Reporter: Ragil Nugroho, Mona Tobing | Editor: Tri Adi
Mi ayam sudah hampir menjadi makanan pengganti nasi di Indonesia. Meski bukan produk asli Indonesia, menu ini sudah sangat tenar. Alhasil, persaingan para pedagang mi ayam kian ketat seiring pertumbuhan kemitraan mi ayam dari yang murah hingga yang mahal.
Kali ini, KONTAN akan mengupas tiga kemitraan mi ayam yang terhitung murah, yakni Mie Ayam Grobakan, Mie Lekker, dan Mie Yamie. Pertumbuhan ketiga kemitraan ini tidak sama. Mie Ayam Grobakan yang menawarkan investasi paling murah tumbuh paling pesat.
• Mie Ayam Grobakan
Ketika KONTAN mengulas peluang usaha Mie Ayam Grobakan pada Oktober 2010, usaha mi ayam asal Depok ini baru punya empat mitra. Belum genap setahun, mitra Mie Ayam Grobakan telah bertambah menjadi 60 mitra yang tersebar di Jabodetabek plus Bandung.
Sang pemilik, Wahyu Indra, menuturkan, pertumbuhan pesat mitra dari mi ayam miliknya selain karena nilai investasi yang terjangkau juga karena bisnis kuliner mi ayam terbilang mudah dijalankan.
Menjamurnya bisnis mi ayam serupa tidak mempengaruhi kelanggengan bisnis Wahyu. "Saya mempertahankan keunikan tampilan mie ayam saya yakni dalam bentuk gerobak," ujar Wahyu.
Meski hanya berbentuk gerobak, Wahyu berhasil membangun citra mi ayam gerobakannya. "Selain mempertahankan kekhasan gerobak kayu, kami juga menjaga kebersihan pembuatan mi sampai penyajian mi ayam itu," kata Wahyu.
Cara lain untuk tetap bertahan di pasar, Wahyu tak tertarik bermain di sektor menengah ke atas. Wahyu mengatakan, mi ayam gerobakan yang satu mangkuknya seharga Rp 7.500-Rp 12.000 diperuntukkan bagi seluruh lapisan masyarakat. "Saya ingin mempertahankan citra kaki lima," ujar Wahyu.
Meski mengalami lonjakan mitra, Wahyu tak banyak menaikkan biaya investasi Mie Ayam Grobakan. "Kenaikannya hanya Rp 200.000, itu pun hanya harga gerobak yang naik," terang Wahyu.
Jika sebelumnya, investasinya sebesar Rp 5 juta, sekarang investasi awalnya menjadi Rp 5,2 juta. Paket kemitraan ini berlaku lima tahun. Kelak, mitra biasa yang serius menjalankan bisnis dan memiliki perkembangan pesat bisa saja naik kelas menjadi pemilik cabang produksi.
Wahyu menghapus tawaran paket cabang Mie Ayam Grobakan senilai Rp 50 juta. "Lebih banyak yang tertarik di investasi Rp 5 juta," katanya.
Dengan investasi awal itu, mitra mendapatkan peralatan usaha komplet seperti gerobak, dandang, dan dua unit tabung gas. Wahyu juga menyertakan bahan baku mi mentah 10 kg untuk meracik 110 porsi mie ayam.
Agar pembeli Mie Ayam Grobakan selalu merasakan kepuasan kala menyantap mi mereka, Wahyu mengklaim, dia tidak menggunakan bahan pengawet dan menjaga kualitas racikan bumbu mitranya.
Dengan hitungan penjualan 25 mangkuk, sang mitra akan memperoleh pendapatan Rp 550.000 per hari. Omzet satu bulannya bisa mencapai Rp 16,5 juta. Omzet sebesar inilah yang membuat sang mitra balik modal hanya dalam waktu dua pekan.
• Mie Ayam Lekker
Usaha Mie Lekker yang didirikan Bambang Sudyatmo di Gresik, Jawa Timur, juga mengalami penambahan mitra dari yang semula ada dua saat diliput KONTAN awal 2010 menjadi lima mitra saat ini. Mitra-mitra baru tersebut ada di Gresik dan Surabaya.
