Reporter: Rani Nossar | Editor: Hendra Gunawan
Kabupaten Bulukumba di Sulawesi Selatan tidak hanya terkenal dengan pesona pantai yang eksotis seperti Pantai Tanjung Bira, Pantai Samboang atau Pantai Apparalang. Hasil bumi perkebunan cengkeh di sini terbilang cukup maju, bahkan menjadi andalan komoditas utama di Sulawesi Selatan.
Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Bulukumba, Misbawati Andi Wawo, mengatakan, masyarakat Bulukumba sudah mulai menanam cengkeh sejak tahun 1960. Komoditas ini mulai difokuskan untuk industri sejak tahun 1968.
Dari beberapa komoditas lainnya yang dihasilkan seperti kakao, kelapa, karet, pala, karet, dan lada, hasil produksi yang paling besar produksinya adalah cengkeh. Itu sebabnya, sebagian besar masyarakat sekitar memiliki mata pencaharian sebagai petani cengkeh, di samping menjadi peternak ataupun menanam hasil bumi lainnya.
Saat ini lebih dari 6.000 hektare (ha) lahan cengkeh di Bulukumba yang tersebar di sembilan kecamatan. "Petani cengkeh di tempat ini hampir mencapai 10.000 orang dengan total produksi pada tahun 2014 sebanyak 800 ton," kata Misbawati.
Hampir setiap kepala keluarga paling tidak memiliki 1 ha lahan perkebunan cengkeh. Dari sembilan kecamatan yang menanam cengkeh, produksi paling tinggi berada di Kecamatan Kindang dengan hasil produksi cengkeh 50 ton tiap sekali panen.
Disusul dengan Kecamatan Gantarang dengan hasil produksi 30 ton per panen. Tahun ini Misbawati memproyeksikan kenaikan produksi cengkeh sebesar 15% dari tahun lalu.
Siraju Dinain, petani Cengkeh di Desa Bulo Lohe, Kecamatan Rilau Ale yang KONTAN temui mengaku memiliki 4 ha kebun cengkeh. Selain perawatan yang cukup mudah, harga jualnya pun lebih tinggi jika dibandingkan dengan tanaman perkebunan lainnya.
Meskipun cengkeh hanya bisa dipanen sekali dalam setahun, hasilnya terbilang memuaskan. "Sekali panen saya bisa mendapatkan
Rp 100 juta dengan rata-rata harga jual Rp 120.000 per kg," kata Siraju.
Jamaluddin, petani cengkeh lain, memiliki 1 hektare (ha) lahan yang ditanami 200 pohon. Dari hasil bertani cengkeh, Jamal mengaku sudah berhasil menyekolahkan keempat anaknya menjadi sarjana.
Surya Wangsa, Wakil Sekretaris Jenderal Asosiasi Petani Cengkeh (APTI) menyampaikan, meski produksi cengkeh di Bulukumba sudah cukup besar, tetap saja kebutuhan pasar masih banyak belum terpenuhi. Sebanyak 97% hasil cengkeh di Sulawesi Selatan digunakan untuk bahan baku industri rokok. Sementara sisanya digunakan untuk bahan baku kosmetik dan bahan makanan.
Surya menyatakan, produksi cengkeh dalam negeri memang belum mencukupi kebutuhan pabrikan rokok kretek. Karena itulah, sebagian mendatangkan cengkeh dari Madagaskar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News