kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45903,33   4,58   0.51%
  • EMAS1.313.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Waduh, warung satai kurang mengebul


Selasa, 03 Mei 2011 / 13:44 WIB
Waduh, warung satai kurang mengebul
ILUSTRASI. Edisi khusus Lamborghini Aventador SVJ Xago dirilis dengan jumlah terbatas


Reporter: Handoyo, Gloria Natalia | Editor: Tri Adi

Beragam jenis satai bisa kita temui dengan mudah. Tak hanya di pinggir jalan, satai juga menjadi menu andalan di restoran dan tempat makan besar. Selain kambing, banyak daging yang juga bisa diramu menjadi satai, seperti kelinci, kuda dan ayam.

satai sangat populer, sehingga tak lengkap jika acara perjamuan penting seperti pernikahan tidak menyajikan menu satai. Selain bisa dimakan dengan lontong, satai juga bisa dinikmati bersama nasi putih. Popularitas inilah yang membuat tawaran waralaba dan kemitraan satai masih terus eksis.

Dari tiga tawaran kemitraan dan waralaba diwawancara KONTAN, yaitu Sate Ayam BK, Sate Kenanga, dan Sate Haji Romli perkembangan mitra yang terjadi bermacam-macam. Ada yang mengalami penambahan jumlah mitra, namun ada yang tetap, bahkan menurun.


Sate Ayam BK

Sate Ayam BK berdiri pada tahun 1999. Sebenarnya satai ini memiliki dua bendera berbeda, yakni Sate Lesidu dan Sate Ayam BK Listianto. Namun hanya Sate Ayam BK yang tawarkan kemitraannya dengan menyasar kalangan menengah bawah. Sedangkan Sate Lesidu menyasar konsumen menengah atas.

Sate Ayam BK menggunakan pakem satai Ponorogo. satai dibakar tanpa bumbu kacang, namun dilumuri rempah-rempah gurih manis seperti dendeng. Pelanggan yang tidak suka bumbu kacang bisa menikmati satai bumbu sambal kecap dengan rasa yang tetap nikmat.

Walau memiliki sejumlah keunggulan, namun perkembangan usaha Sate Ayam BK tidak senikmat aromanya. Saat KONTAN mengulas pada Februari 2010 lalu, Sate Ayam BK memiliki tiga gerai dengan tujuh mitra sehingga total gerainya ada 10. Sekarang, jumlah gerai Sate Ayam BK hanya tersisa satu cabang, ditambah lima gerai milik mitra.

Elgian Reza, pemilik Sate Ayam BK berkilah, saat ini, usaha satainya kurang berkembang karena dirinya lebih berkonsentrasi mengembangkan Sate Lesidu. Dengan menyasar kalangan menengah atas, Sate Lesidu diharapkan bisa mengisi pundi-pundi keuangan. "Saat ini prospek Sate Lesidu lebih baik," katanya.

Walau begitu, Elgian mengaku masih menerima jika ada calon mitra yang berminat untuk berinvestasi di Sate Ayam BK. Besarnya investasi untuk memiliki usaha Sate Ayam BK juga masih sama
Rp 30 juta. Dana itu dipakai untuk biaya kemitraan Rp 20 juta selama lima tahun.

Selain itu, ada juga biaya untuk pembuatan gerobak dengan dilengkapi alat bakar antikarat, spanduk, panci, dan perlengkapan lain sebesar
Rp 8 juta. Sisa investasi sebesar Rp 2 juta digunakan untuk membeli stok bumbu awal sampai masa promosi. Selain itu, ada pelatihan bagi karyawan selama tujuh-10 hari.

Mitra disarankan untuk mengambil lokasi perumahan atau tempat keramaian. Walau begitu, karena berbentuk gerobak, mitra leluasa mencari tempat sewa murah, atau menempati lokasi usaha lain seperti kafe, depan toko, dan bengkel.

Mitra diwajibkan membayar biaya royalti sebesar 5 % dari omzet tiap enam bulan sekali. Pembayaran royalti dimulai pada semester II setelah usaha berjalan. Dengan omzet per hari diperkirakan Rp 420.000, mitra bisa balik modal setelah 10 bulan. Omzet akan meningkat 2 kali lipat pada akhir pekan.