Penambahan mitra ini karena minat masyarakat terhadap mi ayam tidak pernah mati. Apalagi produk Mie Lekker memiliki bumbu khas makanan Jawa. "Lebih akrab dan nikmat," ujar lelaki yang sudah sejak tahun 2006 berbisnis mi.
Dari dua paket kemitraan yang ditawarkan Bambang, Rp 55 juta dan Rp 100 juta, tiga perempat mitranya mengambil pilihan yang pertama. Alasannya, mereka masih mencoba dan melihat prospeknya terlebih dulu.
Dalam waktu lima tahun, sesuai kesepakatan, mereka bisa menentukan dan mengevaluasi kembali. "Ini wajar karena mitra saya kebanyakan pemain baru dalam dunia usaha," ujarnya.
Mitra akan mendapat fasilitas perlengkapan usaha seperti gerobak, alat masak, bahan baku awal, pelatihan karyawan, dan barang-barang promosi.
Mitra harus menyediakan tempat usaha berukuran 5 x 12 meter, merekrut karyawan, menanggung biaya pelatihan, dan menjalankan usaha sesuai dengan prosedur standar yang ditetapkan Bambang.
Bambang menarik biaya royalti 3,5% per bulan dan baru berlaku setelah tiga bulan. Ia yakin usaha ini akan terus menjanjikan selama usaha ini terus menjaga sistem produksi, standardisasi usaha, pengembangan SDM, dan pencitraan.
Bambang telah membuktikan hal itu. Selain sudah ada penambahan mitra, masih ada sekitar 10 calon mitra yang dalam daftar tunggu. Bambang tidak mau terburu-buru memberikan izin kemitraan hingga calon mitra benar-benar siap. Kebanyakan calon mitra terkendala masalah lokasi usaha.
Menurut Sumiati, mitra Mie Lekker asal Gresik, ia cukup puas dengan usaha yang ia jalankan. Dalam enam bulan usahanya, ia bisa memperoleh omzet Rp 10 juta per bulan. Omzet ini hasil penjualan sekitar 50 mangkuk per hari dengan harga Rp 7.500 per mangkuk. Harga ini sesuai dengan standar Mie Lekker Bambang. "Dengan rasa yang khas dan harga yang bersaing, banyak pelanggan yang puas," ujarnya.
Hasil tersebut diperolehnya dari lokasi yang memang ramai dan menjadi pusat perbelanjaan. Dengan meningkatkan promosi yang selama ini masih ia anggap kurang, Sumiati optimistis omzetnya bisa lebih menanjak lagi.
• Mie Ayam Yamie
Bagi Risky Desanto, yang mendirikan usaha Mie Ayam Yamie di tahun 2009 di Jakarta, peluang bisnis makanan berbahan dasar mi sangat menjanjikan. Setelah merasa cukup mapan, Januari 2010 ia menawarkan konsep kemitraan. Memang, hingga kini belum ada penambahan mitra yang berjumlah tiga.
Risky bilang, hal itu bukan berarti sepi peminat. "Justru dari pengalaman yang ada kami harus selektif," ujarnya. Banyak calon mitra yang hanya mengandalkan dana, tapi tidak memikirkan lokasi yang tepat. Padahal, kesuksesan usaha ini sangat ditentukan lokasi yang pas. Apalagi pesaing sudah cukup banyak.
Risky masih menawarkan kemitraan Rp 20 juta dengan pembayaran awal hanya Rp 10 juta, sisanya bisa diangsur hingga tiga bulan awal. Dengan paket itu, mitra akan mendapatkan satu unit gerobak, perlengkapan masak, brosur, bahan baku awal dan pelatihan karyawan.
Mitra juga akan selalu didampingi secara manajemen selama kerja sama berlangsung. Risky tidak menarik biaya royalti. Namun, ia menarik biaya lisensi Rp 4 juta per tahun. Selain itu, mitra juga wajib membeli bahan baku dari Mie Yamie pusat. Mie Yamie menjual mi ayam Rp 9.000 per mangkuk dengan penjualan sekitar 40 hingga 50 mangkuk per hari.
Risky mengatakan, ke depannya selain menjaring mitra yang benar-benar sesuai standar, ia juga akan fokus pada penambahan jenis produk. "Itu yang sedang kami susun saat ini," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News