kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Upaya mendorong pengusaha muda masuk bisnis pertanian, peternakan dan perikanan


Rabu, 29 September 2021 / 18:13 WIB
Upaya mendorong pengusaha muda masuk bisnis pertanian, peternakan dan perikanan
ILUSTRASI. Pengunjung memetik melon Golden Alisa di Kampung Gunung Ranji, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, Kamis (2/9/2021). Upaya mendorong pengusaha muda masuk bisnis pertanian, peternakan dan perikanan.


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID -  JAKARTA. Kolaborasi antara pelaku usaha hulu dan hilir dalam membangun ketahanan pangan nasional mendesak dilakukan saat ini. Pasalnya, kebutuhan pangan masyarakat Indonesia yang kian meningkat membutuhkan pasokan pangan yang stabil dan berkualitas.

Program Initiator Diplomat Success Challenge (DSC) 12, Edric Chandra, dalam keterangan tertulis, Rabu (29/9), mengatakan, pihaknya terus mendorong para wirausahawan terus mengembangkan usaha mereka. Salah satunya untuk mendukung ketahanan pangan. Sebab untuk memenuhi ketahanan pangan diperlukan potensi sumber daya manusia yang optimal dalam memaksimalkan potensi tersebut.

Sudah jamak ditemukan, banyak generasi muda yang tidak tertarik pada dunia pertanian, peternakan dan perikanan. Ini menjadi persoalan krusial sebab kebutuhan pangan yang terus naik tidak diimbangi dengan peningkatan jumlah dan kualitas produsen, utamanya dari generasi muda. 

Terkait hal itu, Wismilak Foundation, menggelar DSC 12, sebuah kompetisi wirausaha untuk mendorong terbangunnya kesadaran generasi muda agar membangun bisnis rintisan melalui misi sociopreneur. Bahkan untuk tujuan itu, digelar webinar besama MarkPlus Institute yang bertajuk "Building Impactful Business in Farming& Fisheries Sector". 

Baca Juga: Bangun kewirausahaan di kalangan Nahdliyin, DSC gelar rangkaian webinar

Dalam seminar itu, Dalu Nuzlul Kirom, founder & CEO Ternakesia, Utari Octaviany, Co-founder & CSO Aruna, dan Ahmed Tessario (Founder & CEO Sirtanio Organik) yang merupakan alumni DSC 2015 berbagi insight tentang bagaimana membangun bisnis yang berdampak sosial di sektor peternakan, perikanan dan pertanian.

Utari Octavianty bersama kedua rekannya, Indraka Fadhlilah dan Farid Naufal Aslam mendirikan Aruna. Sebuah bisnis rintisan bidang perikanan dalam merevolusi ekosistem perdagangan hasil laut dengan teknologi. 

Dengan platform Aruna, supply chain dapat lebih ringkas karena transaksi pembelian ikan terjadi secara langsung antara nelayan atau pembudidaya ikan dengan konsumen, tanpa melalui jalur tengkulak. Nelayan mendapatkan harga jual yang layak, konsumen pun mendapatkan kebutuhan ikan dengan harga yang masuk akal. 

Karena sebagian besar nelayan tidak begitu memahami perkembangan teknologi fitur pada smartphone, Aruna menghadapi tantangan saat mensosialisasikan teknologi baru yang ditawarkan aplikasi Aruna ke kelompok nelayan. 

Baca Juga: Kaum milenial mendominasi kompetisi kewirausahaan Diplomat Success Challenge

Di sinilah peran wirausaha muda dalam turut berkontribusi mengedukasi sebagian besar kelompok nelayan dalam adaptasi transformasi teknologi. 

Aruna pun membawa pilot project yang telah berhasil dilakukan pada kelompok nelayan tempat asal Utari dibesarkan, sebagai bukti konkrit adaptasi transformasi teknologi ini pun berdaya guna bagi dan mudah digunakan oleh nelayan. 

Selain itu, Aruna pun membentuk local heroes yang membantu nelayan setempat untuk memantau dan mengoperasikan Aruna. 

