kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45925,48   -1,25   -0.14%
  • EMAS1.327.000 1,30%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Toko batik online: Laba dari selera konsumen


Jumat, 09 November 2012 / 15:05 WIB
Toko batik online: Laba dari selera konsumen
ILUSTRASI. Mandaat dan kandungan nutrisi Kubis untuk Kesehatan tubuh.


Reporter: Surtan PH Siahaan | Editor: Tri Adi

Penjualan batik secara online mampu menyedot perhatian pengguna dunia maya. Pengusaha di bidang ini mereguk omzet berlipat ketimbang mereka yang membuka toko secara offline. Margin lebih tebal karena biaya operasional bisa ditekan.

Sejak lima tahun terakhir batik memang naik pamor. Kain yang semula identik dengan kesan kaku dan serba formal itu kini mempunyai pengaruh di dunia fashion. Penggunanya tidak lagi didominasi orang tua, tapi juga anak anak, remaja, dan dewasa.

Pasar batik yang kini semakin lebar tentu ikut menggairahkan bisnis seputar produk ini. Saat ini, jumlah penjual baju batik sudah tak terhitung lagi saking banyaknya. Batik dijual mulai dari butik mewah di pusat perbelanjaan kelas atas sampai lapak kaki lima. Saking padatnya persaingan bisnis batik ini, penjual harus pintar-pintar berinovasi. Sejumlah orang mendirikan toko batik yang menjual, mendesain, dan menerima jasa jahit baju batik secara online.

Salah satu pelaku yang sudah empat tahun terakhir menjual batik secara online adalah Achmad Nidhom, pemilik gerai Djoeragan Batik. Semula dia hanya memiliki satu toko sungguhan di kawasan Jalan Darmo Permai, Surabaya. Dalam kurun waktu 2004–2008, dia membuka tiga cabang termasuk di salah satu mal di Surabaya. Ketika booming Facebook pada tahun 2007–2008, Nidhom iseng-iseng memasarkan batik secara online lewat situs www.djoeraganbatik.com.

Melalui situs tersebut, Nidhom melego baju batik karyanya, sekaligus menerima jasa jahit bagi pelanggan perorangan yang memiliki desain sendiri. Tak disangka, respons pasar terhadap terobosan tersebut cukup baik. Rata-rata kunjungan situs itu mencapai 1.000 viewer per hari. Jumlah itu jauh melebihi pengunjung gerai
offline-nya yang hanya belasan orang per hari.

Tidak cuma bertujuan mengatrol jumlah pengunjung toko online, tambahan layanan jasa jahit dan asistensi desain membuat jualan djoeraganbatik.com semakin laku. Sebab, toko itu menawarkan keleluasaan bagi pelanggan untuk memilih desain batik atau menerima pola jahit batik secara online. Pelanggan yang kurang tertarik dengan koleksi Nidhom bahkan bisa mengajukan desain sendiri batik pesanannya.


Transaksi berlipat

Dari 1.000 viewer website per hari, Nidhom bilang 1% di antaranya melakukan transaksi. Jumlah itu jauh meningkat ketimbang saat berjualan secara offline. Alhasil, frekuensi transaksi pun meningkat.

Saat ini Nidhom mampu meraup omzet hingga Rp 3 juta per hari dari toko online-nya. Dalam sebulan, nilainya bisa mencapai Rp 90 juta. Melihat peluang bisnis batik online lebih ciamik itu, akhirnya Nidhom memilih menutup tiga cabang toko batiknya, dan hanya mempertahankan satu showroom di Jalan Darmo Permai.

Kisah serupa juga dialami Janis Ardianta, pemilik toko Batik Exotic (batikexotic.com) di Gombong, Kebumen, Jawa Tengah. Ia menerima layanan jahit batik dan desain motif batik untuk kain bahan. “Jika pelanggan punya motif, kami bisa melayani sesuai kemauan mereka,” tuturnya. Sejak membuka toko online dan menambahkan layanan, ia mengaku omzetnya terus meroket. Kini, dalam sebulan, toko Batik Exotic bisa menjual sekitar 1.000 meter kain bahan dan 350 potong baju jahitan desain pesanan. Omzetnya mencapai sekitar Rp 300 juta per bulan.

Jualan batik secara online memang punya banyak kelebihan. Salah satunya, pemasaran produk jadi semakin luas. Terbukti, pelanggan Djoeragan Batik justru kebanyakan berasal dari luar Surabaya, seperti Jakarta, Kalimantan, Sumatra, dan Sulawesi.

Keuntungan lain, menurut Nidhom, bisnis ini bisa menghemat biaya operasional. Bandingkan dengan saat berjualan secara offline, margin bisnis tergerus untuk pengeluaran rutin sewa tempat usaha. Alhasil, keuntungan yang diperoleh juga kian lebar. Saat ini, keuntungan yang diperoleh Nidhom bisa mencapai 20% dari omzet.

Nidhom membanderol baju jahitan mulai Rp 150.000 hingga Rp 700.000 per potong. Itu sudah termasuk kain dan ongkos jahit. “Biasanya, ada yang membeli atau pesan lebih dari satu potong,” katanya. Lama pembuatan biasanya dua minggu, tergantung tingkat kerumitan desain. Untuk menangkal pembeli nakal, dia biasanya meminta uang muka pembayaran sebesar 50%. Bila barang sudah jadi, pembeli diminta melunasi dulu, baru barang dikirim.


