kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.443.000   13.000   0,91%
  • USD/IDR 15.155   87,00   0,57%
  • IDX 7.743   -162,39   -2,05%
  • KOMPAS100 1.193   -15,01   -1,24%
  • LQ45 973   -6,48   -0,66%
  • ISSI 227   -2,76   -1,20%
  • IDX30 497   -3,22   -0,64%
  • IDXHIDIV20 600   -2,04   -0,34%
  • IDX80 136   -0,80   -0,58%
  • IDXV30 141   0,18   0,13%
  • IDXQ30 166   -0,60   -0,36%

Waspadai virus yang menyerang benur windu (2)


Minggu, 17 Februari 2013 / 18:55 WIB
ILUSTRASI. Pelayanan nasabah di Bank Rakyat Indonesia (BRI). KONTAN/Cheppy A. Muchlis


Sumber: Kontan 13/2/2013 | Editor: Havid Vebri

Salah satu yang membuat risiko hidup budidaya udang windu hanya 10% adalah komoditas ini rentan terhadap virus. Hilal Hamdan, salah seorang pembudidaya udang windu di Lamongan, Jawa Timur, mengatakan ada banyak virus yang menyerang udang windu.

Biasanya, ia memberikan antibiotik agar udang windu bisa tahan terhadap virus. Namun, terlalu banyak memberi antibiotik juga bisa jadi masalah. “Udang windu malah tidak terlalu baik untuk dikonsumsi,” ujarnya.

Selain virus, Hilal menambahkan, kolam udang merupakan salah satu hal yang harus menjadi perhatian. Jika musim hujan datang dan membuat kolam meluap, banyak udang windu miliknya yang mati.

Untuk itu, kedalaman air harus diperhatikan oleh pebudidaya. Selain itu, pebudidaya harus memilih tanah yang bertekstur liat sebagai kolam agar bisa menahan air.

Cara pembenihan yang dilakukan Hilal masih bersifat tradisional. Ia memisahkan kolam larva dan kolam induk sehingga bisa mendapatkan bibit udang windu (benur) dengan kualitas baik. Biasanya, kolam induk diisi induk udang yang sudah bertelur.

Lalu, telur yang sudah siap untuk dibuahi dipisahkan ke kolam larva. Pakan buat udang windu ialah pelet udang yang dihaluskan dan diberikan setiap satu kali sehari. Pelet ini bisa dihaluskan lagi, sesuai dengan kebutuhan. “Biasanya saya kasih makan pelet setiap sore,” tutur Hilal.

Untuk mendapatkan benur yang baik, kata Hilal, kolam tidak bisa diisi benur dalam jumlah yang terlalu banyak. Maksimal kepadatan dalam kolam adalah 1.000 ekor per meter persegi. Jika berlebihan, maka bibit udang windu akan cepat mati.

Ia memelihara bibit udang windu selama 60 hari sebelum dikirim ke pabrik atau pasar terdekat. Menurut Sarso dari CV. Kaputi Lestari, yang perlu diperhatikan dalam perawatan udang windu adalah kualitas air, sanitasi, dan pemupukan.

Semua bisa dilakukan dengan teknologi sederhana. Misalnya, dengan melihat tingkat kecerahan air dan menjaga kadar garam agar tidak terlalu tinggi.

Pakan yang dipilih juga merupakan pakan alami yang lebih sehat dan dapat menghasilkan udang dengan rasa yang lebih gurih, dibandingkan dengan pakan kering.

Pemupukan juga penting lantaran akan merangsang pertumbuhan lumut, plankton, dan makhluk kecil lainnya dalam kolam yang merupakan makanan dari udang windu. Dengan perawatan sederhana itu, benur udang windu dapat dipanen dalam tiga bulan.             

(Selesai)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Distribution Planning (SCMDP) Supply Chain Management Principles (SCMP)

[X]
×