Utari Octaviany, Co-founder & CSO Aruna,  membangun bisnis bisnis rintisan Aruna yang tidak hanya menciptakan inovasi dalam bentuk teknologi, tapi juga ekosistem antara nelayan/pembudidaya ikan dan konsumen.

Sementara itu, Dalu Nyzlul Kirom, CEO Ternakesia berupaya memajukan sektor peternakan yang kurang diminati oleh wirausaha muda. Dalu melihat bahwa potensi bisnis peternakan ini membutuhkan optimalisasi melalui transformasi penerapan teknologi. Apalagi berdasarkan data dari Islamic Economic Forum 2019, Indonesia adalah negara dengan konsumen makanan halal nomor 1 di dunia. 

Putaran dana untuk mengkonsumsi makanan halal sekitar US$ 273 miliar per tahun. Tapi sayangnya Indonesia bukan termasuk 10 besar pemasok makanan halal di dunia.

"Inilah ironi sekaligus peluang besar kita khususnya wirausaha muda untuk memenuhi permintaan kebutuhan hasil ternak dengan standarisasi halal yang perlu kita manfaatkan," ucapnya.

Setiap wirausaha tidak saja berkutat dalam urusan mencari dukungan modal usaha. Melainkan support dalam bertukar knowledge technical dan network yang lebih luas. Atas dasar itu, pada tahun 2015, Ahmed Tessario mengikuti DSC.

Baca Juga: Dukung wirausaha muda, Wismilak menawarkan hibah modal usaha Rp 2 miliar

Walaupun belum keluar sebagai pemenang, namun Tessar memanfaatkan ekosistem Diplomat Entrepreneur Network (DEN) untuk bisa kolaborasi dan cross selling. Bukan saja cross selling dari sisi produk, namun juga cross selling dari  knowledge

Tessar memberikan masukan bagi wirausaha untuk tidak segan-segan melakukan pendekatan ke sesama wirausaha dalam ajakan kolaborasi. Seperti pengalamannya, memanfaatkan DEN dengan berani mengajak kolaborasi Gazan Azka Ghafara yang merupakan pemenang DSC 2016 melalui brand Zanana Chips.  

Lewat kolaborasi sesama wirausaha yang dalam naungan DEN, keduanya sepakat berkolaborasi dengan saling bersinergi bertukar jaringan distribusi untuk memperluas jaringan pemasaran. 

Ahmed Tessario, Founder & CEO Sirtanio Organik, sekaligus alumni DSC 2015 selalu mendorong wirausaha tak segan-segan untuk melakukan pendekatan ke wirausaha lainnya  dan berani inisiasi sebuah kolaborasi.  

Komitmen DSC mendukung perekonomian Indonesia dengan membangun ekosistem wirausaha mendapatkan dukungan dari pemerintah pusat.

Melalui kegiatan virtual pengisi roadshow bertajuk “Unlocking Opportunities”, Menteri BUMN, Erick Thohir, memberikan apresiasi adanya kompetisi DSC ke-12 pada tahun ini. Terlebih atas dedikasi dan konsistensinya menyelenggarakan kompetisi selama lebih dari satu dekade. 

Tak hanya dukungan dari Menteri BUMN, dukungan lainnya datang dari Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki. “Kegiatan Diplomat Success Challenge sangat baik sekali sebagai support system, bagi wirausaha muda Indonesia agar mudah beradaptasi dengan cepat, inovatif, kolaboratif, dan semangat untuk membuat gebrakan di tengah pandemi,” ucap Teten.

Edric Chandra berharap dengan hadirnya DSC 12 akan kembali membawa harapan baru bagi wirausaha yang ingin terus bergerak maju mengeksplorasi peluang yang terbuka lebar dengan dana hibah total Rp 2 miliar yang diperoleh melalui DSC ke-12 ini.

Selanjutnya: Ruang generasi muda calon wirausahawan mengasah dan belajar bisnis di DSC 12 Weekend

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×