• Keahlian

Anda tertarik menjalankan usaha ini? Tentu Anda harus memiliki keahlian di bidang fashion. Paling tidak, Anda harus bisa membedakan jenis-jenis kain dan bisa mengikuti tren yang berkembang. Ada baiknya, Anda mencecap pendidikan fashion, baik menjahit atau desain. Dengan pengalaman ini, Anda bisa dengan mudah menangkap keinginan konsumen.

Maklum, dalam usaha jenis ini, unsur terpenting adalah produksi. Jadi, selain Anda sendiri memiliki keahlian, Anda juga harus merekrut karyawan yang ahli di bagian produksi.

Kebutuhan orang di bisnis ini adalah ahli menjahit, membuat pola, dan memotong pola. Djoeragan Batik, misalnya, memiliki 30 karyawan. Sebanyak 20 orang bekerja di bagian produksi. Nidhom bilang, menjahit batik tidak seperti menjahit baju biasa. Butuh keahlian dan ketelitian lebih karena batik memiliki pola.

Untuk memperoleh pekerja yang ahli, Anda bisa merekrut, atau meniru Janis dengan melatih tenaga kerja. Butuh waktu sekitar satu bulan hingga dua bulan untuk mahir bekerja di bidang produksi. Selain karyawan bidang produksi, diperlukan pula karyawan bidang pemasaran, administrasi, dan penjaga toko. Gaji pegawai biasanya mencapai 30% dari omzet.

Nah, mengingat persaingan bisnis ini cukup ketat. Anda harus memiliki strategi yang tepat, salah satu adalah menentukan target pasar. Nidhom bilang, strategi ini merupakan salah satu kunci berbisnis batik. “Kami harus mengetahui karakteristik pasar dan segmen yang ingin dituju. Kami memilih untuk menyasar segmen yang tidak dijangkau oleh para penjual batik premium maupun batik yang berharga terlalu murah,” katanya. Dengan cara ini, citra toko batik Anda akan lebih terangkat dan tersegmen.


• Modal usaha

Modal yang diperlukan untuk membuat toko batik online tidak terlalu besar. Dana yang perlu disiapkan sekitar Rp 100 juta. Dana tersebut antara lain dialokasikan untuk pembelian 15 mesin jahit skala produksi ratusan batik per bulan. Di pasar, mesin jahit listrik merek Singer dibanderol seharga Rp 2 juta per unit. Selain itu, kebutuhan lain adalah berupa peralatan dan bahan pendukung, mulai dari jarum, gunting, penggaris, pisau, dan lain-lain. Untuk membeli peralatan pendukung tersebut tidak sulit. Anda bisa mendapatkannya dengan mudah di di toko grosir keperluan jahit-menjahit.

Sebagian dana itu juga dialokasikan untuk membeli perlengkapan showroom seperti lemari, rak baju, dan mebel kantor. Karena operasi bisnis berbasiskan internet, tentu saja Anda harus menyediakan dana untuk membeli perangkat komputer. Siapkan tiga unit komputer untuk kebutuhan transaksi dan administrasi. Nilai investasi ini bisa mencapai Rp 4 juta per unit komputer.

Anda juga harus mengalokasikan dana untuk membuat produk contoh. Di pasar, harga kain batik bervariasi mulai puluhan ribu per meter sampai Rp 700.000 per 2,5 meter. Untuk pasokan kain, Anda bisa bekerjasama dengan hampir semua perajin batik di beberapa sentra produksi batik di Indonesia, seperti Pekalongan, Yogyakarta, dan Cirebon.

Modal yang harus Anda siapkan tentu bertambah besar jika ingin berjualan kain batik bahan, baik printing maupun batik tulis. Janis mengatakan, untuk menyiapkan peralatan percetakan kain seperti plangkan, meja sablon, canting, malam, pewarna, alat celupan diperlukan dana sekitar Rp 30 juta.

Meski fokus penjualan dengan sistem online, Nidhom menyarankan agar peminat bisnis ini tetap mendirikan showroom. Alasannya, saat ini marak penipuan di dunia maya. Banyak pelanggan yang takut untuk melakukan transaksi secara online jika tak jelas identitas dan lokasi penjual.

Selain itu, pelanggan yang sudah pernah bertransaksi biasanya juga punya kecenderungan untuk berkunjung ke lokasi showroom. Karena itu, lokasi usaha diusahakan strategis, minimal di pinggir jalan besar dengan luas sekitar 24 meter persegi. Nah, jika lokasi showroom sudah dapat, Anda tinggal merenovasi sesuai keinginan. Nidhom menaksir, biaya untuk sewa lokasi usaha mencapai Rp 4 juta per bulan.

Salah satu belanja bulanan terbesar adalah bahan berupa kain batik. Nidhom menyarankan untuk menjalin relasi dengan perajin batik agar selalu mendapat update motif batik terbaru dan juga harga termurah. Setiap bulan, Anda juga harus mengalokasikan dana untuk berbelanja bahan pendukung seperti kancing, kain puring, senar, obras, ritsleting yang nilainya mencapai 10% dari total pendapatan, sedangkan belanja bahan baku kain biasanya sekitar 30% dari omzet. Biaya pengeluaran lain adalah membayar tagihan telepon, listrik, dan internet yang nilainya sekitar Rp 2 juta per bulan.

Mengingat bisnis ini berbasis online, Anda harus mencantumkan data produk, info perusahaan, dan cara pemesanan secara lengkap. Patut diingat, Anda juga harus mencantumkan jam aktivasi atau jam buka lapak online agar calon pembeli tidak kecewa karena tanggapan Anda terlalu lama. Sebaiknya, gunakan semua media komunikasi seperti telepon, handphone, e-mail, atau alat komunikasi lain yang bisa diakses secara mobile.    

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×