kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.948.000   47.000   2,47%
  • USD/IDR 16.541   37,00   0,22%
  • IDX 7.538   53,43   0,71%
  • KOMPAS100 1.059   10,21   0,97%
  • LQ45 797   6,35   0,80%
  • ISSI 256   2,43   0,96%
  • IDX30 412   3,30   0,81%
  • IDXHIDIV20 468   1,72   0,37%
  • IDX80 120   1,05   0,88%
  • IDXV30 122   -0,41   -0,34%
  • IDXQ30 131   0,79   0,61%

Tuti menganggap pegawai sebagai keluarga (3)


Rabu, 20 April 2011 / 10:29 WIB
Tuti menganggap pegawai sebagai keluarga (3)
ILUSTRASI. Kinerja BPJS Kesehatan: Suasana pelayanan di KAntor Cabang BPJS Kesehatan, Pasar Minggu, JAkarta Selatan, Jumat (19/6). BPJS Kesehatan mengklaim bisa melakukan efisiensi pembiayaan sampai Rp 10,5 triliun di tahun 2019. efisiensi biaya paling besar berasal


Reporter: Gloria Natalia | Editor: Tri Adi

Alat produksi dan tenaga kerja memang jadi modal utama wirausahawan. Tuti Nurhayati punya satu modal penting lagi berupa rasa kekeluargaan dan kesadaran saling membutuhkan. Dengan modal itu, pegawai yang sudah 11 tahun bergabung tetap betah bekerja. Ia merangkul 25 pegawainya sebagai saudara dan keluarga.

Tuti Nurhayati punya satu kunci usaha yang patut dicontoh. Ia menjalin hubungan kekeluargaan antara dirinya dengan para pegawai. Ia menganggap 25 pegawainya sebagai kawan, bahkan saudara. "Saya tidak punya rasa bahwa dia itu karyawan, makanya mereka betah," kata Tuti yang saat ini berusia 32 tahun.

Tuti menerapkan hubungan baik dengan para pegawainya sejak ia membangun usaha pembuatan boneka tahun 2000. Dalam wawancara dengan KONTAN, Tuti selalu memakai kata kerja sama, menggantikan kata mempekerjakan.

Ia juga kerap menyebut pegawai dengan kata teman. Kali pertama mengontak kawan-kawannya yang merupakan bekas pegawai di perusahaan boneka asal Korea, Tuti memakai pendekatan kekeluargaan. Ia mengingatkan kawan-kawannya bahwa mereka bisa turut menghasilkan uang biar asap dapur rumah tetap mengepul. Empat kawannya akhirnya setuju. Itu langkah pertama Tuti membuka usaha Zhovy Toys.

Tuti juga menerapkan rasa kekeluargaan dalam sistem kerja. Ia membuat aturan waktu kerja delapan jam per hari, dari jam 08.00 sampai 16.00. Tak boleh lebih dari itu. Di hari Sabtu pegawai bekerja empat jam.

Tuti menargetkan 25 pegawai bisa menghasilkan 25 boneka dalam satu hari. Lima belas pegawai menjahit, sisanya membuat pola, menggunting, dan memasukkan dakron. "Tapi saya tidak mau memforsir tenaga mereka, tidak mau menekan mereka," kata Tuti. Itu artinya bila pegawai tidak memenuhi target, Tuti tidak memaksanya, pun tidak memberikan sanksi.

Rasa kekeluargaan yang menjadi senjata Tuti dalam bekerja dibalutnya dengan rasa percaya ke semua pegawai. Ia tidak pernah mencurigai pegawainya mencuri boneka jadi atau bahan boneka. "Saya tidak tahu soal itu, tapi saya percaya mereka," ujarnya.

Tuti memang tidak setiap hari datang ke bengkel bonekanya di Cibinong, Bogor. Ia menugasi seorang pegawainya memimpin produksi sehari-hari. Tuti mampir ke bengkel dua atau tiga hari sekali. Di luar kedatangannya ke bengkel, Tuti mengumpulkan pesanan dari toko rekanan, mencari pelanggan baru, dan membeli bahan baku.

Kedatangan Tuti ke bengkel tidak hanya untuk melihat proses produksi. Tuti pun kerap dijadikan kawan curhat para pegawainya. "Biasanya mereka cerita masalah keluarga dan rumah tangga. Saya hanya mendengarkan, kasih saran, dan dukungan," tutur Tuti. Para pegawai tak malu bercerita ke Tuti lantaran lingkungan pekerjaan di Zhovy Toys layaknya lingkungan keluarga di rumah. Akrab, tak ada ada pemisah.

Tuti malahan sering meminjamkan uang pribadinya ke pegawai yang kekurangan uang. Biasanya ketika tiba tahun pelajaran baru, beberapa pegawai datang kepadanya untuk meminjam uang. Nantinya, pegawai mengembalikan pinjaman dengan cara memotong gaji selama beberapa bulan.

Tuti bercerita, ia pernah meminjamkan uang ke seorang pegawainya yang butuh duit buat bayar sekolah anaknya untuk masuk Sekolah Dasar (SD). Si pegawai itu mengembalikan pinjaman dengan cara menyicil tiga kali. Jumlah pengembalian sama dengan jumlah pinjaman. Tak ada bunga. "Kami saling menolong, saling membutuhkan. Saya butuh mereka, mereka butuh saya," papar Tuti.

Saling membutuhkan itu yang disadari Tuti sebagai satu modal kerja yang harus dipelihara. "Karena itu kawan yang sudah lama kerja sejak saya buka usaha di tahun 2000 tetap betah. Kami sudah nyaman seperti keluarga," kata Tuti.

Tuti sering mendapat oleh-oleh dari pegawai yang baru mudik dari kampung. Oleh-oleh berupa makanan itu disajikan di bengkel dan dinikmati bersama. Di hari Lebaran, giliran Tuti yang kasih bingkisan. Ia selalu memberikan bingkisan berisi makanan ke seluruh pegawai.

Hal-hal kecil itulah yang membuat Tuti dan pegawainya dekat. Bagi Tuti, 6.000 boneka saban bulan adalah buah kerja keras mereka semua. "Dalam menjalankan usaha kita memang harus ulet, sabar, dan menikmatinya," imbuh Tuti.

(Selesai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Mitigasi Risiko SP2DK dan Pemeriksaan Pajak Executive Macro Mastery

[X]
×