Reporter: Fahriyadi | Editor: Tri Adi
Bosan melihat petani hidup melarat, To Suprapto mendirikan Joglo Tani. Wadah ini untuk melatih kemampuan petani dalam mengembangkan hasil tanamannya dan berbisnis. Cara ini diyakini bisa mengeluarkan para petani dari lingkaran kemiskinan yang sudah lama membelenggu mereka.
Sebagai negara agraris, mestinya para petani kita bisa hidup sejahtera. Kenyataannya, banyak petani yang masih hidup miskin. Tak mau melihat petani terus-terusan hidup melarat, To Suprapto pun menggagas Joglo Tani di Sleman, Yogyakarta.
Joglo Tani lahir 19 Januari 2008. Suprapto menjelaskan, kehadiran lembaga ini bertujuan membantu petani menghadapi enam tekanan pada petani, yakni ekonomi, alam, sosial, budaya, global, dan kebijakan. "Jika semua tekanan ini tidak bisa diantisipasi, petani bakal terus terpuruk," ujar lelaki kelahiran 30 Januari 1965 ini.
Menurut Suprapto, Joglo Tani berupaya menjadi wadah pengembangan keahlian untuk petani padi, umbi-umbian, hingga pembudidaya ikan dan peternak unggas. Dia bilang, saat ini, Joglo Tani telah berkembang menjadi pusat pelatihan pertanian terpadu, mulai dari hulu hingga hilir.
Joglo Tani memberikan pelatihan kepada petani, baik pribadi, swadaya, ataupun lewat kegiatan corporate social responsibility (CSR) perusahaan swasta dan BUMN. "Sekitar 1.000 peserta telah kami beri pelatihan," ungkap Suprapto.
Selain memberikan pelatihan mengenai tata cara kelola dan kontrol sistem pertanian, Joglo Tani juga mengajari beberapa kelompok tani untuk membuat pupuk padat maupun cair. "Pupuk tersebut digunakan sendiri oleh petani, bisa juga dijual dengan harga yang terjangkau ke petani di sekitarnya," ujarnya.
Suprapto mengatakan, Joglo Tani bersama para petani binaan kini telah mampu memproduksi pupuk cair sebanyak 10.000 liter per bulan dan dijual dengan harga Rp 25.000 per liter. Sedangkan pupuk padat, produksinya bisa mencapai 1 ton sebulan dan dilego Rp 600 per kilogram.
Dari lahan seluas 5.000 meter persegi di Sleman, Joglo Tani bukan hanya memanfaatkan untuk membuat pupuk saja, tapi juga mengembangkan peternakan ikan dan itik. "Total perputaran hasil penjualan pokoknya ratusan juta per bulan," ungkapnya.
Suprapto bilang, penghasilan dari bisnis Joglo Tani selalu dikembalikan kepada petani sebagai dana kelolaan untuk mengembangkan pelatihan pertanian. "Sebab, Joglo Tani kini sudah menjadi badan usaha milik desa," terang dia.
Joglo Tani juga telah memberikan manfaat kepada petani di Kepulauan Riau, Lampung, Jawa Barat, dan beberapa kawasan Indonesia Timur. Untuk itu, ia berharap bisa mendirikan 1.500 cabang di berbagai daerah.
Joglo Tani juga mendirikan Institut Pertanian (Intan). Berbekal ilmu tentang pertanian, kelak para mahasiswa dapat membantu dan mengembangkan sektor pertanian di wilayah mereka. "Ada 300 anak berprestasi yang kami beri beasiswa," imbuh Suprapto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News