobak dagangan di kota Surabaya, dalam kurun hampir 10 tahun usaha tersebut sudah berkembang pesat. Kini, Baba Rafi memiliki lebih dari 1.000 gerai di berbagai daerah di Indonesia. Bahkan, sejak tahun lalu, gerainya sudah menyebar ke negara Malaysia dan Filipina.

Tak hanya Baba Rafi, Hendy juga sudah mendirikan beberapa perusahaan lain: PT Piramida Zahira dan PT Panen Raya Indonesia. Kesuksesan mengembangkan usaha sendiri membuat pria kelahiran tahun 1983 ini banyak diganjar penghargaan sebagai wirausahawan andal di Indonesia.

Apa saja kunci kesuksesan penyandang gelar Ernst & Young Entrepreneur Of The Year “Special Award Entrepreneurial Spirit tahun 2009 ini dalam mengembangkan usahanya? Berikut petikan singkat wawancaranya.


KONTAN: Apa yang harus dilakukan seorang wirausaha ketika akan memulai usaha?

HENDY: Dalam memulai sebuah usaha, ada tiga tahapan yang harus dilakukan. Pertama, memiliki perencanaan yang matang. Berdasarkan pengalaman saya, menjalankan usaha tanpa perencanaan matang sulit untuk berhasil. Ibarat pergi ke medan perang, tetapi tidak tahu siapa saja lawan yang akan dibidik.

Dalam tahap pertama ini, ada beberapa rencana yang harus disusun. Mulai dari jenis produk yang akan dipasarkan dan target market: apakah kelas atas, menengah, atau bawah? Dengan mengetahui target market juga akan memudahkan menyusun perencanaan pemasaran.

Kedua, menyiapkan produk yang andal. Misalnya untuk produk makanan, maka tak cukup hanya dengan mengandalkan rasa yang enak. Produk tersebut juga harus memiliki ciri khas sendiri atau pembeda, sehingga ada nilai lebih yang bisa ditonjolkan dengan produk sejenis.

Faktor pembeda ini juga bisa didorong menjadi keunggulan ketika berjualan. Bahkan, ketika bersaing dengan produk yang menjadi pionir sekali pun. Walaupun saya bukan pionir, tetapi gerai saya sekarang sudah lebih banyak. Sekarang gerai Baba Rafi sudah ada lebih dari 1.000 gerai, baik yang saya kelola sendiri, waralaba, dan juga dengan investor strategis berdasarkan sistem syariah.


KONTAN: Faktor pembeda seperti apa yang bisa dijadikan unggulan?

HENDY: Misalnya, untuk usaha Ayam Bakar Mas Mono yang saya punya. Sebetulnya ini adalah rumah makan tradisional. Nah, agar tidak terkesan warung, saya pilihkan lokasi yang baik dan bikin desain yang modern. Tujuannya agar konsumen yang datang merasa lebih nyaman.

Contoh lain adalah gerai Baba Rafi, karena konsepnya adalah take away, maka outlet yang didirikan tidak perlu besar. Jadi, bisa ditempatkan di mana saja yang terdapat potensi pasar atau keramaian. Selain itu, dari sisi tenaga kerja juga tidak perlu banyak, cukup satu orang, sehingga bisa lebih hemat. Dengan mengetahui nilai tambah atau kelebihan produk itu, maka kita tahu kekuatan dari produk itu sendiri.

Misalnya saja konsep yang dilakukan oleh Starbuck. Selain menjual kopi yang enak, mereka juga menjual gengsi dan gaya hidup kepada konsumennya. Saya juga banyak belajar dari konsep tersebut.


KONTAN: Bagaimana menentukan waktu yang tepat dalam berusaha?

HENDY: Untuk memunculkan inovasi maupun produk baru, sebaiknya memang mempertimbangkan waktu peluncuran. Karena momen yang pas bisa ikut menentukan laku atau tidaknya sebuah produk. Selain itu, waktu peluncuran bisa jadi alat marketing yang baik.

Misalnya, ada sebuah teknologi canggih yang diluncurkan  tetapi peluncurannya lebih cepat, akibatnya pasar belum familiar dengan produk tersebut. Jadi, sebelum memasarkan secara massal, sebaiknya pelaku usaha melakukan tes market terlebih dahulu. Tes itu bisa dilakukan sambil memasarkan produk pertama yang sudah laku di pasar.

Jadi, bisa sambil jalan. Kalau hasilnya kurang bagus, bisa di evaluasi dan dibenahi lagi. Adapun jika produknya tepat, sebaiknya dikembangkan lagi sehingga tercipta nilai tambah.


KONTAN: Apa tahap ketiga untuk memulai usaha?

HENDY: Tahapan ketiga ini terkait dengan membentuk tim manajemen sesuai dengan skala bisnis yang dijalankan. Seperti membentuk divisi logistik, pemasaran dan operasional untuk mengurusi outlet. Kalau perlu bikin divisi internal support. Tidak perlu banyak-banyak. Sediakan satu orang yang berwenang dan yang lainnya merangkap jabatan, sehingga saat bisnis bertumbuh tinggal menambah orang pada tim itu dan skalanya disesuaikan dengan perkembangan bisnisnya.

Yang membentuk tim manajemen ini sangat penting peranannya. Karena melalui tim ini usaha bisa bertumbuh. Saya pernah tanya ke pengusaha di Tanah Abang. Mereka ingin berkembang tetapi tidak terstruktur dan tidak memiliki financial literacy, jadi itu sulit untuk menumbuhkan bisnisnya karena fondasinya tidak rapi.


KONTAN: Mengapa peran manajemen penting?

HENDY: Memiliki tim manajemen menjadi pembeda, mana seorang entrepreneur dan mana seorang pedagang. Jika orang yang berdagang, segala sesuatunya diurus sendiri. Mulai dari beli bahan baku, memasak atau mengolah, hingga pemasaran. Adapun seorang entrepreneur, proses yang dijalankan sama, tetapi setiap proses pengerjaannya itu didelegasikan kepada yang lain.

Ada dua risiko menjadi entrepreneur. Jika menciptakan produk yang terlalu unik bisa direspons luar biasa, atau bahkan tidak diterima sama sekali. Kalau tidak diterima pasar, harus dievaluasi dan dikonsep ulang. Bisa jadi karena lokasinya tidak cocok atau mungkin timing-nya kurang pas.        

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mastering Financial Analysis Training for First-Time Sales Supervisor/Manager 1-day Program

[X]
×