Reporter: Leni Wandira | Editor: Markus Sumartomjon
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tidak sedikit ide usaha berawal dari sebuah tugas belajar. Inilah yang terjadi pada Sanjung Sari Pursie. Jebolan seni rupa Universitas Negeri Jakarta (UNJ) ini tak menyangka coretan ilustrasi untuk tugas kuliah itu bisa berkembang menjadi bisnis kreatif bermerek Sancraft.
Bermula dari sebuah tote bag atau tas jinjing buatan sang ibu yang ia lukis dengan cat akrilik, karya itu justru menarik perhatian teman-teman kampus. Dari sekadar pesanan kecil, usaha itu kini bertumbuh menjadi label produk fungsional yang tak hanya dipakai sehari-hari, tapi juga populer sebagai suvenir dan oleh-oleh.
"Kala itu aku membuat karya untuk diri sendiri. Sempat tak percaya diri saat pameran," kenang Sanjung ke KONTAN, Jumat (26/9).
Peluang besar pertama datang saat ada pesanan 30 tas dari sebuah komunitas sepeda di Kalimantan. Dari sinilah Sanjung mulai memproduksi dalam skala lebih besar dengan bantuan vendor cetak digital.
Untuk memuluskan usaha, ia pinjam modal Rp 500.000 dari sang bunda. Uang itu diputar kembali, sebagian ditabung, sebagian dipakai mengembangkan produk.
"Saat itu benar-benar trial and error karena desainku penuh warna," katanya.
Untuk memberi jati diri, Sanjung melabelkan produknya dengan Sancraft. Ini berasal dari gabungan nama depan Sanjung (San) dan kata craft.
Pelan namun pasti, Sanjung mulai mendapatkan pasar. Hingga kini Sancraft sudah mempunyai 10 item produk. Adapun tas jinjing dan pouch atau wadah serbaguna sebagai produk terlaris. Omzetnya bisa Rp 40 juta per bulan.
Hebatnya, Sancraft menurut Sanjung, tidak selalu mengikuti tren yang ada. Dirinya tetap konsisten terhadap desain dan ilustrasinya membuat produk ini sudah punya pelanggan yang loyal.
"Prinsipnya long lasting, seperti tempat makan legendaris," harapnya.
Sejauh ini, tim Sancraft ada empat orang. Untuk produksi, Sanjung masih mengandalkan kerja sama dengan vendor. Meski belum fokus ke pasar ekspor, produk Sancraft pernah menembus Singapura, Malaysia, hingga Jepang. Karyanya pernah dibawa ke bazar di Azerbaijan dan Denmark.
Adapun target utamanya adalah bisa tembus ke pasar ritel di Jepang dan pasar anak muda Singapura.
"Itu target besarnya. Kami juga ingin lebih aktif ikut pameran internasional agar semakin dikenal,” kata Sanjung.
Untuk bisa merealisasikan target tersebut diakui Sanjung tidak mudah. Apalagi dirinya kerap menghadapi tantangan. Mulai dari keterbatasan bahan baku hingga kesulitan memenuhi jumlah produksi dalam waktu singkat. Belum lagi tuntutan untuk terus menghasilkan desain baru tanpa kehilangan orisinalitas.
Untungnya peluang tetap terbuka. Dirinya kerap mengikuti pelatihan hingga pameran di luar negeri. Kegiatan itu mempertemukannya dengan para kolega bisnis dan sudah tentu ajang perluas pasar.
Selanjutnya: Hobi Antarkan Aya Membangun Bisnis Nyemil Saji
Menarik Dibaca: Rasa Unik ala Vietnam di Warung Chef Kim
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News