Sate Kenanga

Sate Kenanga merupakan satai khas daerah Banjar, Jawa Barat. Menawarkan kemitraan sejak Maret 2010, saat ini mitra Sate Kenanga sudah lima orang. Selain mitra, Sate Kenanga juga membuka dua cabang baru, sehingga jumlah gerai mencapai tujuh unit.

KONTAN pada enam bulan lalu telah mengulas tawaran Sate Kenanga. Saat itu, Sate Kenanga belum memiliki mitra sama sekali. "Kalau dibilang sudah maksimal, belum. Karena target saya satu bulan membuka satu gerai," tutur Rohani, pemilik Sate Kenanga yang memiliki kantor pusat di Banjar, Jawa Barat.

Lima mitra baru Sate Kenanga ada di Ciamis, Tasikmalaya, Majenang, Purwokerto dan Cilacap. Mereka diwajibkan membayar biaya investasi sebesar Rp 15 juta. Nilai tersebut dipakai untuk membeli peralatan dan perlengkapan dagang lengkap, seperti, angkringan satai, panggangan dan bahan baku awal 1.000 tusuk satai. Nilai investasi itu sudah termasuk royalty fee selama lima tahun senilai Rp 2,5 juta.

Agar cepat berkembang Rohani membebaskan mitranya mengembangkan berbagai macam satai, seperti satai kambing, kelinci dan ikan. Namun, mitra tidak diperbolehkan menjual menu selain satai. Itu karena dikhawatirkan akan menggeser cita rasa Sate Kenanga sendiri.

Harga jual per porsi Sate Kenanga adalah Rp 8.000 sampai Rp 15.000. Harga itu terdiri dari 10 tusuk satai, lengkap dengan nasi atau lontong. Rentang harga diberlakukan untuk menyesuaikan harga bahan baku daging yang berbeda di setiap wilayah.

Agar rasa tidak berbeda, mitra diwajibkan membeli bumbu satai dari pusat. Paling tidak mitra harus merogoh Rp 300.000 guna membeli satu pack bumbu yang cukup untuk 3.000 tusuk satai. Dengan asumsi rata-rata omzet per hari mencapai Rp 900.000, dan di akhir pekan Rp 1,2 juta - Rp 1,3 juta, maka balik modal bisa tercapai setelah enam bulan. Mengenai tempat usaha, Rohani menyarankan agar mitra menyediakan lahan seluas 3x4 meter. "Paling tidak bisa menampung 12 pelanggan," katanya.


Sate Haji Romli

Orang mengenal Sate Haji Romli sebagai satai Rumah Sakit Pusat Pertamina (RSPP). Sebab, usaha ini dibesarkan di depan RSPP, Jl Kyai Maja No 43, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan. Ketika KONTAN mewawancarainya, usaha satai ayam dan kambing ini sudah punya empat mitra.

Setelah setahun lebih berlalu, mitra Sate Haji Romli masih empat orang. Pemilik Sate Haji Romli, Fauzi, beralasan jumlah mitranya tidak bertambah karena dia hanya menunggu mitra datang. "Saya cuma pasang iklan di satu stasiun radio," katanya.

Salah satu mitra Sate Haji Romli terletak Jalan Pulo Raya, belakang Kantor Walikota Jakarta Selatan. Selain itu ada pula yang berlokasi di Taman Sriwijaya 2, Bintaro Sektor III, dan Kuningan.

Mitra di Kuningan pada awalnya membuka usaha di Tebet Dalam Utara. Namun, karena bisnisnya kurang lancar, ia bergeser lokasi. Jika di RSPP Sate Haji Romli bisa menjual 5.000 tusuk satai dalam sehari, satu mitra di Taman Sriwijaya 2 minimal bisa menjual 1.000 tusuk satai sehari. Setiap porsi satai berisi 10 satai dan lontong dibanderol ke mitra Rp 17.000. Nantinya, mitra akan menjual lebih tinggi menyesuaikan hitung usaha dan keuntungan. "Sehari mitra bisa dapat omzet minimal Rp 1,5 juta," ucap Fauzi.

Sate Haji Romli menawarkan kemitraan dengan investasi Rp 5 juta. Mitra akan mendapat perlengkapan masak, peralatan makan, dan pelatihan karyawan. Walau mitra tak bertambah, namun Fauzi yakin usahanya masih bagus.

Keyakinan itu datang karena banyak pembeli sudah berlangganan Sate Haji Romli selama bertahun-tahun. "Pelanggan saya turun-temurun," kata Fauzi optimistis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×